Share

Bab 102

Author: BELLA
Lucas menghela napas sebelum menjawab, "Karena mereka nggak mengizinkan aku pulang."

"Mereka?" Alisku turun saat aku menatap Lucas dengan bingung. "Siapa yang nggak mengizinkan kamu?"

Bulu matanya turun dan sudut bibirnya terangkat membentuk senyum pahit. "Anggota keluargaku."

Aku mengerutkan dahi saat mencoba memahaminya. Aku pun menggeleng dan berkata, "Aku nggak ngerti. Apa kamu bisa jelasin ke aku?"

"Jadi gini, kamu baru tahu, 'kan, kalau aku punya hubungan darah sama Mark?  Itu karena sebenarnya aku ini anak haram. Awalnya, aku nggak diterima sama keluarga itu. Aku cuma rahasia kotor mereka yang nggak pernah disebut-sebut atau dibicarakan. Mereka cuma membiarkan aku terkurung di ranjang rumah sakit."

Lucas melanjutkan, "Ayahku adalah suami Doris yang sudah meninggal. Dia satu-satunya orang yang menghubungkan aku dengan keluarga itu. Waktu ayahku meninggal, dia cuma punya satu keinginan. Dia ingin keluarga itu merawat aku dengan baik, jadi mereka menerima aku dengan berat hati."

A
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 103

    Sudut pandang Mark:"Ini laporan penyelidikan Nona Bella," aku mendengar asistenku berkata.Aku hanya menanggapinya dengan bergumam. Beberapa detik kemudian, aku mengalihkan pandanganku dari berkas yang merinci semua hal yang perlu diketahui tentang investor terbaru GT Group, tetapi asistenku langsung berlari keluar pintu.Aku terpaku dan bertanya-tanya mengapa dia begitu terburu-buru. Pandanganku kembali tertuju pada laporan yang aku perintahkan untuk dibawakan.Meskipun aku ingin membaca sendiri setiap detail laporan itu, aku terlalu sibuk. Tadinya, aku berencana meminta asistenku untuk meringkas laporan itu karena dialah yang menyusunnya setelah detektif swasta melakukan penyelidikan, tetapi sekarang asistenku sudah pergi begitu saja.Aku meraih ponselku dan hendak menelepon asistenku, tetapi aku berhenti. Pandanganku beralih pada laporan yang tergeletak di satu sisi mejaku, di atas tumpukan berkas yang masih harus aku baca.Membaca laporan itu seharusnya tidak memakan waktu lama; m

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 104

    Aku menaiki mobilku dan melaju melewati batas kecepatan saat aku memacu mobilku ke apartemen Bella.Sejak pesta ulang tahun yang berakhir dengan tangisannya, Bella tidak pulang ke tempatku. Jadi, seharusnya dia berada di apartemennya atau mungkin dia memutuskan untuk menangis di pelukan kekasihnya.Yah, apa pun itu, aku akan mengetahui kebenarannya saat aku sampai di apartemennya.Aku tidak mau repot mengemudikan mobil ke halaman rumahnya atau memarkirnya dengan rapi. Aku hanya menghentikan mobil, mencabut kunci, dan menaiki tangga menuju apartemen Bella. Saat aku sampai di pintunya, aku tidak ragu untuk menghantamkan tinjuku ke pintunya."Bella!" teriakku dengan segenap kemarahan dan rasa sakit yang aku rasakan. Tidak ada jawaban dari dalam, tetapi aku tidak menyerah. Aku terus menghantamkan tinjuku ke pintunya.Aku mengangkat tinjuku untuk menghantamkannya ke pintu untuk keempat kalinya, tetapi aku mendengar suara gaduh dari dalam. Aku berhenti dengan tangan yang masih menggantung di

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 105

    Sudut pandang Mark:Aku bergegas mengejar para perawat saat mereka mendorong Bella ke dalam rumah sakit dengan brankar. Tidak ada yang datang saat aku berteriak meminta bantuan setelah Bella mulai pendarahan, tetapi begitu aku turun ke lantai bawah, ambulans telah tiba.Dengan tergesa-gesa, aku masuk ke ambulans dan memegang tangan Bella. Aku memanggil namanya beberapa kali dan berharap dia akan terbangun, tetapi matanya tetap tertutup.Dokter tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. Dia menggantungkan stetoskopnya dengan asal di lehernya. Sambil berjalan cepat mengikuti para perawat yang mendorong brankar, aku menjelaskan semua yang terjadi pada sang dokter."Kayaknya orang itu sempat memukuli Bella, karena dia tiba-tiba mulai pendarahan."Dokter itu mengangguk dan memasuki bangsal tempat mereka membawa Bella. Dia sudah dibaringkan di ranjang rumah sakit. Aku tidak diizinkan masuk ke bangsal, jadi aku tetap berada di luar pintu dan mengamati melalui kaca tembus pandang di pintu.Dokter it

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 106

    "Dok, apa pasiennya sudah bangun? Apa saya boleh ketemu dia sekarang?" Akhirnya, aku bisa bersuara.Namun, dokter itu hanya menggeleng. "Pasien masih tidur karena pengaruh anestesinya. Pasien akan dipindahkan ke kamar perawatan sekarang. Dalam beberapa menit lagi, pasien pasti sudah bangun.""Makasih, Dok." Dokter itu mengangguk, lalu pergi.Aku berada di ruang tunggu sambil mencoba untuk tetap sabar menunggu Bella terbangun. Lalu, seorang perawat menghampiriku, "Pak Mark, pasien yang Anda bawa sudah dipindahkan ke kamar dan sekarang sudah bangun. Kalau Anda mau ketemu pasien sekarang, saya bisa antar Anda ke bangsalnya."Aku berdiri dan mengangguk. "Tolong antarkan saya ke kamarnya." Perawat itu memimpin jalan dan aku mengikutinya. Kami melewati beberapa kamar lain sampai akhirnya sang perawat berhenti di depan sebuah pintu.Dia membuka pintunya. "Ini bangsalnya, Pak."Aku memasuki bangsal dan perawat itu pergi meninggalkanku berdua dengan Bella. Wajah Bella sedang menoleh ke sisi lai

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 107

    Gelombang kemarahan yang dahsyat menyelimutiku. Perasaan ini datang mewakili Sydney dan diriku. Aku menatap Bella dengan pandangan penuh penghinaan."Nggak usah salahkan Sydney terus ataupun nutupi kebohonganmu dengan membuatnya tampak buruk. Ini nggak ada hubungannya sama dia. Aku bahkan sudah lama nggak berhubungan dengannya, lebih tepatnya sejak kami bercerai. Jadi, jangan libatkan dia.""Percayalah, sejak Syd …. "Aku menutup mata dan menggertakkan gigiku, berusaha menahan amarahku. Namun, Bella membuatnya semakin sulit. "Diam, Bella. Aku nggak mau dengar kebohonganmu yang dibuat-buat lagi. Aku sudah cukup mendengarnya.""Mark …. ""Sebaiknya kamu istirahat. Aku pergi dulu. Akan kutelpon Michael dan Clarissa biar mereka datang menjemputmu," perintah aku.Darah seolah-olah mengalir dari wajah Bella. Matanya membelalak penuh kepanikan. Tubuh dan suaranya gemetar saat dia berteriak, "Apa kamu mau putus denganku?!"Aku mengangkat alisku. "Memangnya kita pernah pacaran? Kita nggak perna

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 108

    Sudut pandang Sydney:Aku menautkan alisku saat melihat judul berita yang baru saja muncul di notifikasi ponselku. Judul yang mencolok itu bertuliskan.[ Wanita Licik Mengalami Keguguran, Kehilangan Tiket Menuju Kekayaan. ]Sebuah foto Mark sedang menggendong Bella yang berlumuran darah ke dalam ambulans terlampir di postingan berita tersebut. Meskipun wajah mereka sedikit kabur karena mosaik tipis, siapa pun yang akrab dengan kalangan atas pasti bisa mengenali mereka dalam sekejap. Itu karena Bella sering memamerkan foto-foto kehamilannya di media sosial.'Apa mereka bertengkar atau semacamnya?' pikirku penasaran. Namun, rasa ingin tahu itu tidak cukup untuk membuatku ingin membuka beritanya dan mengalihkan perhatian dari pekerjaanku.Aku menghela napas, lalu menggulir layar ponselku ke gambar sampel perhiasan yang diinginkan seorang klien. Inilah tujuanku mengambil ponsel. Aku membandingkannya dengan sketsa yang telah kubuat dan menggelengkan kepala.Aku sudah puas dengan apa yang ku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 109

    "Kami benar-benar …. "Aku bersandar di kursi dan memotong ucapannya, "Aku penasaran, apa seorang anak perempuan hanya alat untuk kamu gunakan? Apa begitu kami semua bagimu? Apa kamu selalu menganggap Bella begitu?"Aku berhenti sejenak, tiba-tiba gambaran tentang Mark menggendong Bella yang berlumuran darah terlintas di pikiranku. "Aku benar-benar penasaran, apa kamu sudah mengunjungi Bella di rumah sakit? Atau kamu belum mendengar apa-apa?""Aku …. " Suara ayah terdengar tercekat. Aku bahkan merasa kesal dengan diriku sendiri karena masih menganggap mereka sebagai orang tuaku. "Aku akan pergi sekarang juga!" katanya dengan tergesa-gesa."Saran dariku, berhentilah sebelum semuanya terlambat. Menabunglah untuk dirimu sendiri dan ibu supaya kalian nggak benar-benar jadi gelandangan. Dan tolong jangan hubungi aku lagi!" kataku dengan tegas lalu mengakhiri panggilan telepon dan memblokir nomor itu. Aku penasaran nomor mana lagi yang akan dia pakai untuk menelepon.Aku mendorong ponselku k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 110

    Sudut pandang Bella:"Terima kasih." Aku masih terbaring di ranjang dengan posisi telungkup dan suaraku terdengar serak, bahkan tidak sedikit pun terkesan bersyukur. "Bisakah kalian pergi sekarang?""B …. ""Ibu!" Aku berbalik dengan marah dan menatap tajam pada mereka. "Apa kalian nggak bisa pergi? Tolonglah, aku ingin sendirian!"Dadaku naik turun dengan cepat karena marah sambil melihat mereka saling bertukar tatapan. Mereka lalu berdiri dan keluar dari kamar.Aku melihat barang-barang yang mereka bawa untukku, lalu menyingkirkan makanan yang diberikan untukku dan meraih ponselku. Dengan tergesa-gesa, aku menggulir layar ponselku untuk mencari berita, blog, dan komentar-komentar yang ada.Seperti yang mereka katakan, berita itu sudah menyebar ke mana-mana. Setiap saluran berita hiburan, blog, bahkan kanal media mengolok-olokku karena ditinggalkan oleh Mark.[ Wanita matre berpura-pura hamil untuk menjebak miliarder Mark Torres. ][ Wanita hamil yang mencoba memaksakan dirinya masuk

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 182

    Mataku dipenuhi air mata yang tak akan pernah jatuh, terutama di hadapan Mark. Menjadi rentan sudah menjadi hal biasa di sekitar Mark, tetapi segala sesuatu ada batasnya. Setelah aku selesai berbicara, ada keheningan panjang yang nyaman. Mark meraih tanganku dan memberiku genggaman yang menenangkan. Aku menghargainya. Aku selalu menghargai kehadirannya dalam hidupku. "Jadi, apa yang kamu harapkan saat bertemu dengannya?" Aku tersenyum. Tenggorokanku tidak lagi terasa sesak, mataku tidak lagi dipenuhi air mata dan yang terpenting, suaraku tidak lagi bergetar. "Tentu saja, aku berharap kami bisa berdamai. Kalau itu terjadi, aku akan kembali dengan Lucas. Kami akan menghabiskan waktu di sini untuk berkemas dan menyelesaikan semua hal, lalu kami akan membawa Aiden dan menetap di Idelia." Kali ini, aku benar-benar melihat kilatan luka di mata Mark. "Aduh, Sydney. Aduh." "Apa?" Aku tertawa dan mengangkat bahu. "Aku harus jujur. Kalau kalian berdamai, itu akan sangat menyakitkan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 181

    Sudut pandang Sydney:Dengan lembut, Mark mendekati keranjang bayi dan menurunkan Aiden yang telah tertidur di pelukannya. Dia menyelimuti Aiden dengan baik dan masih menepuknya beberapa kali sebelum menjauh. Mark meregangkan bahu dan memutar leher serta lengannya, mungkin terasa pegal karena menggendong Aiden begitu lama. Kemudian dia duduk santai di ujung tempat tidur, tangannya sempat menyentuh kakiku sebelum dia meletakkannya di pahanya."Kenapa kamu begitu ingin mencari Lucas?" tanyanya sambil menghadap tiang di ujung tempat tidur. Dia menoleh padaku dan mengangkat bahunya sedikit. "Maksudku, sudah begitu lama sejak dia menghubungimu atau mencoba menghubungimu. Dia nggak pernah berusaha sejak dia pergi.""Kamu nggak bisa bilang begitu." Aku merasa bodoh karena membelanya. "Gimana kalau sesuatu terjadi padanya dan dia nggak bisa menghubungi siapa pun?" Aku mengangkat bahu. "Ada banyak kemungkinan, kamu tahu."Mark mengangguk, "Kamu benar. Aku setuju denganmu dalam hal itu. Selalu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 180

    Mark mengangkat bahunya sambil berkata, "Aku nggak tahu, Sydney, tapi percayalah, aku nggak mengatakan apa pun kepada siapa pun." Mark berhenti sejenak dan dengan hati-hati menopang berat badan Aiden dengan tangan yang satunya sebelum melanjutkan. "Para jurnalis hiburan sering berbicara omong kosong, itu nggak ada hubungannya denganku.""Siapa tahu? Mungkin salah satu perawat yang memberi tahu mereka. Nggak adil kalau kamu menyalahkanku soal ini.""Aku nggak peduli apakah kamu melakukannya atau nggak," sahutku dengan marah. "Berita palsu seperti itu harus segera dihapus begitu muncul di berita."Mark mengatupkan bibirnya dan mengangguk. "Aku setuju denganmu.""Sudah berapa lama berita palsu ini beredar di mana-mana? Aku sudah keluar dari ruang bersalin berapa lama dan berita palsu seperti itu masih dibuat ulang dan disebarkan. Jangan bilang bahwa sebagai CEO GT Group, tanpa persetujuanmu, berita ini bisa bertahan begitu lama?""Aku akui bahwa aku mungkin memiliki motif egois." Mark men

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 179

    Sudut Pandang Sydney:Mark pasti menyadari bahwa aku telah mengalihkan pandanganku dari sosok Grace yang semakin menjauh dan kini menatapnya, karena ia menoleh dari Aiden dan langsung berkata, "Apa?" "Kamu serius menanyakan itu padaku?" Aku melotot padanya. Mark tersenyum dan bertanya dengan lembut, "Ayolah, ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?" Sejak aku memutuskan untuk memiliki Aiden, Mark selalu ada untukku tanpa henti. Aku dan Grace sama-sama terkejut, dan aku terus menahan napas …. Aku terus berharap dalam diam, berpikir bahwa suatu hari nanti dia akan lelah berpura-pura atau sekadar bosan merawat seorang wanita yang bukan miliknya dan pergi. Tetapi dia tetap tinggal dan bertahan sampai akhir. Mark menawarkan segala bantuan yang bisa dia berikan. Kapan pun aku merasa sendirian atau merasakan sedikit pun rasa sakit dan tidak bisa menghubungi Grace, aku akan menelepon Mark dan dia akan segera datang.Aku ingat suatu waktu, kurasa saat itu bulan keempat k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 178

    Aku menggeleng melihat dramanya. Aku menatap mereka berdua, Aiden dengan mata tertutup dan Grace yang sepenuhnya fokus padanya. Hatiku menghangat melihat mereka bersama. Aku sudah bisa merasakan bahwa Aiden akan memiliki begitu banyak dukungan dan cinta dalam hidupnya. Dia akan dikelilingi oleh itu semua, aku akan memastikannya.Senyumku perlahan memudar. Aku menggigit bibirku saat dia terlintas dalam pikiranku. Aku berkata kepada Grace, "Aku berpikir untuk pergi ke Idelia." Grace terdiam sesaat, lalu menghela napas dan terus mengayun Aiden dalam pelukannya. "Untuk apa, Sydney?" tanyanya dengan nada lelah. Aku tahu Grace sudah tahu alasanku ingin ke sana, tetapi karena dia bertanya, aku akan menjawabnya juga. "Untuk mencari Lucas." Aku merasa kecewa dan terkejut ketika setelah sebulan, Lucas tidak kembali atau bahkan menghubungiku. Berminggu penantianku berubah menjadi berbulan-bulan, dan tetap tidak ada kabar dari bajingan itu. "Kamu bercanda, 'kan?" Grace berbalik ke arahku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 177

    Beberapa bulan kemudian. Sudut pandang Sydney:"Selamat datang ke dunia ini, Aiden. Mama sangat menyayangimu," bisikku ke telinga kecilnya. Dia menyipitkan matanya padaku sebelum kembali menutupnya. Aku bertanya-tanya apakah dia mendengarku, apakah dia bisa merasakan dan mengetahui bahwa dia berada dalam pelukan ibunya. Mataku mulai berkaca-kaca, dipenuhi air mata kebahagiaan saat aku membelai pipi putraku. Hanya dengan berpikir bahwa dia adalah milikku, hatiku langsung dipenuhi dengan begitu banyak cinta dan kebahagiaan. Astaga, dia terlihat begitu polos. Terlalu suci untuk dunia ini. Tanpa kesulitan apa pun, aku berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat di rumah sakit yang sama saat aku pertama kali mengetahui bahwa aku hamil. Aku tersenyum. Beberapa bulan terakhir ini benar-benar penuh dengan banyak hal. Bulan-bulan yang dipenuhi dengan gejolak emosi, bulan-bulan di mana aku menerima dukungan dan cinta, bahkan dari orang-orang yang tidak aku duga. Sebenarnya, beb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 176

    Aku berbalik dan melihat bangku yang selalu ada di sana, di ujung kedai kopi di sebelah gedung GT Group. Syukurlah, tidak ada orang di sana. Aku langsung berjalan mendekat dan perlahan duduk di kursi itu. Mataku terfokus ke kejauhan, tetapi pikiranku ke mana-mana, dipenuhi dengan keraguan dan ketakutan. Tak lama kemudian, mobil Grace muncul. Syukurlah, aku tidak perlu berteriak memanggil namanya atau berjalan kembali ke depan gedung GT Group karena dia sudah melihatku duduk di sana. Dia mengangguk dan menghentikan mobilnya. Aku berdiri dengan lemas, membuka pintu yang sudah setengah terbuka oleh Grace, lalu naik ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya. Tak ada satu kata pun yang terucap saat Grace mengarahkan mobilnya ke tempat parkir GT Group dan berbalik arah. Saat dia mengemudi menuju apartemen, aku tetap menatap jendela di sampingku. Tetapi aku bisa merasakan tatapan Grace yang terus mengarah padaku. Akhirnya, dia memecah keheningan dengan suara lembut, "Kamu mau bicara te

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 175

    Sudut pandang Sydney:Mark tampak membeku di tempat. Tangannya yang memegang korek api tetap berada di ujung rokok yang masih terselip di antara bibirnya saat dia menatapku, atau lebih tepatnya, saat dia ternganga menatapku.Tangannya terkulai ke samping. Ucapannya dipenuhi oleh ketidakpercayaan. "Kamu nggak bercanda."Aku menatapnya kosong. Sejak kapan kami menjadi sahabat karib sampai-sampai aku harus membuat lelucon seperti itu? Pikirku. Dia pasti berpikiran sama karena dia menggelengkan kepala dan kami hanya saling menatap seperti itu selama beberapa saat.Tiba-tiba, Mark tampaknya memahamiku saat dia dengan cepat menyimpan rokok dan korek api ke sakunya.Dia tampak khawatir, sedikit panik saat melangkah mendekat. Tatapannya beralih dari lorong ke wajahku. Aku penasaran, sedikit geli di tengah semua kekacauan emosional ini, apakah dia akan lari. Apakah pembicaraan tentang bayi atau pemandangan wanita hamil membuatnya begitu takut?Sebaliknya, Mark melangkah maju dan bertanya dengan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 174

    Apa maksudnya ini? Apakah aku dicampakkan lagi? Setelah akhirnya aku menemukan pria impianku, sekarang harus begini? Setelah begitu banyak ucapan "aku nggak akan pernah melepaskanmu lagi" darinya?Lucas memasukkan tangannya ke saku. Meskipun dia berdiri tidak jauh dariku, aku bisa melihatnya menjauh dariku.Lucas mengangguk dan menatap mataku sambil menjawab, "Ya, aku akan kembali sendiri. Kalau aku berhasil, aku akan menghubungimu.""Kalau!" kataku tidak percaya. "Apa-apaan ini, Lucas?" Suaraku bergetar. "Semacam kesepakatan bisnis?"Dia membuang muka dan aku ingin memegang wajahnya, menatap matanya dan melihat bahwa dia bercanda. Dia akan tertawa terbahak-bahak dan aku juga. Kemudian, dia akan menciumku dan kami akan pulang. Namun, aku tidak bisa memegang wajahnya dan menatap matanya karena semua itu tidak akan terjadi kecuali dalam khayalanku.Aku menelan ludah dan melangkah maju. Meskipun hatiku hancur dan yang ingin kulakukan hanyalah berlari menyusuri lorong, mencari toilet, dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status