Semua Bab Milyader, Mari Bercerai: Bab 111 - Bab 120

178 Bab

Bab 111

Aku memberi tahu tujuanku kepada sang supir taksi lalu kami pun berangkat. Setelah sampai di tujuan, aku mentransfer biaya taksi padanya dan melihatnya pergi.Saat aku berdiri di sana, mataku memindai bangunan kantor mewah yang besar dan luas di depanku. Di seberang sana, ada kafe tempat aku menangkap Sydney yang sedang menguping percakapanku dengan Isaac. Berhubung dia mengklaim bahwa dia bekerja di sini, maka akan kupastikan kebenarannya.Aku berjalan mendekat ke bangunan itu dengan terkesima. Dari dekat, bangunan itu sungguh luar biasa. Dinding kaca di lantai atas berkilau di bawah sinar matahari. Cerminan langit dan gedung-gedung di sekitarnya terlihat jelas. Aku sampai membayangkan seperti apa tampak interior di dalamnya dan bagaimana rasanya duduk di kursi kantor sana.Aku menggelengkan kepala dan kembali fokus pada alasan utamaku datang kemari. Aku tidak punya banyak waktu untuk berdiri di tempat yang bisa dengan mudah dikenali orang lain dan hanya untuk mengagumi keindahan temp
Baca selengkapnya

Bab 112

Sudut pandang Sydney:Alamat yang Mark kirimkan menunjukkan bahwa dia berada di bar Luigi. Pandanganku terjatuh pada mobilnya yang terparkir di pinggir jalan saat aku mengemudi menuju tempat parkir dan memarkir mobilku.Aku berjalan masuk ke dalam bar itu. Saat kulihat sekeliling untuk mencari tahu tempat di mana Mark duduk, pandanganku akhirnya bertemu dengan Luigi. Dia sudah melihatku sejak tadi. Begitu tatapan kami bertemu, dia menunjuk matanya dengan jari telunjuk dan jari tengah, lalu mengarahkannya kepadaku."Aku mengawasimu," bisik dia dengan gerakan mulutnya yang mudah dibaca.Aku memutar bola mataku dan menempelkan satu jariku ke mataku. "Akan kucungkil bola matamu," balasku. Kemudian, aku berbalik dan berjalan menuju ruang VIP Mark. Berhubung dia tidak berada di lantai bawah, dia pasti ada di salah satu ruang VIP."Sydney …. " Tatapan Mark langsung tertuju padaku dan suaranya terdengar sedikit cadel. "Kamu sudah datang, duduklah sini." Dia menepuk tempat di sampingnya.Aku be
Baca selengkapnya

Bab 113

Sudut pandang Mark:"Pak, Nona Bella datang untuk menemuimu. Dia sedang menunggu di bawah saat ini." Suara itu terdengar melalui telepon, menarik perhatianku dari tumpukan berkas di atas meja.Aku menyandar pada kursi dan merenung, bertanya-tanya mengapa dia datang kali ini. Apa dia datang dengan kebohongan baru yang begitu meyakinkan hingga bakal membuatku memercayainya? Aku tidak akan terkejut kalau kali ini dia mengklaim dirinya mengidap leukemia.Aku mencondongkan tubuhku ke depan dan menekan tombol panggilan. "Biarkan dia masuk!"Mari kita lihat apa yang dia rencanakan kali ini."Baik, Pak," jawab orang dari seberang telepon dengan cepat.Beberapa detik kemudian, aku melihat pintu perlahan menderit terbuka, lalu Bella memasuki ruangan.Mataku langsung memindai tubuhnya dari ujung kaki hingga kepala. Dia mengenakan gaun turtleneck hitam yang sangat ketat hingga memperlihatkan tubuh rampingnya yang anggun. Bibirnya dilapisi lipstik warna merah menyala dan sepasang kacamata hitam bes
Baca selengkapnya

Bab 114

Aku membuka laci bawah di sebelah kananku dan mengeluarkan salah satu kartu bankku. Kemudian, aku menaruhnya di atas meja dan mendorongnya ke sisi lain meja agar Bella bisa meraihnya.Aku menarik tanganku kembali dan menunjuk kartu itu dengan daguku. "Ada 15 miliar di kartu itu. Mungkin lebih. Ambil saja semuanya. Itu cukup untuk memulai hidup baru yang mewah."Aku menyaksikan kecepatannya menyambar kartu bank itu dari meja. Dia menghindari tatapanku saat dia menyelipkannya ke dalam tasnya. Kemudian, dia mendongak. "Ini nggak cukup. Kamu berjanji akan membelikanku Luxe Vogue dan kamu belum melakukannya."Aku mencibir saat mengingat janji yang kukatakan kepadanya saat aku menidurinya. Betapa bodohnya gadis itu. "Kamu percaya ucapan pria di ranjang?" Aku mengejek lagi, "Jangan konyol, Bella."Dia langsung menjawab, "Aku akan bersikap konyol kalau itu bisa membuatmu memenuhi janjimu. Kamu menjanjikanku Luxe Vogue dan sekarang aku menginginkannya."Aku menatapnya, menelusuri raut wajahnya.
Baca selengkapnya

Bab 115

Sudut pandang Sydney:Aku ternganga menatap pria yang memasok katun kepada kami itu. Mulutnya terkatup rapat dan matanya menghindari tatapanku saat dia tetap bungkam."Kenapa?" ulangku. Aku telah menanyakan pertanyaan ini ribuan kali, tetapi pria itu terus mengatakan kepadaku bahwa dia tidak ingin berbisnis dengan Luxe Vogue lagi.Pemasok berhenti memasok bahan baku lagi bukanlah masalah bagi kami. Maksudku, kami bisa dengan mudah mencari pemasok lain dengan kualitas yang sama. Ya, proses mendapatkan pemasok resmi dengan kualitas tinggi yang sama akan merepotkan, tetapi kami pasti bisa mendapatkannya.Masalahnya di sini adalah bahwa selama berminggu-minggu ini, semua pemasok Luxe Vogue telah menarik diri.Beberapa pemasok, seperti yang duduk di depanku ini, cukup sopan untuk datang menemui kami secara langsung dan menarik layanan mereka. Sementara itu, beberapa pemasok lain bahkan tidak peduli dan hanya mengirim surel, 'Selamat siang, kami tidak akan memberikan layanan kami kepada peru
Baca selengkapnya

Bab 116

Napas akuntan itu terengah-engah saat dia berbicara, "Syukurlah. Kupikir Ibu nggak akan datang.""Apa lagi kali ini?" tanyaku dengan nada datar. Aku bahkan tidak bisa berpikir jernih lagi."Mitra logistik dan pergudangan Luxe Vogue menelepon," katanya sambil membentangkan kertas-kertas di mejaku. "Mereka sudah menaikkan harga dan menuntut uang muka setahun. Kalau ditolak, mereka nggak mau bermitra lagi."Grace dan aku saling pandang. Grace tiba-tiba berdiri. "Aku nggak bisa melakukan ini sekarang. Aku nggak bisa! Kita ketemu di ruang konferensi," gerutunya sambil bergegas keluar pintu.Aku melihatnya pergi. Semua hal yang terjadi ini benar-benar gila. Semuanya terjadi begitu cepat sehingga sulit dilacak."Katakan kepada mereka kita akan membayarnya," kataku kepada akuntan itu. "Mereka seharusnya memberi kita waktu beberapa hari."Kemudian, aku bergumam pelan, "Sekarang bukan waktu yang tepat untuk mulai mencari rekanan baru. Luxe Vogue benar-benar hancur."Aku menyeret kakiku ke ruang
Baca selengkapnya

Bab 117

"Bagaimana kalau kita jual perusahaan kepada mereka saja? Kita jual saja selagi masih bisa. Aku benar-benar nggak ingin berakhir dengan tangan kosong," ucap Grace.Suaranya mulai bergetar saat berbicara, "Maaf, tapi aku benar-benar takut menjadi miskin lagi. Aku bahkan nggak mau membayangkan mengalami masa-masa sulit itu lagi. Aku nggak bisa."Dia menggelengkan kepalanya dengan lemah dan cengkeramannya di sisi gaunku mengencang. "Aku nggak bisa kembali ke masa-masa itu."Dia mulai menangis lagi dan aku menghiburnya, "Jangan takut, ada aku. Kita hadapi bersama-sama. Mari kita terus bertahan. Dalang di balik semua ini pasti akan menunjukkan diri. Saat itulah kita akan tahu apa yang harus dilakukan."Aku memutarnya menghadapku dan menatap tajam ke arahnya. "Tenanglah. Ini bukan saatnya untuk panik. Ini saatnya untuk tetap kuat dan menjaga harapan kita tetap hidup."Grace mendengus dan mengangguk sambil terisak."Baiklah."….Setelah berhari-hari menerima berita buruk, kekhawatiran dan ket
Baca selengkapnya

Bab 118

Sudut pandang Mark:Aku menoleh kaget saat pintu kantorku terbuka lebar. Asistenku melangkah masuk, alisnya berkerut dan matanya melebar karena takut dan khawatir."Kenapa kamu menerobos masuk seperti itu?" Aku berdiri dengan marah.Dia mencoba menenangkan napasnya yang tidak teratur sebelum berbicara. Aku bertanya-tanya apakah dia berlari ke sini. "Sydney datang kemari. Melihat ekspresi di wajah dan langkahnya, nggak ada yang berani menghentikannya. Bahkan petugas keamanan. Aku bisa …."Pandanganku dengan cepat beralih ke pintu saat pintu itu didorong terbuka lagi dengan kasar. Asistenku melompat menjauh dari pintu saat Sydney menerobos masuk.Sydney langsung menuju ke mejaku dan membanting tasnya ke mejaku. Dia mengarahkan tatapan matanya yang menggelegar ke arahku dan berteriak, "Mark, apa sebenarnya yang kamu lakukan? Kenapa kamu mempersulitku?"Aku mengangkat alis dan melirik dengan terkejut ke retakan kecil yang baru saja dibuatnya di mejaku. Aku bertanya-tanya apa penyebab kemar
Baca selengkapnya

Bab 119

Aku mengangguk perlahan ketika menerima informasi ini. "Kenapa kamu nggak memperbarui informasi profilmu? Itu bakal mencegah kesalahpahaman besar ini terjadi."Dia mengerling dan berkata, "Aku terlalu sibuk sekolah dan mencari orang tuaku, lalu duar, aku menjadi istrimu kembali. Mana sempat aku mengurus hal semacam itu, Mark?"Aku menatapnya selama beberapa saat. "Kamu benar. Sepertinya, memperbarui profil bisnis nggak begitu penting bagimu." Kemudian, aku berdiri dan berjalan ke mesin pembuat kopi yang terletak di sudut ruangan. Aku kembali memikirkan semuanya saat membuat dua cangkir kopi. Saat berdiri di sana pun aku bisa merasakan dia menatap tajam ke arahku dari belakang.Aku meletakkan secangkir kopi secara perlahan untuknya. "Duduk dan tenanglah. Aku jamin kalau semua ini cuma salah paham. Mari kita tenangkan diri dan selesaikan masalah ini bersama-sama."Dia mengambil cangkir kopi itu dan langsung meneguk semuanya sampai habis. Kemudian, dia menatapku tajam dan membalas, "Ayo,
Baca selengkapnya

Bab 120

Sudut Pandang Sydney:Seperti yang kuduga dari perusahaan sebesar GT Group, kantor eksekutif mereka segera menyiapkan kontrak dan proposal, lalu menyerahkannya kepada Mark untuk ditinjau. Aku melihat pria yang membawakan dokumen itu berdiri di samping Mark dan menjelaskan beberapa hal kepadanya. "Ini terminasi dari proposal akuisisi. Kami perlu tanda tangan Bapak di sini dan di sini," ujar pria itu sambil menunjukkan beberapa bagian di atas dokumen itu. Mark mengangguk dan memeriksanya terlebih dahulu. Sesekali, dia akan menyipitkan mata, lalu meminta pria itu menjelaskan beberapa hal dan bagaimana hal itu dilakukan dengan cara tertentu. Pria itu akan menjelaskan semuanya kepada Mark, lalu Mark mengangguk dan tampak terkesan. Aku cukup terkejut saat dia mengaku tidak tahu kalau aku salah satu pemilik Luxe Vogue dan Atelier Studios bersama Grace. Kalau aku tidak sedang marah besar, aku akan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya saat dia berusaha memahami semuanya.Aku awaln
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status