Share

Bab 117

Penulis: BELLA
"Bagaimana kalau kita jual perusahaan kepada mereka saja? Kita jual saja selagi masih bisa. Aku benar-benar nggak ingin berakhir dengan tangan kosong," ucap Grace.

Suaranya mulai bergetar saat berbicara, "Maaf, tapi aku benar-benar takut menjadi miskin lagi. Aku bahkan nggak mau membayangkan mengalami masa-masa sulit itu lagi. Aku nggak bisa."

Dia menggelengkan kepalanya dengan lemah dan cengkeramannya di sisi gaunku mengencang. "Aku nggak bisa kembali ke masa-masa itu."

Dia mulai menangis lagi dan aku menghiburnya, "Jangan takut, ada aku. Kita hadapi bersama-sama. Mari kita terus bertahan. Dalang di balik semua ini pasti akan menunjukkan diri. Saat itulah kita akan tahu apa yang harus dilakukan."

Aku memutarnya menghadapku dan menatap tajam ke arahnya. "Tenanglah. Ini bukan saatnya untuk panik. Ini saatnya untuk tetap kuat dan menjaga harapan kita tetap hidup."

Grace mendengus dan mengangguk sambil terisak.

"Baiklah."

….

Setelah berhari-hari menerima berita buruk, kekhawatiran dan ket
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 118

    Sudut pandang Mark:Aku menoleh kaget saat pintu kantorku terbuka lebar. Asistenku melangkah masuk, alisnya berkerut dan matanya melebar karena takut dan khawatir."Kenapa kamu menerobos masuk seperti itu?" Aku berdiri dengan marah.Dia mencoba menenangkan napasnya yang tidak teratur sebelum berbicara. Aku bertanya-tanya apakah dia berlari ke sini. "Sydney datang kemari. Melihat ekspresi di wajah dan langkahnya, nggak ada yang berani menghentikannya. Bahkan petugas keamanan. Aku bisa …."Pandanganku dengan cepat beralih ke pintu saat pintu itu didorong terbuka lagi dengan kasar. Asistenku melompat menjauh dari pintu saat Sydney menerobos masuk.Sydney langsung menuju ke mejaku dan membanting tasnya ke mejaku. Dia mengarahkan tatapan matanya yang menggelegar ke arahku dan berteriak, "Mark, apa sebenarnya yang kamu lakukan? Kenapa kamu mempersulitku?"Aku mengangkat alis dan melirik dengan terkejut ke retakan kecil yang baru saja dibuatnya di mejaku. Aku bertanya-tanya apa penyebab kemar

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 119

    Aku mengangguk perlahan ketika menerima informasi ini. "Kenapa kamu nggak memperbarui informasi profilmu? Itu bakal mencegah kesalahpahaman besar ini terjadi."Dia mengerling dan berkata, "Aku terlalu sibuk sekolah dan mencari orang tuaku, lalu duar, aku menjadi istrimu kembali. Mana sempat aku mengurus hal semacam itu, Mark?"Aku menatapnya selama beberapa saat. "Kamu benar. Sepertinya, memperbarui profil bisnis nggak begitu penting bagimu." Kemudian, aku berdiri dan berjalan ke mesin pembuat kopi yang terletak di sudut ruangan. Aku kembali memikirkan semuanya saat membuat dua cangkir kopi. Saat berdiri di sana pun aku bisa merasakan dia menatap tajam ke arahku dari belakang.Aku meletakkan secangkir kopi secara perlahan untuknya. "Duduk dan tenanglah. Aku jamin kalau semua ini cuma salah paham. Mari kita tenangkan diri dan selesaikan masalah ini bersama-sama."Dia mengambil cangkir kopi itu dan langsung meneguk semuanya sampai habis. Kemudian, dia menatapku tajam dan membalas, "Ayo,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 120

    Sudut Pandang Sydney:Seperti yang kuduga dari perusahaan sebesar GT Group, kantor eksekutif mereka segera menyiapkan kontrak dan proposal, lalu menyerahkannya kepada Mark untuk ditinjau. Aku melihat pria yang membawakan dokumen itu berdiri di samping Mark dan menjelaskan beberapa hal kepadanya. "Ini terminasi dari proposal akuisisi. Kami perlu tanda tangan Bapak di sini dan di sini," ujar pria itu sambil menunjukkan beberapa bagian di atas dokumen itu. Mark mengangguk dan memeriksanya terlebih dahulu. Sesekali, dia akan menyipitkan mata, lalu meminta pria itu menjelaskan beberapa hal dan bagaimana hal itu dilakukan dengan cara tertentu. Pria itu akan menjelaskan semuanya kepada Mark, lalu Mark mengangguk dan tampak terkesan. Aku cukup terkejut saat dia mengaku tidak tahu kalau aku salah satu pemilik Luxe Vogue dan Atelier Studios bersama Grace. Kalau aku tidak sedang marah besar, aku akan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya saat dia berusaha memahami semuanya.Aku awaln

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 121

    Sudut Pandang Sydney:Aku tertawa kecil, "Banyak sekali pertanyaanmu? Mana dulu yang mau kamu tanyakan?" Aku mendengar Grace menarik napas dalam-dalam, lalu dia bertanya, "Pertama, kenapa dia berinvestasi begitu banyak? Aku sedang melihat proposalnya. Kedua, kenapa sebelumnya dia mau mengakuisisi perusahaan kita?""Sebelumnya, dia nggak tahu kalau aku memiliki perusahaan itu bersamamu dan aku nggak tahu kenapa dia berinvestasi begitu banyak, Sayang. Aku terkejut dan yang terpenting, aku senang! Jadi, untuk apa peduli dengan alasannya?""Hmm," senandung Grace. "Pengaruh mantan istri masih kuat!" Dia bercanda dan aku membayangkan dia menggerak-gerakkan alis."Hentikan itu," kataku sambil mengerling. "Oh ya, karena kamu sudah menerima salinan kontrak dan proposal dalam bentuk soft copy, tolong cek dan segera beri tahu aku kalau ada yang salah. Aku akan menandatanganinya setelah menerima konfirmasi dari pengacaraku. Kamu juga harus menandatangani bagianmu, oke? Setelah itu, kamu akan menan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 122

    Sudut Pandang Sydney:Kami berdua mematung begitu dia mengeluarkan kata-kata itu. Dia menatapku dalam-dalam, seolah-olah sedang menunjukkan perasaannya dan membiarkanku menatapnya lebih dalam, tetapi sebenarnya tidak. Masih ada sorot misterius di matanya yang membuat bulu-bulu di tubuhku berdiri, seolah-olah tubuhku bisa mengkhianatiku kapan saja.Aku berusaha memahami bahwa dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Aku berusaha meyakinkan diri sendiri kalau dia hanya bercanda. Dia pasti bercanda karena hal yang paling tidak aku inginkan adalah tidur bersamanya. Aku memang sudah putus asa ingin melindungi perusahaan dan mencegahnya bangkrut seperti dulu. Namun, aku tidak putus asa sejauh itu.Kalau hal terburuk harus terjadi, kami hanya perlu menutup Luxe Vogue dan melanjutkan dengan Atelier Studios. Aku pun mendengar Mark berkata, "Apa kamu mendengarku, Sydney?" Napasnya terasa di wajahku dan jari jemarinya menyentuh pinggangku saat dia berusaha untuk menarik perhatianku.Aku mengec

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 123

    Sudut Pandang Sydney:Dia membelalak dan menghela napas dengan dramatis sambil menepuk dahi sendiri dan berkata, "Sial! Bagaimana aku bisa lupa soal itu? Aku benar-benar bodoh. Aku sebaiknya mulai berhati-hati dengan tindakanku sekarang."Aku tidak bisa menahan tawa, lalu tertawa kecil dan berkata, "Kamu aktor yang buruk, bahkan anak umur dua tahun bisa melihat kalau kamu sama sekali nggak takut."Dia pun menyeringai dan membalas, "Kamu bisa tahu soal itu karena aku memang sengaja ingin kamu tahu. Kamu nggak bakal pernah bisa membedakan kalau aku sedang berakting atau nggak. Aku punya bakat akting sehebat itu." Dagunya sedikit terangkat dan aku mengerling.Kemudian, dia tersenyum tulus dan sorot matanya yang jahil sudah hilang. "Ayolah, aku memegang 60 persen saham GT Group. Ditambah lagi lima persen saham atas nama ibuku. Hitung saja sendiri, aku masih pemegang saham terbesar. Apa pun yang kamu atau orang lain lakukan, aku akan selalu menjadi pemenangnya di akhir," jelasnya dengan som

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 124

    Sudut pandang Sydney:Beberapa Hari Kemudian."GT Group benar-benar optimis tentang Luxe Vogue," ujar salah seorang reporter sambil menggeleng saat yang lain mengomentari perkembangan terbaru Luxe Vogue. "Sepertinya perusahaan itu masih memiliki masa depan yang menjanjikan!""Tentu saja," sahut reporter yang lainnya dengan antusias, "GT Group sudah menginvestasikan saham yang cukup besar di perusahaan itu. Kamu lihat sendiri seberapa pesat kenaikan harga saham mereka hanya dalam beberapa hari? Benar-benar gila, ya, 'kan?" Lalu, dia menoleh ke arah layar. "Lini pakaian pria menjadi sorotan utama. Para investor dari berbagai perusahaan berbondong-bondong ingin bermitra dengan mereka. Alhasil, harga saham mereka terus naik tiap menit!"Perhatianku berpindah dari layar laptopku ke pintu kantor yang tiba-tiba saja didobrak terbuka. Grace masuk dengan rona wajah berbinar-binar. "Sydney! Sudah tonton ini?" tanyanya seraya mengulurkan iPad-nya ke arahku."Aku sedang menontonnya." Aku tertawa,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 125

    Sudut pandang Sydney:"Berterima kasih? Bukannya katamu kita sama-sama untung? GT Group juga dapat bagian dari keuntungannya, 'kan?" balasku."Haha. Kamu selalu saja tegas berfokus pada urusan bisnis. Bagaimana kalau makan malam bersama? Mari kita rayakan pertumbuhan yang terus berlanjut ini," sarannya dengan tawa canggung.Aku mendengus. "Kamu sangat membingungkan, tahu nggak? Sekarang kamu berlagak kayak seorang pengejar. Kadang cemburuan, kadang terlalu serius, kadang genit. Apa kamu lagi coba buat aku jatuh cinta, supaya kamu bisa mencampakkanku dengan kejam dan mempermalukanku setelah membuatku berharap terlalu tinggi?"Mark terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkata, "Waduh, ketahuan deh. Aktingku makin lama makin kacau, ya.""Sejak awal, kamu memang nggak ada bakat. Aktingmu itu selalu buruk.""Kamu kenal aku banget, Sydney."Aku mengabaikan perkataannya. "Lagi pula, Doris pernah kasih tahu aku kalau kamu saat ini sedang menjalin kasih dengan putri senator, Sandra."Saat nama S

Bab terbaru

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 300

    Sudut pandang Dennis:"Dia ada di sini, di Eclipse?" tanyaku. "Bukan bermaksud menyinggung, tapi kamu yakin info yang kamu punya sudah benar?"Detektif itu tersenyum. "Ya, Pak Dennis. Kami nggak akan berada di sini kalau kami nggak yakin.""Bisa kamu kasih tahu siapa orang itu? Mungkin aku tahu kalau dia memang sering ke sini."Dia menggeleng dengan raut wajah menyesal dan menyatukan tangannya di atas meja. "Aku nggak bisa memberi tahu lebih dari yang sudah aku sampaikan. Tapi aku jamin kamu nggak perlu khawatir. Kamu nggak berada dalam masalah apa pun.""Keberadaan kami di sini bukanlah suatu kesalahan, kami sudah memastikan itu. Meskipun belum ada bukti kalau si pembunuh benar-benar ada di klub ini, tapi kemungkinannya cukup besar."Saat mendengar penjelasan detektif itu, aku berada di antara rasa lega dan cemas. Dia baru saja bilang tidak ada bukti, tetapi kemudian bilang ada kemungkinan besar."Sebenarnya, apa yang kamu butuhkan?"Dia melepas genggaman tangannya dan menaruh kedua t

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 299

    Tidak bisa berkata-kata, aku hanya tersenyum dan mengangguk untuk menerima rasa terima kasihnya. Saat memikirkan situasi itu lebih dalam, aku sadar bahwa aku sebenarnya tidak berpikir saat berteriak menghentikannya.Argh, ada apa denganku? Sekarang semua orang mencuri pandang ke arahku."Bagaimana kamu tahu kalau dia punya alergi?" Salah satu rekan timku memanfaatkan kedekatannya denganku untuk bertanya.Hanya ada satu cara untuk menghindari pertanyaan itu. Aku langsung mengabaikannya dan pura-pura tidak mendengar sambil fokus memperhatikan para juri yang mencicipi makanan, seolah-olah mereka sedang melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar membuka mulut, memasukkan makanan dengan sendok atau garpu, lalu mengunyah dengan sadar untuk menilai rasa.Tanpa kendali, mataku melirik ke arah Aiden, tetapi aku segera mengalihkan pandanganku. Meski begitu, pikiranku tetap tertuju padanya.Aku bergidik membayangkan apa yang akan terjadi jika aku tidak tanpa sengaja mendengar mereka membicarakan r

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 298

    Sudut pandang Anastasia:Pikiranku langsung melayang ke saat persiapan masih berlangsung dan setiap tim sibuk bolak-balik mengumpulkan bahan-bahan mereka.Meski aku sedang sibuk memikirkan jumlah dan jenis bahan yang harus kuambil, aku sempat mendengar sekilas percakapan anggota tim di sebelahku. "Kenapa kita nggak tambahin wijen?" Salah satu dari mereka mengusulkan.Temannya menjawab, tetapi aku tidak sempat menangkap jelas apa jawabannya.Beberapa saat kemudian, aku mendengar anggota tim yang lain bertanya, "Butuh bubuk wijen sebanyak apa?"Temannya hanya mengangkat bahu sambil tetap fokus pada wortel yang sedang dia ukir. "Nggak tahu. Tambahin aja secukupnya. Kita cuma butuh rasa wijennya terasa."Saat itu, aku sempat mencatatnya dalam pikiranku tanpa sadar, tetapi aku tidak terlalu memikirkannya. Kupikir, itu bukan urusanku karena setiap tim pasti akan membacakan bahan-bahan yang mereka gunakan sebelum juri mencicipi camilan mereka. Namun, saat mereka memaparkan bahan-bahan yang di

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 297

    "Kamu yakin?" tanyaku ragu-ragu sambil memotong daun dill dan mint segar yang akan dicampurkan ke dalam yogurt lembut yang sedang dia aduk dengan cekatan.Dia tertawa. "Percaya deh, kamu nggak akan pernah salah kalau pakai yogurt," katanya dengan wajah berbinar. Aku tidak bisa menahan pikiran bahwa dia benar-benar menikmati membuat yogurt.Aku mengangkat bahu. "Aku cuma nggak mau jadi terlalu berlebihan, kamu tahu, 'kan?" Aku melirik ke sekeliling dan melihat semua orang melakukan yang terbaik untuk mengesankan para juri.Meskipun tidak ada hadiah uang, rasanya menyenangkan bisa berkotor-kotoran dengan pekerjaan kami di dunia nyata, bukan cuma di balik layar. Selain itu, aku juga melihat beberapa orang di sini memang punya bakat alami di dapur.Mungkin itu juga alasan kenapa mereka melamar kerja di PT Tasoron. Aku yakin mereka agak kecewa saat tahu kalau bagian "Teknik" di nama perusahaan ini tidak sekeren yang mereka bayangkan.Jujur saja, kami memang lebih banyak berurusan dengan tek

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 296

    Sudut pandang Anastasia:"Kalian semua harus benar-benar menggunakan bahan-bahan yang tersedia di peternakan ini," kata pembicara, matanya menyapu kami satu per satu. Dia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya meresap sebelum melanjutkan."Tolong, demi kebaikan kalian, patuhi aturan ini," lanjutnya dengan nada memperingatkan."Para juri akan menilai setiap kreasi berdasarkan kreativitas, rasa, penyajian, dan seberapa baik kalian mengolah bahan-bahan segar dari peternakan ini ke dalam hidangan kalian." Dia mengedipkan mata, membuat sebagian besar dari kami tersenyum karena sikapnya yang santai."Itu tadi adalah sebuah petunjuk, jadi pikirkan baik-baik bagaimana cara terbaik untuk menonjolkan keunikan bahan-bahan lokal ini dalam hidangan kalian," katanya dengan nada menggoda."Siapa tahu, kreasi tim kalian bukan hanya jadi pemenang, tapi mungkin juga akan diadopsi sebagai camilan resmi perusahaan." Kata-katanya langsung memicu bisikan antusias dari para peserta.Setelah memberikan sem

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 295

    Aku terkekeh, tetapi aku merasa ingin segera menanyakan alasan Sharon menelepon agar dia bisa segera menjelaskannya dan panggilan itu bisa segera berakhir.Alih-alih langsung ke inti alasan dia menelepon, Sharon mengerucutkan bibirnya. "Ayo beri aku pemandangan yang lebih baik. Aku bahkan seharusnya nggak perlu minta!""Kamu harus belajar untuk nggak hilang fokus, Sharon. Itu salah satu aturan penting dalam bisnis dan hidup secara umum," kataku dengan berpura-pura serius. "Kenapa kamu menelepon?"Sharon terkikik, menutupi mulutnya dengan tangan. Kemudian, dengan gerakan tangannya, dia menjelajahi wajahku. "Kamu terlihat lebih seksi dengan ekspresi serius seperti itu." Dia mendesah, "Aku beruntung punya pacar setampan kamu, 'kan?"Aku mendesah, "Serius, Sharon, kenapa kamu menelepon?"Dia mengerucutkan bibir bawahnya. "Calon tunanganmu nggak perlu alasan untuk menelepon. Aku bisa menelepon kapan saja aku mau. Aku bisa menelepon hanya untuk mendengar suaramu. Kamu harus terbiasa dengan i

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 294

    Sudut pandang Aiden:Keluar dari kamar mandi, aku dengan cepat mengacak-acak rambut basahku dengan handuk lembut dari kain terry. Jari-jariku menyisir helaian rambut yang kusut dan merapikan simpul-simpulnya saat aku melakukannya.Entah kenapa, aku sepertinya lupa membawa handuk, dan handuk yang diberikan di sini lebih kecil daripada yang aku butuhkan. Mungkin seharusnya aku lebih menekankan bahwa aku bukan meminta handuk muka?Dengan pilihan yang terbatas, aku memutuskan untuk hanya menggunakan kain kecil itu untuk rambutku. Lagi pula, aku satu-satunya yang menempati ruangan ini, jadi aku punya kemewahan untuk menganginkan tubuhku tanpa rasa khawatir.Aku melangkah di atas karpet, kaki telanjangku tenggelam ke dalam serat-serat lembutnya saat aku berdiri di depan cermin yang terpasang di dinding.Aku kembali melanjutkan tugasku untuk merapikan rambut dengan handuk, mengamati helai-helai yang tadinya acak-acakan perlahan mulai teratur, saat mataku tanpa sengaja beralih dari cermin ke s

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 293

    Amie terlihat begitu lucu dan polos saat tidur nyenyak dan hatiku terasa sakit saat aku bertanya-tanya apa yang ada di dalam pikiran gadis itu. Meskipun dia mungkin melihat hal-hal seperti itu, apa yang membuatnya menggambarnya?"Aku harus membuat penjelasan panjang besok," kata Clara sambil tertawa pelan, menggaruk-garuk rambutnya. "Aku nggak tahu apa yang akan kukatakan kepadanya saat dia bertanya. Sebelum aku memutuskan untuk merobek halaman itu, aku sudah mencari-cari alasan apa yang akan kukatakan saat dia tahu tentang halaman yang hilang itu."Aku mengangkat bahu sambil mencoba mencari-cari alasan yang bisa dia berikan kepada Amie. "Kamu bisa bilang kalau itu menakutkanmu."Dia menatapku, berkedip. "Serius, Dennis?""Apa?" Aku mengangkat bahu dengan sikap defensif. "Kamu bisa bilang begitu, atau kamu bisa bilang kalau kamu sedang melihat gambar-gambar itu saat makan dan mereka kena noda atau basah. Itu akan berhasil, percayalah."Dia menggelengkan kepala dan aku sudah tahu dia ak

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 292

    Sudut pandang Dennis:"Oh!" seru Clara, matanya melebar sebesar cawan. "Kamu kembali."Aku menatapnya tanpa berkedip, dengan sengaja menahan diri untuk tidak merespons kekagetannya seperti yang mungkin dia harapkan. Kami tetap terkunci dalam tatapan yang tidak tergoyahkan selama beberapa detik yang terasa seperti selamanya, dan meskipun aku berusaha sekuat tenaga, aku tidak bisa menahan pikiran yang berlarian dengan kecepatan luar biasa dalam pikiranku.Meskipun Clara terus menatapku, sikapnya memancarkan kecemasan yang nyata. Telapak tangannya menggenggam erat halaman yang dirobeknya dari buku gambar Amie.Aku menatapnya dengan tatapan bertanya, mataku berpindah-pindah antara wajahnya yang terlihat penuh kecemasan yang sulit disembunyikan dan kepalan tangannya yang sedikit gemetar di bawah pengamatanku.Clara sepertinya menyadari pertanyaan tidak terucap dalam tatapanku karena dia tiba-tiba mengeluarkan tawa canggung yang terdengar seperti cegukan tertahan. Mengangkat kedua kepalan ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status