Semua Bab Milyader, Mari Bercerai: Bab 91 - Bab 100

182 Bab

Bab 91

Bella mundur beberapa langkah, lalu dia bergumam dengan suara kecil yang hampir tidak bisa kudengar, "Mark ...." Mark menoleh padanya, matanya memandangi Bella dari ujung kaki hingga ujung kepala seolah dia adalah kotoran yang terperangkap di bawah kakinya. "Lagian, kenapa kamu di sini?""Ulang tahun Nenek Doris. Aku di sini—" Bella tercekat dan Mark meringankan beban itu dengan menyela, "Kamu tahu dia nggak suka kamu, 'kan? Itulah kenapa dia nggak mengundangmu ke pesta ini. Kalau dia tahu kamu menyelinap masuk, dia akan marah besar. Kamu tahu itu, jadi mendingan kamu pergi."Bella menangis penuh penyesalan. "Nggak, aku akan menikah denganmu nanti. Kita akan segera menikah dan menjadi suami istri, aku ini calon cucu menantunya. Dia nggak akan marah kalau aku datang untuk merayakan ulang tahunnya."Mark tampak terkejut, dia diam sejenak sambil menatap Bella. Lalu dia perlahan berkata, "Apa yang kamu bicarakan? Nenek nggak akan pernah mengizinkanku menikah denganmu. Dia nggak suka kamu,
Baca selengkapnya

Bab 92

Sejak pertama kali aku diadopsi, wajah para wali dan rumah-rumah asuh menjadi kabur dalam ingatanku. Setiap keluarga yang kutinggali selalu memperlakukanku dengan buruk, tapi untungnya aku cukup pintar untuk selalu bisa melarikan diri.Hidupku seperti badai hukuman dan teguran dari petugas panti asuhan, entah karena aku dianggap nakal oleh orang tua angkatku atau karena kabur dari rumah asuh. Sebelum aku benar-benar memahami apa yang terjadi, aku diadopsi lagi dan dilemparkan ke keluarga pahit lainnya. Memiliki keluarga manis dan harmonis sepertinya bukan takdirku.Akhirnya, para petugas panti asuhan lelah mengadopsikanku karena aku pasti akan kembali atau dikembalikan, jadi mereka membiarkanku tinggal di sana. Walaupun ada yang mengatakan ingin mengadopsiku, mereka akan menggeleng dan berkata, "Maaf, yang itu tidak bisa diadopsi."Secara pribadi, aku juga lebih suka tinggal di panti asuhan. Selain makanan yang tidak enak - oh, makanannya bisa sangat menjijikkan - dan lingkungannya yan
Baca selengkapnya

Bab 93

Momen itu tak berlangsung lama. Rasanya seperti surga dibandingkan makanan sisa yang biasa kami dapatkan di panti asuhan. Perutku yang rakus pun semakin bergemuruh. Di dapur itu, ada makanan yang benar-benar disiapkan dengan baik, buah-buahan, sayuran, susu, anggur, steik .... Apa pun yang bisa kamu bayangkan, mereka memilikinya."Siapa kamu?" Salah satu apel yang setengah kumakan jatuh dari tanganku dan aku terdiam. Perlahan, aku berbalik dan berhadapan dengan seorang anak laki-laki berambut keriting di kursi roda. Jika usianya tidak sama denganku, dia mungkin lebih tua satu atau dua tahun. Meski mulutku penuh makanan, aku berhasil tersenyum dan mengangkat tangan dengan canggung. "Hai," gumamku.Anak laki-laki itu hanya menatapku, lalu pandangannya turun ke apel di tanganku. Malu, aku menyembunyikan apel itu di belakang punggungku, sementara pandanganku tertuju pada roda kursi rodanya. "Aku bersumpah, aku bukan ...." Aku mulai bicara, tetapi terputus ketika kursinya bergerak. Awalnya,
Baca selengkapnya

Bab 94

Dia menanyakan tentang minatku pada desain perhiasan, saat itulah aku menyadari bahwa aku benar-benar menyukainya. Sejak saat itu, dia mulai membawakanku lebih banyak buku tentang topik itu.Seiring waktu, saat kami bertambah dewasa, Lucas tumbuh menjadi pemuda yang cerdas. Aku mulai melihatnya lebih dari sekadar teman, dan tanpa sadar sering memerhatikan penampilanku setiap kali akan bertemu dengannya. Aku selalu menantikan waktu bersama Lucas setiap hari.Ketika aku berusia 16 tahun, aku yakin aku jatuh cinta padanya dan kurasa dia juga memiliki perasaan yang sama padaku, meskipun aku tidak tahu seberapa dalam perasaannya. Saat aku berusia 17 tahun, Lucas dan aku berciuman untuk pertama kalinya di bawah rak buku yang penuh dengan buku-buku tentang desain perhiasan yang dia berikan selama bertahun-tahun.Kami adalah pasangan kecil yang bahagia untuk sementara waktu, sampai kesehatan Lucas mulai memburuk. Dia sering kehilangan kesadaran dan aku semakin jarang bisa bertemu dengannya. Se
Baca selengkapnya

Bab 95

Sudut pandang Mark:Rahangku mengeras dan aku merasakan tangan di sisiku bergetar sebelum mengepal kuat-kuat saat melihat pria itu memeluk Sydney erat. Tanpa berpikir panjang, aku melangkah maju, terbakar oleh rasa cemburu, dan menarik Sydney menjauh darinya. Begitu Sydney berada di luar jangkauan pria itu, tinjuku langsung menghantam wajahnya.Bajingan itu terhuyung mundur, tangannya langsung menutupi wajahnya. "Apa-apaan kamu, Mark?" Aku mendengar teriakan Sydney di belakangku, tetapi itu tidak menghentikanku. Aku melangkah mendekat dan kembali memukul wajahnya. Kali ini, dia jatuh ke lantai saat terhuyung."Mark! Hentikan sekarang juga!" Itu suara Nenek, tapi aku tidak peduli. Aku menindihnya dan kembali mengayunkan tinjuku ke wajahnya. Dia pikir siapa dirinya, datang entah dari mana dan memeluk Sydney seperti itu?Saat aku menarik lenganku untuk memukulnya lagi, tangannya menangkap tinjuku. Dengan mulut yang berdarah, dia membuka suara dan mengucapkan kata-kata yang paling membuatk
Baca selengkapnya

Bab 96

Sudut pandang Sydney:"Sydney, kamu benar-benar kayak orang bucin," ejek Grace saat dia masuk ke ruang tamu seraya mengunyah buah stroberi yang dibawanya dalam sebuah mangkuk."Entahlah, Grace," kataku sambil memutar-mutar ponsel di tanganku. Dengan ekspresi cemberut, aku bertanya, "Aku telepon dia nggak, ya?"Setelah kericuhan antara Mark dan Lucas di pesta itu, aku jadi tidak sempat mengobrol banyak dengan Lucas. Dia memilih untuk mengantarku pulang ke rumah dengan terburu-buru. Untungnya, kami masih sempat bertukar nomor sebelum dia pergi. Namun, sejak saat itu, aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayangnya di kepalaku. Aku jadi tidak fokus kerja karena otakku selalu dibayang-bayangi oleh wajahnya.Grace memutar bola matanya dan duduk di kursi empuk yang menggantikan meja di tengah ruangan. Dia mengulurkan tangannya yang memegang mangkuk ke arahku dan bertanya, "Mau?" Dia memejamkan mata sejenak dan menarik napas panjang, lalu berkata, "Ini benar-benar juicy, lho."Aku menggeleng.
Baca selengkapnya

Bab 97

Sambil tersenyum, aku membuka mataku. Hilang sudah pikiran tentang Lucas digantikan dengan inspirasi dan ide kreatifku. Aku mengeluarkan kertas gambar dan pulpenku. Aku mengernyit, mencoba berkonsentrasi saat aku menggambar ide-ide yang muncul di pikiranku. Di sela-sela proses menggambar, aku mengambil botol minumku dan meneguk air segar. Setelah selesai, aku mengangkat buku gambar itu dan meregangkan tanganku ke depan, menyipitkan mata untuk melihat apa yang sudah kuciptakan.Seperti biasa, desainnya terlihat memuaskan, bukan goresan desain murahan yang asal-asalan di kertas.Setelah keluar dari dunia kreatifku dan melihat ke sekeliling, aku menyadari kalau langit sudah mulai menggelap dan hanya ada beberapa orang di taman itu. Aku membereskan barang-barangku dan menyelipkan buku gambar yang sudah kugunakan dengan hati-hati ke dalam ranselku. Kemudian, aku menyampingkan ransel itu, mengambil botol airku, meminumnya sekali lagi.Aku melepas sepatuku dan menggerakkan jari-jari kakiku,
Baca selengkapnya

Bab 98

Ban mobil berdecit melawan aspal saat mobil melaju di tengah malam yang diterangi oleh cahaya bulan. Luigi mengendarai mobil dengan cepat dan ugal-ugalan. Jalan yang tidak mulus membuat tubuh kami terus terlonjak.Andai saja Lucas tidak mengencangkan sabuk pengamanku, tubuhku pasti sudah terlempar ke luar jendela yang terbuka."Ya ampun, Luigi! Bawa mobilnya bisa pelan dikit nggak!" teriakku sambil mencengkeram ujung kursiku dengan erat.Bahu Luigi berguncang saat dia tertawa kecil. Dia berkata, "Tentu saja nggak bisa." Setelah itu, dia menoleh dan berujar, "Aku ini dulunya pembalap F4. Kalau aku menyetir pelan kayak nenek-nenek, teman-temanku pasti akan mentertawakanku dan aku pasti akan kalah dalam lomba balap. Tenang. Berpegangan kuat saja di tempatmu. Dengan kecepatan kayak ini, pencuri itu pasti tertangkap!"Kemudian, dia membanting setir ke samping dengan sebuah drift. Meski sudah menggunakan sabuk pengaman, tubuh kami tetap terhuyung ke samping dan aku pun terjatuh di pelukan Lu
Baca selengkapnya

Bab 99

Aku membuka mataku ketika suara tawa yang memenuhi udara memberikan perasaan hangat di hatiku. Aku menoleh ke sumber suara tawa itu. "Nggak usah takut, Sydney," ujar Lucas.Meski dia tidak lagi tertawa, matanya masih memancarkan keceriaan. "Luigi memang suka menyetir secara ugal-ugalan, tetapi percayalah, dia itu seorang pengemudi yang andal, berpengalaman, dan berbakat. Nggak akan terjadi apa-apa. Kita pasti bisa mendapatkan ranselmu kembali dengan selamat."Aku menelan ludah dan mengangguk, tetapi aku tetap erat menggenggam tepi kursi.Luigi mengendarai mobil itu dengan liar melewati jalan yang remang-remang dan gang-gang gelap hingga akhirnya kami berhasil memojokkan pencuri itu di sebuah gang sempit yang gelap. Aku tidak bisa melihat pencuri itu jika bukan karena lampu depan mobil yang terang. Jujur, aku tidak menyangka Luigi mampu memojokkan pencuri itu, tetapi harus kuakui, aku terkesan dengan keahliannya itu dan senang karena aku bisa mendapatkan kembali barang-barangku.Sement
Baca selengkapnya

Bab 100

Lucas mengayunkan gandengan tangan kami ke depan dan ke belakang saat kami berjalan dalam diam di sepanjang taman, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri sambil menikmati ketenangan malam.Kami kemudian melihat cahaya bersinar di depan dan ada banyak orang yang berkumpul di sana. Aku menyipitkan mata ke arah sana. "Itu truk makanan, ya?" tanyaku pelan dan melirik sekilas ke arah Lucas yang juga menatap ke depan."Kurasa iya," jawab Lucas, lalu sedikit mengangkat bahunya.Saat kami semakin mendekat, semuanya menjadi semakin jelas. Aku mencoba menahan diri untuk tidak berteriak, tetapi aku tidak bisa. "Es krim!" Aku menunjuk truk itu dan menoleh ke arah Lucas yang tersenyum."Ayo." Aku melepaskan genggaman tangan kami dan mengajaknya, "Ayo, kita beli."Tanpa menunggu tanggapan Lucas, aku berlari ke arah truk yang mengeluarkan lantunan lagu itu. Ketika aku berteriak tadi, beberapa anak di depan truk itu menoleh ke arahku, jadi saat aku berlari mendekat, mereka masih memperhatikanku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status