Share

Bab 96

Author: BELLA
Sudut pandang Sydney:

"Sydney, kamu benar-benar kayak orang bucin," ejek Grace saat dia masuk ke ruang tamu seraya mengunyah buah stroberi yang dibawanya dalam sebuah mangkuk.

"Entahlah, Grace," kataku sambil memutar-mutar ponsel di tanganku. Dengan ekspresi cemberut, aku bertanya, "Aku telepon dia nggak, ya?"

Setelah kericuhan antara Mark dan Lucas di pesta itu, aku jadi tidak sempat mengobrol banyak dengan Lucas. Dia memilih untuk mengantarku pulang ke rumah dengan terburu-buru. Untungnya, kami masih sempat bertukar nomor sebelum dia pergi.

Namun, sejak saat itu, aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayangnya di kepalaku. Aku jadi tidak fokus kerja karena otakku selalu dibayang-bayangi oleh wajahnya.

Grace memutar bola matanya dan duduk di kursi empuk yang menggantikan meja di tengah ruangan. Dia mengulurkan tangannya yang memegang mangkuk ke arahku dan bertanya, "Mau?" Dia memejamkan mata sejenak dan menarik napas panjang, lalu berkata, "Ini benar-benar juicy, lho."

Aku menggeleng.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 97

    Sambil tersenyum, aku membuka mataku. Hilang sudah pikiran tentang Lucas digantikan dengan inspirasi dan ide kreatifku. Aku mengeluarkan kertas gambar dan pulpenku. Aku mengernyit, mencoba berkonsentrasi saat aku menggambar ide-ide yang muncul di pikiranku. Di sela-sela proses menggambar, aku mengambil botol minumku dan meneguk air segar. Setelah selesai, aku mengangkat buku gambar itu dan meregangkan tanganku ke depan, menyipitkan mata untuk melihat apa yang sudah kuciptakan.Seperti biasa, desainnya terlihat memuaskan, bukan goresan desain murahan yang asal-asalan di kertas.Setelah keluar dari dunia kreatifku dan melihat ke sekeliling, aku menyadari kalau langit sudah mulai menggelap dan hanya ada beberapa orang di taman itu. Aku membereskan barang-barangku dan menyelipkan buku gambar yang sudah kugunakan dengan hati-hati ke dalam ranselku. Kemudian, aku menyampingkan ransel itu, mengambil botol airku, meminumnya sekali lagi.Aku melepas sepatuku dan menggerakkan jari-jari kakiku,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 98

    Ban mobil berdecit melawan aspal saat mobil melaju di tengah malam yang diterangi oleh cahaya bulan. Luigi mengendarai mobil dengan cepat dan ugal-ugalan. Jalan yang tidak mulus membuat tubuh kami terus terlonjak.Andai saja Lucas tidak mengencangkan sabuk pengamanku, tubuhku pasti sudah terlempar ke luar jendela yang terbuka."Ya ampun, Luigi! Bawa mobilnya bisa pelan dikit nggak!" teriakku sambil mencengkeram ujung kursiku dengan erat.Bahu Luigi berguncang saat dia tertawa kecil. Dia berkata, "Tentu saja nggak bisa." Setelah itu, dia menoleh dan berujar, "Aku ini dulunya pembalap F4. Kalau aku menyetir pelan kayak nenek-nenek, teman-temanku pasti akan mentertawakanku dan aku pasti akan kalah dalam lomba balap. Tenang. Berpegangan kuat saja di tempatmu. Dengan kecepatan kayak ini, pencuri itu pasti tertangkap!"Kemudian, dia membanting setir ke samping dengan sebuah drift. Meski sudah menggunakan sabuk pengaman, tubuh kami tetap terhuyung ke samping dan aku pun terjatuh di pelukan Lu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 99

    Aku membuka mataku ketika suara tawa yang memenuhi udara memberikan perasaan hangat di hatiku. Aku menoleh ke sumber suara tawa itu. "Nggak usah takut, Sydney," ujar Lucas.Meski dia tidak lagi tertawa, matanya masih memancarkan keceriaan. "Luigi memang suka menyetir secara ugal-ugalan, tetapi percayalah, dia itu seorang pengemudi yang andal, berpengalaman, dan berbakat. Nggak akan terjadi apa-apa. Kita pasti bisa mendapatkan ranselmu kembali dengan selamat."Aku menelan ludah dan mengangguk, tetapi aku tetap erat menggenggam tepi kursi.Luigi mengendarai mobil itu dengan liar melewati jalan yang remang-remang dan gang-gang gelap hingga akhirnya kami berhasil memojokkan pencuri itu di sebuah gang sempit yang gelap. Aku tidak bisa melihat pencuri itu jika bukan karena lampu depan mobil yang terang. Jujur, aku tidak menyangka Luigi mampu memojokkan pencuri itu, tetapi harus kuakui, aku terkesan dengan keahliannya itu dan senang karena aku bisa mendapatkan kembali barang-barangku.Sement

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 100

    Lucas mengayunkan gandengan tangan kami ke depan dan ke belakang saat kami berjalan dalam diam di sepanjang taman, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri sambil menikmati ketenangan malam.Kami kemudian melihat cahaya bersinar di depan dan ada banyak orang yang berkumpul di sana. Aku menyipitkan mata ke arah sana. "Itu truk makanan, ya?" tanyaku pelan dan melirik sekilas ke arah Lucas yang juga menatap ke depan."Kurasa iya," jawab Lucas, lalu sedikit mengangkat bahunya.Saat kami semakin mendekat, semuanya menjadi semakin jelas. Aku mencoba menahan diri untuk tidak berteriak, tetapi aku tidak bisa. "Es krim!" Aku menunjuk truk itu dan menoleh ke arah Lucas yang tersenyum."Ayo." Aku melepaskan genggaman tangan kami dan mengajaknya, "Ayo, kita beli."Tanpa menunggu tanggapan Lucas, aku berlari ke arah truk yang mengeluarkan lantunan lagu itu. Ketika aku berteriak tadi, beberapa anak di depan truk itu menoleh ke arahku, jadi saat aku berlari mendekat, mereka masih memperhatikanku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 101

    Aku mengangguk pelan, tetapi aku bertanya-tanya bagaimana Lucas bisa mengetahui isi tasku. "Kamu tahu dari mana kalau isinya kertas sketsa?" Lukas menunjuk tasku dengan dagunya. "Ritsletingnya setengah terbuka."Aku melihat ke bawah dan mengumpat, "Sial!" Aku segera meletakkan tas itu di pangkuanku untuk memeriksa apakah ada barang lain yang jatuh. Ritsletingnya pasti terbuka saat pencuri itu merebut tasku atau saat Luigi merampas tasku dari tangan si pencuri.Aku menyadari kalau Lucas terus menatapku saat aku mengeluarkan kertas-kertas sketsaku dan memeriksanya. Aku menghela napas lega karena semua desainku masih lengkap. Ketika mendongak, aku menjelaskan pada Lucas dengan canggung, "Aku takut ada yang hilang karena terselip atau jatuh." Aku berusaha tersenyum."Terus, ada yang hilang, nggak?" Dia mengangkat alisnya yang terukir sempurna. "Nggak. Semuanya masih ada," jawabku sambil mengembalikan kertas-kertas itu ke dalam tas."Aku boleh lihat, nggak?" tanya Lucas dengan lembut hingg

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 102

    Lucas menghela napas sebelum menjawab, "Karena mereka nggak mengizinkan aku pulang.""Mereka?" Alisku turun saat aku menatap Lucas dengan bingung. "Siapa yang nggak mengizinkan kamu?"Bulu matanya turun dan sudut bibirnya terangkat membentuk senyum pahit. "Anggota keluargaku."Aku mengerutkan dahi saat mencoba memahaminya. Aku pun menggeleng dan berkata, "Aku nggak ngerti. Apa kamu bisa jelasin ke aku?""Jadi gini, kamu baru tahu, 'kan, kalau aku punya hubungan darah sama Mark?  Itu karena sebenarnya aku ini anak haram. Awalnya, aku nggak diterima sama keluarga itu. Aku cuma rahasia kotor mereka yang nggak pernah disebut-sebut atau dibicarakan. Mereka cuma membiarkan aku terkurung di ranjang rumah sakit." Lucas melanjutkan, "Ayahku adalah suami Doris yang sudah meninggal. Dia satu-satunya orang yang menghubungkan aku dengan keluarga itu. Waktu ayahku meninggal, dia cuma punya satu keinginan. Dia ingin keluarga itu merawat aku dengan baik, jadi mereka menerima aku dengan berat hati."A

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 103

    Sudut pandang Mark:"Ini laporan penyelidikan Nona Bella," aku mendengar asistenku berkata.Aku hanya menanggapinya dengan bergumam. Beberapa detik kemudian, aku mengalihkan pandanganku dari berkas yang merinci semua hal yang perlu diketahui tentang investor terbaru GT Group, tetapi asistenku langsung berlari keluar pintu.Aku terpaku dan bertanya-tanya mengapa dia begitu terburu-buru. Pandanganku kembali tertuju pada laporan yang aku perintahkan untuk dibawakan.Meskipun aku ingin membaca sendiri setiap detail laporan itu, aku terlalu sibuk. Tadinya, aku berencana meminta asistenku untuk meringkas laporan itu karena dialah yang menyusunnya setelah detektif swasta melakukan penyelidikan, tetapi sekarang asistenku sudah pergi begitu saja.Aku meraih ponselku dan hendak menelepon asistenku, tetapi aku berhenti. Pandanganku beralih pada laporan yang tergeletak di satu sisi mejaku, di atas tumpukan berkas yang masih harus aku baca.Membaca laporan itu seharusnya tidak memakan waktu lama; m

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 104

    Aku menaiki mobilku dan melaju melewati batas kecepatan saat aku memacu mobilku ke apartemen Bella.Sejak pesta ulang tahun yang berakhir dengan tangisannya, Bella tidak pulang ke tempatku. Jadi, seharusnya dia berada di apartemennya atau mungkin dia memutuskan untuk menangis di pelukan kekasihnya.Yah, apa pun itu, aku akan mengetahui kebenarannya saat aku sampai di apartemennya.Aku tidak mau repot mengemudikan mobil ke halaman rumahnya atau memarkirnya dengan rapi. Aku hanya menghentikan mobil, mencabut kunci, dan menaiki tangga menuju apartemen Bella. Saat aku sampai di pintunya, aku tidak ragu untuk menghantamkan tinjuku ke pintunya."Bella!" teriakku dengan segenap kemarahan dan rasa sakit yang aku rasakan. Tidak ada jawaban dari dalam, tetapi aku tidak menyerah. Aku terus menghantamkan tinjuku ke pintunya.Aku mengangkat tinjuku untuk menghantamkannya ke pintu untuk keempat kalinya, tetapi aku mendengar suara gaduh dari dalam. Aku berhenti dengan tangan yang masih menggantung di

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 343

    Aku mengangguk. "Aku ibu kandungnya, tapi dia bukan ayahnya." Dokter itu menggeleng. "Ya, Ibu bisa menjadi pendonor untuk transplantasi kalau sumsum tulangnya cocok. Tapi, aku ingin memberi tahu Ibu, sangat jarang ada orang tua biologis yang cocok. Tapi, itu nggak akan menghentikan kita. Ibu akan menjalani tes yang diperlukan untuk menentukan kecocokan." Dokter mengambil sebuah berkas dari tumpukan di mejanya. "Apa Ibu siap untuk melakukan tes kecocokan sekarang atau lebih memilih kami jadwalkan untuk hari lain?" "Sekarang saja, tolong," kataku menyeka air mata di wajahku sambil duduk tegak. Dokter membuka berkas dan mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Di sela-sela, dia menjelaskan, "Kami perlu semua informasi ini untuk memastikan pengujian yang sukses dan akurat." "Nggak apa-apa, aku mengerti." Aku mengangguk. Dia melanjutkan bertanya dan aku menjawab dengan cepat. "Baik, Ibu bisa melakukan tesnya sekarang," kata dokter itu sambil berdiri dan melirik ke Dennis yang juga

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 342

    Sudut pandang Anastasia:Wajahku basah oleh air mata saat aku mengguncang tubuh Amie agar bangun. Aku memeluknya erat-erat dan menangis. Aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Sementara aku terisak, Dennis bergegas masuk ke kamar."Ada apa? Apa yang terjadi?" Dia bergegas ke sampingku dan langsung menatap Amie. Dia pun mengerti. Dia langsung tahu apa yang harus dia lakukan. Dia dengan cekatan mengambil Amie dari lenganku yang gemetar dan meraih kunci mobilnya. Saat dia menggendong Amie ke mobil, aku mengikutinya dari belakang, masih menangis dan memanggil nama putriku.Saat Dennis mengemudi menuju rumah sakit, sebagian perhatiannya tertuju kepadaku. "Nggak apa-apa, Ana," ucapnya seraya meremas tanganku, tatapannya tertuju kepada Amie yang kugendong. "Dia akan baik-baik saja."Saat kami sampai di rumah sakit, sebuah tandu dibawa keluar dan Amie dilarikan ke bangsal. Kami dilarang masuk bersamanya.Aku menangis di baju Dennis saat kami berdua menunggu dokter atau salah satu perawa

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 341

    Anak laki-laki itu menatap adik perempuannya dan dengan sedikit cemberut, dia melihat sekeliling, matanya mencari apa yang diinginkan adiknya.Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa tidak ada lagi permen. "Permennya sudah habis," gerutuku."Mestinya ada lebih banyak di dapur," jawab Dennis."Aku akan pergi mengambilnya. Tunggu di sini, aku akan segera kembali," kataku kepada Dennis dan pergi.Beberapa detik kemudian, aku mendengar langkah kaki di belakangku. Aku melihat ke belakang dan menggelengkan kepala, menyembunyikan senyumku."Apa? Aku juga mau lebih banyak permen.""Baiklah," kataku sambil tertawa pelan.Begitu kami memasuki dapur, jari-jari Dennis melingkari pergelangan tanganku dan dia menarikku agar mendekat kepadanya.Saat dia menatap mataku, tatapannya berpindah-pindah di antara mataku dan bibirku. Aku pun menggoda, "Memangnya permen itu ada di mataku?"Dengan tawa kecil, dia menundukkan kepalanya dan menyatukan bibir kami dalam ciuman yang menggairahkan.Aku mencengker

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 340

    Sudut pandang Anastasia:Lima bulan kemudian."Hai!" Aku melambaikan tangan pada salah satu teman Amie yang baru saja masuk bersama ibunya."Selamat datang." Aku menghampiri mereka. "Terima kasih sudah datang."Ibunya tersenyum. "Pilihanku cuma dua, datang ke sini atau mendengar Kayla menangis di telingaku seharian."Kami tertawa, sementara Kayla hanya bisa tersipu malu. Aku menutup pintu, lalu saat kami berjalan lebih jauh ke ruang tamu, aku melihat ibunya menatap bingkai-bingkai foto yang tergantung di dinding, sama seperti semua orang yang pertama kali masuk ke rumah kami.Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil dan aku mengikuti arah pandangannya untuk melihat foto mana yang menarik perhatiannya. Aku menghela napas saat mataku tertuju pada pria di sampingku dalam foto itu.Dengan setelan terbaiknya, begitu katanya, Dennis berdiri sambil melingkarkan lengannya di bahuku, menatap ke arahku. Aku masih mengingat hari itu seolah baru kemarin.Fotografer sampai lelah menyuruhn

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 339

    Aku rasa mereka berdua memang bersalah dalam beberapa hal, tetapi Clara seharusnya tidak melakukan ini. Oh, dia seharusnya tidak melakukannya. Dia sudah keterlaluan.Clara tahu aku hamil anak Aiden, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Jika bukan demi aku, setidaknya demi bayi itu, dia seharusnya memberitahuku yang sebenarnya. Namun tidak, dia hanya diam dan menyaksikan aku berjuang sendirian membesarkan Amie.Dia ada di sana setiap malam, saat aku menangis diam-diam agar tidak membangunkan Amie karena semuanya terasa terlalu berat. Dia selalu ada di sana. Dia ada di sana, menyaksikan dengan kejam bagaimana Amie tumbuh tanpa seorang ayah.Ya Tuhan! Dia bahkan yang menenangkan Amie setiap kali putriku menangis merindukan sosok ayah!Itu semakin membuatku marah. Bagaimana bisa dia mengaku mencintai Amie, sementara dia yang merenggut bagian penting dalam hidupnya?"Kamu nggak punya pembenaran untuk semua yang sudah kamu lakukan, Clara." Suaraku bergetar, tetapi aku tetap melanjutkan, "Kal

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 338

    Sudut pandang Anastasia:Wajah Clara terpaling ke samping akibat tamparan keras yang baru saja aku layangkan ke pipinya.Dia terhuyung ke belakang, memegangi wajahnya, lalu menatap lantai dalam diam untuk waktu yang lama.Tamparan itu hanyalah hal paling ringan dari semua yang ingin aku lakukan padanya. Aku benar-benar menahan diri agar tidak melontarkan hinaan sambil menghajarnya. Namun, untuk apa? Itu tidak akan mengubah apa pun. Yang sudah terjadi tetaplah terjadi. Semuanya sudah menjadi masa lalu."Kamu akhirnya tahu." Suaranya terdengar lirih. "Dennis yang memberitahumu, 'kan?""Aku nggak percaya kamu sampai memerasnya agar tetap diam soal ini. Kamu pikir dia sepertimu? Seorang pembohong? Kamu tersenyum padaku, tapi jauh di dalam hatimu, kamu membenciku karena ...." Aku membuat tanda kutip di udara dengan jariku, lalu melanjutkan, "Merebut Aiden darimu."Clara tetap diam, tidak mengatakan apa pun."Clara, kenapa kamu tega? Kamu temanku! Aku percaya padamu. Aku menceritakan segalan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 337

    Sudut pandang Anastasia:"Amie ...." Aku mengeluh sambil tertawa. "Kamu belum selesai? Tanganku pegal."Amie terkekeh-kekeh. "Tetap jaga ekspresi wajahmu seperti tadi. Aku perlu menggambar bibirmu dengan benar."Aku menghela napas dan mengangkat kedua tangan ke udara, lalu menyeringai lebar. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa dia ingin menggambarku dengan pose seperti ini.Saat ini, di kamar rumah sakit Amie, aku duduk bersila di kursi dengan tangan terangkat dan senyum lebar di wajahku.Aku bertahan dalam pose itu selama beberapa menit lagi sampai akhirnya Amie meletakkan buku gambarnya dan bertepuk tangan. "Selesai! Mama, kamu kelihatan cantik sekali!"Amie sudah menghabiskan banyak waktu di rumah sakit dengan menggambar, jadi dia semakin mahir. Saat aku bergeser ke tempat tidur untuk melihat hasilnya, aku tertegun melihat sketsa di bukunya. Yang ada di sana bukan sosok manusia yang realistis, melainkan gambar seperti orang-orangan dengan tangan terangkat, kaki bersilang membentu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 336

    Sudut pandang Aiden:Aku menggertakkan gigi, mencengkeram setir dengan erat saat melaju ke alamat yang dia kirimkan.Pikiranku kacau. Meskipun aku tahu telah kehilangan Anastasia, dia tetap ada dalam benakku. Aku masih menyalahkan diri sendiri karena tidak berusaha lebih keras mencarinya saat dia pergi pertama kali. Aku menyalahkan diriku karena tidak mengejar taksi yang dia naiki pada hari dia mengakhiri segalanya di antara kami ... sampai ... sampai apa? Mungkin sampai dia meminta sopir untuk berhenti.Sharon juga ada dalam pikiranku, atau lebih tepatnya, kontrak pernikahan terkutuk yang aku miliki dengannya. Sekarang, setelah ayahnya menelepon dan memintaku menemuinya di sebuah alamat yang dia kirimkan, aku yakin kekacauan akan segera dimulai.Jika dia memintaku untuk menemuinya di sini, itu berarti dia telah terbang ke negara ini.Aku sebenarnya bisa saja mengabaikan panggilannya, terutama setelah aku benar-benar menyadari bahwa aku telah kehilangan Ana. Yang aku inginkan hanyalah

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 335

    Dia tampak terkejut, yang entah kenapa justru membuatku heran. Aku hanya berharap dia tidak meragukan dirinya sendiri karena tadi malam dia benar-benar sempurna.Dennis menggeleng, lalu menenggak habis isi cangkirnya. "Aku harus memberitahumu sesuatu."Aku terdiam, tanganku membeku di udara, masih memegang sendok pengaduk teh. "Apa yang ingin kamu katakan padaku?"Dia mengalihkan pandangannya, menatap sesuatu di belakangku sebelum akhirnya kembali menatapku. "Ini tentang Aiden ... lebih tepatnya tentang apa yang terjadi bertahun-tahun lalu, tentang tuduhan perselingkuhannya.""Oh," gumamku datar. "Itu." Itu sudah berlalu. Lagi pula, sekarang semuanya baik-baik saja. Dia akan menikah dengan seseorang yang mencintai dan mempercayainya, sementara aku sudah menemukan seseorang yang kusukai dan yang juga mencintaiku. Semuanya sudah sesuai dengan jalan yang memang seharusnya kami tempuh."Ya, itu." Dennis melanjutkan dengan hati-hati, sepertinya salah paham dengan ekspresiku. "Sebenarnya, di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status