Share

Bab 92

Author: BELLA
Sejak pertama kali aku diadopsi, wajah para wali dan rumah-rumah asuh menjadi kabur dalam ingatanku. Setiap keluarga yang kutinggali selalu memperlakukanku dengan buruk, tapi untungnya aku cukup pintar untuk selalu bisa melarikan diri.

Hidupku seperti badai hukuman dan teguran dari petugas panti asuhan, entah karena aku dianggap nakal oleh orang tua angkatku atau karena kabur dari rumah asuh. Sebelum aku benar-benar memahami apa yang terjadi, aku diadopsi lagi dan dilemparkan ke keluarga pahit lainnya. Memiliki keluarga manis dan harmonis sepertinya bukan takdirku.

Akhirnya, para petugas panti asuhan lelah mengadopsikanku karena aku pasti akan kembali atau dikembalikan, jadi mereka membiarkanku tinggal di sana. Walaupun ada yang mengatakan ingin mengadopsiku, mereka akan menggeleng dan berkata, "Maaf, yang itu tidak bisa diadopsi."

Secara pribadi, aku juga lebih suka tinggal di panti asuhan. Selain makanan yang tidak enak - oh, makanannya bisa sangat menjijikkan - dan lingkungannya yan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 93

    Momen itu tak berlangsung lama. Rasanya seperti surga dibandingkan makanan sisa yang biasa kami dapatkan di panti asuhan. Perutku yang rakus pun semakin bergemuruh. Di dapur itu, ada makanan yang benar-benar disiapkan dengan baik, buah-buahan, sayuran, susu, anggur, steik .... Apa pun yang bisa kamu bayangkan, mereka memilikinya."Siapa kamu?" Salah satu apel yang setengah kumakan jatuh dari tanganku dan aku terdiam. Perlahan, aku berbalik dan berhadapan dengan seorang anak laki-laki berambut keriting di kursi roda. Jika usianya tidak sama denganku, dia mungkin lebih tua satu atau dua tahun. Meski mulutku penuh makanan, aku berhasil tersenyum dan mengangkat tangan dengan canggung. "Hai," gumamku.Anak laki-laki itu hanya menatapku, lalu pandangannya turun ke apel di tanganku. Malu, aku menyembunyikan apel itu di belakang punggungku, sementara pandanganku tertuju pada roda kursi rodanya. "Aku bersumpah, aku bukan ...." Aku mulai bicara, tetapi terputus ketika kursinya bergerak. Awalnya,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 94

    Dia menanyakan tentang minatku pada desain perhiasan, saat itulah aku menyadari bahwa aku benar-benar menyukainya. Sejak saat itu, dia mulai membawakanku lebih banyak buku tentang topik itu.Seiring waktu, saat kami bertambah dewasa, Lucas tumbuh menjadi pemuda yang cerdas. Aku mulai melihatnya lebih dari sekadar teman, dan tanpa sadar sering memerhatikan penampilanku setiap kali akan bertemu dengannya. Aku selalu menantikan waktu bersama Lucas setiap hari.Ketika aku berusia 16 tahun, aku yakin aku jatuh cinta padanya dan kurasa dia juga memiliki perasaan yang sama padaku, meskipun aku tidak tahu seberapa dalam perasaannya. Saat aku berusia 17 tahun, Lucas dan aku berciuman untuk pertama kalinya di bawah rak buku yang penuh dengan buku-buku tentang desain perhiasan yang dia berikan selama bertahun-tahun.Kami adalah pasangan kecil yang bahagia untuk sementara waktu, sampai kesehatan Lucas mulai memburuk. Dia sering kehilangan kesadaran dan aku semakin jarang bisa bertemu dengannya. Se

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 95

    Sudut pandang Mark:Rahangku mengeras dan aku merasakan tangan di sisiku bergetar sebelum mengepal kuat-kuat saat melihat pria itu memeluk Sydney erat. Tanpa berpikir panjang, aku melangkah maju, terbakar oleh rasa cemburu, dan menarik Sydney menjauh darinya. Begitu Sydney berada di luar jangkauan pria itu, tinjuku langsung menghantam wajahnya.Bajingan itu terhuyung mundur, tangannya langsung menutupi wajahnya. "Apa-apaan kamu, Mark?" Aku mendengar teriakan Sydney di belakangku, tetapi itu tidak menghentikanku. Aku melangkah mendekat dan kembali memukul wajahnya. Kali ini, dia jatuh ke lantai saat terhuyung."Mark! Hentikan sekarang juga!" Itu suara Nenek, tapi aku tidak peduli. Aku menindihnya dan kembali mengayunkan tinjuku ke wajahnya. Dia pikir siapa dirinya, datang entah dari mana dan memeluk Sydney seperti itu?Saat aku menarik lenganku untuk memukulnya lagi, tangannya menangkap tinjuku. Dengan mulut yang berdarah, dia membuka suara dan mengucapkan kata-kata yang paling membuatk

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 96

    Sudut pandang Sydney:"Sydney, kamu benar-benar kayak orang bucin," ejek Grace saat dia masuk ke ruang tamu seraya mengunyah buah stroberi yang dibawanya dalam sebuah mangkuk."Entahlah, Grace," kataku sambil memutar-mutar ponsel di tanganku. Dengan ekspresi cemberut, aku bertanya, "Aku telepon dia nggak, ya?"Setelah kericuhan antara Mark dan Lucas di pesta itu, aku jadi tidak sempat mengobrol banyak dengan Lucas. Dia memilih untuk mengantarku pulang ke rumah dengan terburu-buru. Untungnya, kami masih sempat bertukar nomor sebelum dia pergi. Namun, sejak saat itu, aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayangnya di kepalaku. Aku jadi tidak fokus kerja karena otakku selalu dibayang-bayangi oleh wajahnya.Grace memutar bola matanya dan duduk di kursi empuk yang menggantikan meja di tengah ruangan. Dia mengulurkan tangannya yang memegang mangkuk ke arahku dan bertanya, "Mau?" Dia memejamkan mata sejenak dan menarik napas panjang, lalu berkata, "Ini benar-benar juicy, lho."Aku menggeleng.

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 97

    Sambil tersenyum, aku membuka mataku. Hilang sudah pikiran tentang Lucas digantikan dengan inspirasi dan ide kreatifku. Aku mengeluarkan kertas gambar dan pulpenku. Aku mengernyit, mencoba berkonsentrasi saat aku menggambar ide-ide yang muncul di pikiranku. Di sela-sela proses menggambar, aku mengambil botol minumku dan meneguk air segar. Setelah selesai, aku mengangkat buku gambar itu dan meregangkan tanganku ke depan, menyipitkan mata untuk melihat apa yang sudah kuciptakan.Seperti biasa, desainnya terlihat memuaskan, bukan goresan desain murahan yang asal-asalan di kertas.Setelah keluar dari dunia kreatifku dan melihat ke sekeliling, aku menyadari kalau langit sudah mulai menggelap dan hanya ada beberapa orang di taman itu. Aku membereskan barang-barangku dan menyelipkan buku gambar yang sudah kugunakan dengan hati-hati ke dalam ranselku. Kemudian, aku menyampingkan ransel itu, mengambil botol airku, meminumnya sekali lagi.Aku melepas sepatuku dan menggerakkan jari-jari kakiku,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 98

    Ban mobil berdecit melawan aspal saat mobil melaju di tengah malam yang diterangi oleh cahaya bulan. Luigi mengendarai mobil dengan cepat dan ugal-ugalan. Jalan yang tidak mulus membuat tubuh kami terus terlonjak.Andai saja Lucas tidak mengencangkan sabuk pengamanku, tubuhku pasti sudah terlempar ke luar jendela yang terbuka."Ya ampun, Luigi! Bawa mobilnya bisa pelan dikit nggak!" teriakku sambil mencengkeram ujung kursiku dengan erat.Bahu Luigi berguncang saat dia tertawa kecil. Dia berkata, "Tentu saja nggak bisa." Setelah itu, dia menoleh dan berujar, "Aku ini dulunya pembalap F4. Kalau aku menyetir pelan kayak nenek-nenek, teman-temanku pasti akan mentertawakanku dan aku pasti akan kalah dalam lomba balap. Tenang. Berpegangan kuat saja di tempatmu. Dengan kecepatan kayak ini, pencuri itu pasti tertangkap!"Kemudian, dia membanting setir ke samping dengan sebuah drift. Meski sudah menggunakan sabuk pengaman, tubuh kami tetap terhuyung ke samping dan aku pun terjatuh di pelukan Lu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 99

    Aku membuka mataku ketika suara tawa yang memenuhi udara memberikan perasaan hangat di hatiku. Aku menoleh ke sumber suara tawa itu. "Nggak usah takut, Sydney," ujar Lucas.Meski dia tidak lagi tertawa, matanya masih memancarkan keceriaan. "Luigi memang suka menyetir secara ugal-ugalan, tetapi percayalah, dia itu seorang pengemudi yang andal, berpengalaman, dan berbakat. Nggak akan terjadi apa-apa. Kita pasti bisa mendapatkan ranselmu kembali dengan selamat."Aku menelan ludah dan mengangguk, tetapi aku tetap erat menggenggam tepi kursi.Luigi mengendarai mobil itu dengan liar melewati jalan yang remang-remang dan gang-gang gelap hingga akhirnya kami berhasil memojokkan pencuri itu di sebuah gang sempit yang gelap. Aku tidak bisa melihat pencuri itu jika bukan karena lampu depan mobil yang terang. Jujur, aku tidak menyangka Luigi mampu memojokkan pencuri itu, tetapi harus kuakui, aku terkesan dengan keahliannya itu dan senang karena aku bisa mendapatkan kembali barang-barangku.Sement

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 100

    Lucas mengayunkan gandengan tangan kami ke depan dan ke belakang saat kami berjalan dalam diam di sepanjang taman, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri sambil menikmati ketenangan malam.Kami kemudian melihat cahaya bersinar di depan dan ada banyak orang yang berkumpul di sana. Aku menyipitkan mata ke arah sana. "Itu truk makanan, ya?" tanyaku pelan dan melirik sekilas ke arah Lucas yang juga menatap ke depan."Kurasa iya," jawab Lucas, lalu sedikit mengangkat bahunya.Saat kami semakin mendekat, semuanya menjadi semakin jelas. Aku mencoba menahan diri untuk tidak berteriak, tetapi aku tidak bisa. "Es krim!" Aku menunjuk truk itu dan menoleh ke arah Lucas yang tersenyum."Ayo." Aku melepaskan genggaman tangan kami dan mengajaknya, "Ayo, kita beli."Tanpa menunggu tanggapan Lucas, aku berlari ke arah truk yang mengeluarkan lantunan lagu itu. Ketika aku berteriak tadi, beberapa anak di depan truk itu menoleh ke arahku, jadi saat aku berlari mendekat, mereka masih memperhatikanku

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 210

    Aku mencengkeram rokku dengan erat sambil mencoba menenangkan ketakutanku serta menstabilkan detak jantungku yang kacau. Hal seperti ini benar-benar asing bagiku dan juga sangat menakutkan."Berlutut." Aku tersentak mendengar suaranya dari belakangku. Dengan patuh, aku berlutut, meringis saat lantai keras menggores lututku.Tavon mengangguk puas, matanya bersinar dengan tatapan aneh. "Kamu penurut, bagus."Dia berjalan ke salah satu sisi ruangan dan mengambil sebuah cambuk. Bulu kudukku meremang ketika dia mendekatiku. Tangan tuanya mencengkeram cambuk itu dengan erat. Sebelum aku bisa memproses apa yang akan terjadi atau mencoba memprotes, dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan langsung mencambukku kulitkuPunggungku melengkung saat aku mencoba menghindari rasa sakit yang menyengat itu. Jeritanku menggema di seluruh ruangan, rasa sakit itu menyebar ke seluruh tubuhku, air mata menggenang di mataku."Kamu suka ini?" Suaranya kasar, matanya dipenuhi gairah yang mengerikan.Sial, bagaima

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 209

    Aku memaksa diriku untuk tetap tenang. Aku melepaskan genggaman tanganku yang erat, berhenti menggertakkan gigi, dan memberikan senyuman terbaikku padanya, meskipun aku merasa mual karena jijik. Menjaga kepura-puraan ini sangat melelahkan, tetapi aku tahu aku harus tetap bersandiwara jika ingin rencana ini berhasil.Peringatan Dylan terngiang di pikiranku. Satu kesalahan saja bisa berarti kematianku. Jadi, aku memasang ekspresi manis dan lembut, tidak peduli seberapa besar rasa mual yang kurasakan.Bibir Tavon membentuk senyuman jahat. Tangannya yang berkeliaran berhenti di lekuk pantatku dan menekannya secara halus sambil menoleh ke arah Dylan. "Nak, kamu selalu tahu apa yang aku suka."Dylan mengangguk dengan senyum puas, matanya berbinar-binar. "Paman, kepuasanmu selalu menjadi kebahagiaan terbesarku."Bulu kudukku meremang mendengar kata-kata Dylan. Pengabdiannya dengan menjilat kepada pria bejat ini benar-benar menjijikkan. Bagaimana mungkin dia begitu antusias, begitu bangga, mel

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 208

    Sudut pandang Sydney:Sekitar satu jam setelah Dylan mendandaniku, dia diberi tahu bahwa mobil sudah siap. Dia berganti ke setelan jas yang, menyebalkannya, membuatnya terlihat semakin mirip Lucas.Aku tidak melewatkan rasa iri yang sekilas muncul di mata para wanita lain saat Dylan dengan kasar menyuruh mereka bersikap baik dan tetap di kamar mereka, lalu pergi bersamaku. Aku rasa mereka pasti ingin menjadi paket yang akan dikirimkan. Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apakah dia pernah menawarkan salah satu dari mereka kepada pamannya juga.Kami masuk ke dalam mobil, dan sopir membawa kami ke tempat di mana aku akan bertemu dengan Paman Tavon.....Setelah beberapa menit perjalanan yang menyesakkan bersama Dylan, akhirnya kami sampai di tujuan, dan aku bisa bernapas lega lagi.Mobil berhenti di depan mansion besar, tetapi yang satu ini jelas lebih mewah dan megah dibandingkan dengan tempat tinggal para wanita Dylan. Aku perlahan mengangguk pada diri sendiri. Aku bisa me

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 207

    "Aku nggak butuh bantuanmu!" Aku ingin meludah ke wajahnya dan menunjukkan semua kebencian yang kurasakan padanya, tetapi itu pasti akan merusak segalanya, bukan? Itu bahkan bisa membuatku kehilangan nyawa.Jadi, sebagai gantinya, aku memasang senyuman tipis di bibirku dan berbalik menghadapnya. Aku mengejapkan bulu mataku padanya, "Aww." Aku mendesah manja. "Terima kasih."Sambil tersenyum sinis, dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekatiku. Tiba-tiba, lingerie yang kupakai dirobek olehnya dari tubuhku dan dilemparkannya begitu saja, lalu dia merebut gaun itu dari tanganku.Aku terperanjat dan menatapnya dengan mata terbelalak, tetapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia bahkan tidak melihatku dan senyum itu telah lenyap dari wajahnya. Alisnya berkerut dalam konsentrasi saat dia memakaikan gaun itu kepadaku dan mulai mendandaniku.Tangannya bergerak begitu terampil seolah-olah dia sudah terbiasa melakukan hal ini.Saat dia selesai, dia melangkah mundur dan menatap tubuhku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 206

    Dengan hati-hati, aku mengambil gaun itu darinya dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan benar-benar menyerahkannya padaku. Dengan kedua tanganku menggenggam sisi gaun, aku mengangkatnya di depan tubuhku dan membentangkannya sepenuhnya agar bisa melihat desainnya dengan jelas.Itu adalah gaun merah panjang yang langsung membuatku tercengang. Saat aku melihatnya lebih dekat, aku menyadari bahwa bahan gaun ini adalah sutra halus dan mewah dengan tekstur yang begitu lembut sehingga aku bisa langsung tahu bahwa aku akan menyukai sensasinya saat kain itu mengenai kulitku.Panjangnya saja sudah memberikan kesan elegan dan berkelas, tetapi desainnya yang berani, menjadikannya jauh dari kesan sederhana. Kamu hanya perlu melihatnya untuk mengetahuinya.Sebagai pemilik bersama lini pakaian dengan sahabatku, Grace. Aku telah terbiasa dengan banyak desain mode yang menakjubkan dan indah selama bertahun-tahun. Namun, aku tidak bisa menyangkal bahwa gaun yang dipilih Dylan ini memiliki keunikan d

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 205

    Sudut pandang Sydney:Aku langsung menarik diri dari pelukan Dylan begitu mendengar suara tepukan tangan.Sambil menatap Dylan yang hanya berjarak beberapa sentimeter dariku, aku tetap membiarkan lenganku melingkar di lehernya. "Kenapa kamu tepuk tangan?" tanyaku dengan senyum kecil, mataku mencari-cari petunjuk di wajahnya. Ada kilatan nakal di matanya yang membuatku bertanya-tanya apa yang sedang dia rencanakan.Dylan hanya balas tersenyum, tidak repot-repot menjawab. Dan dia memang tidak perlu menjelaskan apa pun karena, tepat saat itu, salah satu anak buahnya membuka pintu kamar dan melangkah masuk.Pria itu membawa sebuah kantong belanja di tangannya. "Selamat malam, Pak," sapanya sopan sambil menunduk sedikit, lalu mengangguk padaku. "Nona." Wajahnya tetap datar, tidak memberi petunjuk apa pun tentang isi kantong yang dibawanya.Aku melirik pria itu lalu kembali menatap Dylan, masih dengan tangan yang melingkari lehernya."Apa itu?" tanyaku sambil mengangkat alis, penuh selidik.

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 204

    Tanpa memberinya kesempatan untuk mengajukan keberatan lebih jauh, aku langsung membungkamnya dengan ciuman yang intens.Sekejap saja, bibirnya sudah bergerak membalas ciumanku, tangannya mencengkeram erat pinggangku dan menarikku lebih dekat ke dadanya. Lalu, satu tangannya meluncur turun, meremas bokongku seolah-olah tubuhku adalah miliknya.Aku menggeliat di atas pangkuannya, merasakan tonjolan keras di balik celananya. "Sial, Sydney," desahnya kasar sebelum menggigit bibir bawahku dengan keras, lalu mengisapnya seakan-akan hendak menghapus bekas yang baru saja dia tinggalkan.Dalam permainan balas dendam yang berkedok cinta ini, kami terus menguji dan menebak satu sama lain. Aku bertanya-tanya, apakah dia bisa melihat senyum palsuku, atau kasih sayang yang hanya merupakan ilusi belaka? Hatiku bergidik saat memikirkan kemungkinan itu.Dylan meremas bokongku lebih kuat, membuatku kembali menggeliat di atasnya. Aku mengerang pelan yang terdengar begitu meyakinkan walaupun semuanya han

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 203

    "Tentu saja aku keberatan karena kamu ngebunuh sahabatku," kataku pelan, berusaha menjaga agar suaraku tetap terdengar lembut tanpa memperlihatkan kemarahan atau kebencian yang tersembunyi di baliknya. Aku menampilkan gambaran sempurna seorang wanita yang jatuh cinta terlalu dalam, yang sedang mengungkapkan kenyataan pahit pada pria yang dicintainya."Tapi Lucas memang sudah sakit parah sejak lama. Bahkan kalau kamu nggak melakukan apa-apa, dia nggak akan bertahan lebih lama lagi. Mungkin, dengan cara ini, kamu justru membebaskan dia dari penderitaan lebih cepat. Selama ini, dia terus dihantui rasa sakit dan siksaan dari segala penyakit yang bikin tubuhnya melemah …."Aku mengangkat bahu seolah-olah kematian Lucas tidak lagi membebani pikiranku."Lagi pula, aku nggak bisa membenci laki-laki yang sekarang jadi alasan jantungku berdetak. Aku cuma ingin bisa bersama orang yang aku cintai, hanya itu yang aku mau. Aku yakin Lucas nggak akan nyalahin aku … atau bahkan nyalahin kamu, karena k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 202

    Sudut pandang Sydney:Tawaku meledak karena ucapan Dylan yang menggelikan. Bagaimana mungkin dia bisa cemburu pada orang yang sudah mati?Dylan berdiri di sana, berusaha terlihat mengintimidasi dengan tatapan marahnya, tapi malah terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk. Di saat itu, rasanya hampir seperti saat aku sedang bercanda dengan Lucas, dan bukan dengan Dylan.Konfrontasi ini sebenarnya pertanda baik walaupun tingkah Dylan ini agak terlalu dramatis. Ini artinya sandiwara yang selama ini kurancang dengan hati-hati masih berjalan sesuai rencana.Mungkin aku belum sepenuhnya memasuki hatinya yang gila itu, tapi setidaknya aku sudah berhasil masuk cukup jauh ke dalam pikirannya yang rapuh."Maaf," kataku terkikik sambil menutup mulut dengan tanganku untuk menahan tawa. Aku pun turun dari tempat tidur dan berdiri di hadapannya. Aku tidak bisa menahan rasa geli melihat kecemburuan Dylan terpicu oleh sesuatu yang begitu sepele. Dia benar-benar konyol.Selagi aku masih tertawa p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status