Hari itu, saat aku berpakaian rapi dan bersiap untuk bekerja, sepanjang perjalanan hingga aku duduk di kursi kantorku, ada rasa gelisah yang menggerogoti hatiku.Jadi, ketika Bella datang kepadaku dua bulan kemudian sambil membawa laporan USG dan meletakkan tangannya di perut datarnya, sorot matanya bersinar dengan campuran harapan, ketakutan, dan kebahagiaan. Sejujurnya aku tidak terlalu terkejut."Mark, aku hamil," suaranya bergetar, hampir tidak terdengar.Aku hanya duduk diam dan menatapnya. Entah bagaimana, jauh di lubuk hati, aku sudah tahu dia hamil.Namun, tetap saja reaksiku muncul tanpa bisa kucegah. Wajahku pucat saat menyadari bahwa ketakutan terbesarku telah menjadi kenyataan. "Bukannya sudah kusuruh kamu minum pil KB!" bentakku marah, tanpa berpikir atau mempertimbangkan perasaannya.Seperti yang kuduga, air mata mulai menggenang di matanya saat dia menatapku. "Aku sudah minum," suaranya gemetar, "Tapi mungkin pilnya tidak bekerja. Ini kecelakaan, oke? Aku juga tidak men
Read more