Share

Bab 87

Author: BELLA
Mereka bersorak dan bertepuk tangan saat kamera dimatikan. Sang pembawa acara kembali menjabat tanganku dengan senyum lebar di wajahnya. Ketika aku keluar dari ruang konferensi dengan asisten dan pengawal pribadi di belakangku, beberapa penggemar wanita mendekat meminta tanda tangan, sementara beberapa jurnalis nekat bertanya tentang pernikahanku.

"Tidak ada komentar," kata asistenku dengan tegas kepada mereka, sementara aku menandatangani kaos, buku, sarung ponsel, atau apa pun yang mereka bawa. Begitu aku masuk ke dalam mobil, raut wajahku berubah. Semua senyum dan keramahan yang kutunjukkan tadi menghilang sembari aku melepas dasiku dengan kasar. "Sial, wajahku sakit karena terlalu banyak tersenyum."

Asistenku tersenyum dan menoleh ke belakang. "Penampilan Anda bagus, kok. Penonton benar-benar menyukai Anda." Aku menjawab, "Memang seharusnya begitu." Meski pipiku terasa nyeri, aku tak bisa menahan senyum saat memikirkan keberhasilan wawancara itu dan dampak positifnya bagi GT Group.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 88

    Sudut pandang Sydney:Satu-satunya cahaya di ruangan itu berasal dari layar ponsel kami dan layar TV. TV-nya dimatikan suaranya sementara aku dan Grace sibuk dengan ponsel masing-masing. "Wow," kata Grace sambil mendekatkan ponselnya ke wajahku. "Sydney, lihat ini."Pandangan mataku tertuju pada gaun di layar. Hampir mirip dengan salah satu desain milik Grace. Aku mengernyit. "Itu terlihat seperti gaun yang kamu desain." Grace tertawa kecil dan berkata, "Itu memang desainku." Dia menggulir ke slide sebelumnya. "Ini yang aslinya. Dia salah satu klien kami, dia membelinya dari kami, lalu menirunya dan menandai kami."Mulutku membentuk huruf 'O' sambil mengangguk. "Iya," lanjutnya sambil menyandarkan diri di sofa tempat dia berbaring. "Dia cukup bagus, 'kan?" tanyanya. Aku menjawab, "Iya, tapi aku tetap bisa tahu kalau itu bukan hasil kerjamu. Itu cuma desainmu.""Hmm," dia bergumam. "Menurutku dia cukup bagus. Mungkin kita harus merekrutnya," lanjutnya. "Oh, yang benar saja." Grace terta

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 89

    "Selamat malam, Nenek," sapaku di telepon setelah mengangkat panggilan itu. Aku mencoba terdengar sesantai mungkin, meskipun aku sangat penasaran kenapa dia menelepon, sementara basa-basinya terasa begitu panjang."Bagaimana kabarmu, Sayang? Sudah lama banget." Suara khasnya yang melengking memenuhi telepon. "Aku baik-baik saja, Nek. Gimana denganmu?" tanyaku. "Aku baik-baik saja, Sydney. Gini, aku menelepon untuk mengundangmu ke pesta ulang tahunku hari Minggu nanti."Aku melepaskan napas yang ternyata kutahan. "Gini, Nek." Aku mulai tidak yakin bagaimana menyampaikannya dengan hati-hati. "Nenek tahu aku sudah bercerai dengan Mark. Aku rasa nggak pantas kalau aku menghadiri acara keluarga yang sifatnya intim seperti ini." Grace berkata, "Apa-apaan itu. Kamu ini keluarga, kamu akan selalu menjadi keluarga bagiku."Hatiku tersentuh mendengar pernyataannya dan aku terisak kecil, tapi aku tetap berniat untuk mempertahankan pendirianku. "Aku tahu, Nek, tapi …. Gimana kalau aku merayakannya

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 90

    Aku menggigit bibir, menahan dorongan untuk mengeluh saat Grace menambahkan 'sentuhan akhir' pada riasan wajahku. Dia sudah menghabiskan waktu lebih dari sejam hanya untuk menambah 'sentuhan akhir' pada riasan dan gaunku. "Grace …," keluhku, tak bisa lagi diam. "Apa lagi yang kamu lakukan?""Sentuhan akhir.""Sentuhan akhir."Kami mengatakannya bersamaan dan Grace tertawa terbahak-bahak. "Santai saja. Bukannya kamu yang bilang mau datang terlambat? Aku memanfaatkan keterlambatanmu dengan baik," ucapnya. "Ya, aku memang mau datang terlambat, tapi sekarang aku terlalu terlambat. Aku yakin acara itu sudah selesai sekarang," jawabku.Nenek Doris mengirimkan undangannya dan sekarang sudah jauh melewati waktu yang tertera di sana. Aku sudah terlambat tiga jam. "Kamu habiskan terlalu banyak waktu untuk riasan ini, aku nggak mau terlalu menor. Kalau hujan gimana?" Sebenarnya, bokongku sudah terasa sakit dan pegal karena duduk terlalu lama di kursi, meskipun kursinya empuk."Riasannya nggak teb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 91

    Bella mundur beberapa langkah, lalu dia bergumam dengan suara kecil yang hampir tidak bisa kudengar, "Mark ...." Mark menoleh padanya, matanya memandangi Bella dari ujung kaki hingga ujung kepala seolah dia adalah kotoran yang terperangkap di bawah kakinya. "Lagian, kenapa kamu di sini?""Ulang tahun Nenek Doris. Aku di sini—" Bella tercekat dan Mark meringankan beban itu dengan menyela, "Kamu tahu dia nggak suka kamu, 'kan? Itulah kenapa dia nggak mengundangmu ke pesta ini. Kalau dia tahu kamu menyelinap masuk, dia akan marah besar. Kamu tahu itu, jadi mendingan kamu pergi."Bella menangis penuh penyesalan. "Nggak, aku akan menikah denganmu nanti. Kita akan segera menikah dan menjadi suami istri, aku ini calon cucu menantunya. Dia nggak akan marah kalau aku datang untuk merayakan ulang tahunnya."Mark tampak terkejut, dia diam sejenak sambil menatap Bella. Lalu dia perlahan berkata, "Apa yang kamu bicarakan? Nenek nggak akan pernah mengizinkanku menikah denganmu. Dia nggak suka kamu,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 92

    Sejak pertama kali aku diadopsi, wajah para wali dan rumah-rumah asuh menjadi kabur dalam ingatanku. Setiap keluarga yang kutinggali selalu memperlakukanku dengan buruk, tapi untungnya aku cukup pintar untuk selalu bisa melarikan diri.Hidupku seperti badai hukuman dan teguran dari petugas panti asuhan, entah karena aku dianggap nakal oleh orang tua angkatku atau karena kabur dari rumah asuh. Sebelum aku benar-benar memahami apa yang terjadi, aku diadopsi lagi dan dilemparkan ke keluarga pahit lainnya. Memiliki keluarga manis dan harmonis sepertinya bukan takdirku.Akhirnya, para petugas panti asuhan lelah mengadopsikanku karena aku pasti akan kembali atau dikembalikan, jadi mereka membiarkanku tinggal di sana. Walaupun ada yang mengatakan ingin mengadopsiku, mereka akan menggeleng dan berkata, "Maaf, yang itu tidak bisa diadopsi."Secara pribadi, aku juga lebih suka tinggal di panti asuhan. Selain makanan yang tidak enak - oh, makanannya bisa sangat menjijikkan - dan lingkungannya yan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 93

    Momen itu tak berlangsung lama. Rasanya seperti surga dibandingkan makanan sisa yang biasa kami dapatkan di panti asuhan. Perutku yang rakus pun semakin bergemuruh. Di dapur itu, ada makanan yang benar-benar disiapkan dengan baik, buah-buahan, sayuran, susu, anggur, steik .... Apa pun yang bisa kamu bayangkan, mereka memilikinya."Siapa kamu?" Salah satu apel yang setengah kumakan jatuh dari tanganku dan aku terdiam. Perlahan, aku berbalik dan berhadapan dengan seorang anak laki-laki berambut keriting di kursi roda. Jika usianya tidak sama denganku, dia mungkin lebih tua satu atau dua tahun. Meski mulutku penuh makanan, aku berhasil tersenyum dan mengangkat tangan dengan canggung. "Hai," gumamku.Anak laki-laki itu hanya menatapku, lalu pandangannya turun ke apel di tanganku. Malu, aku menyembunyikan apel itu di belakang punggungku, sementara pandanganku tertuju pada roda kursi rodanya. "Aku bersumpah, aku bukan ...." Aku mulai bicara, tetapi terputus ketika kursinya bergerak. Awalnya,

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 94

    Dia menanyakan tentang minatku pada desain perhiasan, saat itulah aku menyadari bahwa aku benar-benar menyukainya. Sejak saat itu, dia mulai membawakanku lebih banyak buku tentang topik itu.Seiring waktu, saat kami bertambah dewasa, Lucas tumbuh menjadi pemuda yang cerdas. Aku mulai melihatnya lebih dari sekadar teman, dan tanpa sadar sering memerhatikan penampilanku setiap kali akan bertemu dengannya. Aku selalu menantikan waktu bersama Lucas setiap hari.Ketika aku berusia 16 tahun, aku yakin aku jatuh cinta padanya dan kurasa dia juga memiliki perasaan yang sama padaku, meskipun aku tidak tahu seberapa dalam perasaannya. Saat aku berusia 17 tahun, Lucas dan aku berciuman untuk pertama kalinya di bawah rak buku yang penuh dengan buku-buku tentang desain perhiasan yang dia berikan selama bertahun-tahun.Kami adalah pasangan kecil yang bahagia untuk sementara waktu, sampai kesehatan Lucas mulai memburuk. Dia sering kehilangan kesadaran dan aku semakin jarang bisa bertemu dengannya. Se

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 95

    Sudut pandang Mark:Rahangku mengeras dan aku merasakan tangan di sisiku bergetar sebelum mengepal kuat-kuat saat melihat pria itu memeluk Sydney erat. Tanpa berpikir panjang, aku melangkah maju, terbakar oleh rasa cemburu, dan menarik Sydney menjauh darinya. Begitu Sydney berada di luar jangkauan pria itu, tinjuku langsung menghantam wajahnya.Bajingan itu terhuyung mundur, tangannya langsung menutupi wajahnya. "Apa-apaan kamu, Mark?" Aku mendengar teriakan Sydney di belakangku, tetapi itu tidak menghentikanku. Aku melangkah mendekat dan kembali memukul wajahnya. Kali ini, dia jatuh ke lantai saat terhuyung."Mark! Hentikan sekarang juga!" Itu suara Nenek, tapi aku tidak peduli. Aku menindihnya dan kembali mengayunkan tinjuku ke wajahnya. Dia pikir siapa dirinya, datang entah dari mana dan memeluk Sydney seperti itu?Saat aku menarik lenganku untuk memukulnya lagi, tangannya menangkap tinjuku. Dengan mulut yang berdarah, dia membuka suara dan mengucapkan kata-kata yang paling membuatk

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 318

    Sudut pandang Anastasia:Penjaga penginapan muncul di depan pintu kamarku sekitar tengah hari setelah tukang ledeng pergi. Dengan wajah yang dipenuhi kekhawatiran, dia bertanya, "Kamu nggak apa-apa? Tukang ledeng bilang kamu menangis."Aku memaksakan tawa. "Aku tahu dia pasti panik. Aku baik-baik saja. Ini cuma karena menstruasi. Aku selalu jadi emosional setiap kali waktunya tiba.""O." Mulutnya membentuk huruf itu. "Maaf soal itu.""Nggak apa-apa. Aku sudah terbiasa.""Nanti kalau kamu sudah merasa lebih baik, tukang ledeng bakal balik buat selesaikan pekerjaannya.""Terima kasih," ucapku. Begitu dia berbalik, bibirku kembali mengerucut ke bawah. Dadaku terasa lebih sesak saat aku kembali menangis.Malam itu, Amie menelepon dan bertanya dengan alisnya yang lucu berkerut dan wajahnya yang pucat, "Mama nangis?"Aku menggeleng dan mengendus, berusaha tersenyum di balik air mataku. "Aku baik-baik aja, Sayang. Kamu sendiri gimana?" tanyaku, mengerutkan dahi. Dia tidak terlihat seceria bia

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 317

    Aku menunggu untuk mendengar suara Aiden, tetapi dia tidak mengatakan apa pun. Ada keheningan panjang yang membuatku hampir mengira mereka sudah selesai berbicara sampai suara lain kembali terdengar. Aku sekarang berasumsi bahwa pemilik suara itu adalah Martin.Dia berkata, "Aku masih bisa membantu, kalau kamu mengizinkanku.""Gimana caranya?" Aiden bertanya hampir seketika. Aku menekan tanganku perlahan ke dinding sambil bertanya-tanya apa yang sedang mereka bicarakan. Awalnya, kupikir tidak pantas bagiku untuk menguping. Namun kemudian, aku tidak bisa menahan diri, terutama setelah mendengar sesuatu yang indah telah dihancurkan."Aku akan mengaku padanya kalau aku yang merekayasa semuanya." Suara Martin menggema di pagi hari dan kerutan muncul di keningku. "Aku masih ingat semua gaun murah yang kubeli dan bahkan bagaimana aku menaruhnya."Apa yang sedang mereka bicarakan? Apa yang ingin Martin bantu untuk Aiden? Kenapa Aiden terdengar begitu terluka? Apa yang telah direkayasa?Aku me

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 316

    Sudut pandang Anastasia:Aku tidak bisa tidur sedikit pun setelah kembali ke kamarku yang kebanjiran. Kamu mungkin berpikir bahwa kamar yang terendam air akan menggangguku, tetapi itu adalah hal terakhir yang kupikirkan saat aku berbaring di tempat tidur yang untungnya tidak ikut terendam dalam genangan air.Tidak ada tempat lain untuk tidur di tengah malam dan aku juga tidak ingin menghabiskan sisa malam itu di antara manusia lain pada saat itu.Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di kamar Aiden dan apa yang hampir saja kubiarkan terjadi. Pada saat yang sama, aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri."Kenapa, Ana? Kenapa?" gumamku ke ruangan kosong sambil menatap langit-langit cokelat, mengerutkan kening saat merasakan sakit kepala mulai berdenyut di pelipisku.Aku menghela napas keras dan berguling di tempat tidur, berhenti sejenak ketika aku hampir jatuh dari tepi tempat tidur.'Apa arti semua ini?' Kupikir aku sudah melupakannya. Kupikir kepulangannya ngga

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 315

    Aku menggelengkan kepala dan menatap ke depan, memandang para pria yang bangun pagi-pagi untuk bekerja, saat aku teringat hari-hari kelam setelah Ana pergi, lalu aku menambahkan dengan suara pelan, "Segalanya hancur setelah itu."Martin tetap diam dan aku hampir bisa merasakan rasa bersalah serta penyesalan yang terpancar darinya."Aku benar-benar minta maaf, Aiden."" Ayolah. Itu sudah berlalu. Nggak apa-apa." Aku memaksakan senyum kaku untuk meredakan rasa bersalah di wajah anak itu, tetapi sepertinya dia bisa melihat melalui senyumku."Nggak, itu nggak baik," katanya sambil menggelengkan kepala. "Kamu menanganiku dengan cara seperti itu meskipun ada risiko dihukum polisi, kamu memaksaku mengatakan yang sebenarnya dengan segala cara yang bisa kamu lakukan." Martin menggelengkan kepala dan menghela napas. "Aku menghancurkan sesuatu yang indah hanya demi sejumlah uang yang nggak seberapa."Aku tidak bisa lagi memunculkan senyum palsu. Martin benar. Dia telah menghancurkan sesuatu yang

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 314

    Sudut pandang Aiden:Pelan-pelan, aku duduk setelah kembali dari rasa surgawi yang mengisi diriku dengan perasaan memeluk Ana dalam dekapanku. Pikiranku yang kabur tidak bisa jernih begitu saja saat aku menatap pintu yang dia lewati dan ditutupnya dengan keras.Aku sangat ingin berdamai, aku ingin cinta kami berkembang kembali, tetapi tidak dengan cara seperti ini. Bukan berarti aku tidak menyukai apa yang baru saja terjadi. Aku sangat menikmati setiap detiknya.Aku berharap Ana tidak panik dan berlari pergi, tetapi aku ingin kami memperbaiki semuanya perlahan. Membuatnya mengerti bahwa semuanya adalah kesalahpahaman besar. Menunjukkan kepadanya bahwa aku tidak akan pernah mengkhianatinya dengan cara yang murah seperti itu. Mungkin aku bahkan akan memutarkan rekaman suara itu kepadanya.Ketika aku merasa ada seseorang di sekitarku, merasakan sentuhan di wajahku, dan aku membuka mataku, aku terkejut melihatnya. Sampai dia menyisirkan jarinya ke rambutku dan membalas ciumanku, aku masih

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 313

    Begitu aku duduk di kursi untuk makan, aku mendengar bel pintu berbunyi. Pandangan mataku beralih ke monitor dan wajahku langsung tersenyum melihat Dennis di pintu."Dennis!" seruku sambil membuka pintu. "Masuk."Tanpa senyum malu yang sudah biasa aku lihat, dia melewatiku dan berjalan masuk. Meskipun aku bisa merasakan ketegangan di udara, aku tetap berbicara. Mungkin dia khawatir karena Ana bersama Aiden lagi dan butuh sedikit hiburan."Kamu datang tepat waktu. Aku baru saja menyiapkan makan malam. Ayo ikut makan," kataku sambil menutup pintu dan berjalan ke arahnya.Namun, wajahnya masih tampak tegang, ekspresinya keras. Aku membuka mulut hendak bertanya ada apa ketika dia melemparkan ponselnya ke sofa.Aku mengangkat alis kepadanya. Oke? Dia berbalik dan aku mengalihkan pandanganku ke ponsel di sofa.Ada sebuah video yang sedang diputar. Aku berjalan mendekat dan mengambil ponsel itu.Jantungku berdebar kencang dan rasa dingin menyusup ke tulang punggungku melihat isi video itu.Ba

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 312

    Sudut pandang Anastasia:Kehangatan sentuhan Aiden membuatku merinding dan aku makin mencondongkan tubuhku ke dalam pelukannya. Jari-jariku menyelinap di antara rambutnya yang lembut dan aku membiarkan lidahnya yang tajam masuk saat ciuman kami makin dalam.Aku mengeluarkan erangan lembut, menekankan dadaku lebih dalam ke tubuhnya. Tanganku menempel di dadanya saat tangannya menekanku lebih dalam ke pelukannya. Tidak lama kemudian, kakiku telah berada di kedua sisi tubuhnya di sofa sementara kami terus saling melumat bibir.Jari-jarinya memijat kulit kepalaku saat dia membenamkan jari-jarinya dalam-dalam ke rambutku. Tekanan lembut di tengkukku membuatku melengkung lebih dekat, tubuhku merespons sentuhannya seolah-olah tidak ada waktu yang hilang di antara kami.Makin intens momen itu, makin banyak kenangan yang kembali mengalir ke kepalaku, begitu pula emosi lama yang muncul ke permukaan.Sementara menikmati kehangatan pelukannya, aku menyadari bahwa sebagian perasaanku kepadanya tida

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 311

    Namun, lagi-lagi, aku memaksa pikiran itu menyingkir ke bagian belakang kepalaku dan mencoba menerima kenyataan bahwa kami tidak berakhir seperti yang aku inginkan. Namun, itu sulit. Mereka membuatnya sulit dengan tawa keras bodoh yang selalu Aiden keluarkan setiap kali Ana membuat lelucon yang paling konyol, atau tatapan di mata pria itu setiap kali dia memandang Ana.Belum lagi Ana, awalnya dia tampak sama sekali tidak tertarik, sampai akhirnya dia hanya membicarakan Aiden, lupa bahwa Aiden sebenarnya datang untuk mengunjungiku ketika mereka bertemu di rumahku. Ataukah mungkin itu sengaja? Ana menginginkan pria yang kuidamkan. Aku melakukan apa yang akan dilakukan oleh orang biasa dalam situasi seperti ini. Aku mencoba menahan Ana. Aku mencoba membuatnya melihat bahwa Aiden bukan untuknya, tetapi untukku. Aku pikir itu berhasil sampai Ana bertanya tentang Aiden dan aku dengan bodohnya mengatakan bahwa kami hanya teman. "Kami sebenarnya nggak pernah pacaran," kataku sambil mengang

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 310

    Sudut pandang Clara:Aku masih ingat hari yang menentukan itu seolah baru terjadi kemarin. Aku sedang menggulir aplikasi kencan tanpa tujuan, dengan pikiran penuh tentang tugas panjang yang harus kuselesaikan.Secara kebetulan, aku menemukan profilnya di aplikasi itu. Namun entah kenapa, aku tidak percaya kalau itu murni kebetulan. Aku yakin bahwa pertemuan itu sudah ditakdirkan sejak awal.Aiden dan aku sepertinya memang ditakdirkan untuk bersama.Aku memberanikan diri dan mengirim pesan padanya. Foto profilnya begitu tampan dan menggoda sehingga aku tidak menyangka dia akan membalas sapaan "Hai, Ganteng" yang kukirim. Aku sempat merasa aneh dengan sapaan itu dan berpikir, seseorang setampan dia pasti dikelilingi oleh deretan gadis yang terus menerus membanjiri pesannya.Dia pasti memiliki banyak sekali pilihan untuk bercinta dan memilih siapa yang benar-benar pantas dicintai. Jadi, kenapa dia mau membalas gadis yang mengirim pesan aneh itu? Mungkin dia bahkan tidak akan pernah meliha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status