Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga : Chapter 21 - Chapter 30

127 Chapters

21. Kesepakatan

21. Kesepakatan "Tidak. Jangan pergi, Kintan. Tetaplah di sini." Iqbal menatap Kintan dalam-dalam, seakan mampu menembus isi kepalanya. Kintan pun terpaku. Pada binar indah dengan bola mata coklat itu, serta suara lembut yang penuh dengan permohonan itu. Seketika hatinya terasa perih kembali. Wanita itu pun menunduk, tak sanggup untuk terus bersitatap dengan pemilik mata terindah yang pernah ia lihat. Iqbal mengulurkan tangannya untuk memegang dagu Kintan, lalu mengangkatnya agar mereka bisa saling menatap kembali. "Jangan pindah. Please..." ucapnya lagi. Tiba-tiba Kintan merasakan gelitik rasa panas yang tidak biasa di dagunya, yang sedang didekap Iqbal dengan tangannya. Ia pun mengernyit bingung. Dengan sedikit ragu, Kintan mengulurkan dan menempelkan punggung tangannya ke dahi Iqbal. Panas. Sangat Panas. "Iqbal, kamu demam?!" Kintan bertanya kaget. "Dahimu panas sekali!" Iqbal melepaskan tangannya dari dagu Kintan untuk memegang dahinya sendiri. "Hm... mungkin. Aku me
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

22. Bermalam

Kintan terdiam sebentar. Kalau dipikir-pikir, benar juga. Mbok Yani kan selalu bangun jam lima subuh dan buang sampah ke tempat pembuangan di lantai bawah kira-kira jam setengah enam. Jadi ia bisa mencegat wanita itu saat keluar apartemen. Tapi... yakin, mau bermalam di sini? Di apartemen Iqbal? Hanya berdua saja?? Yakin?? Ah, tapi kan ia tidur di kamar Gea... Jadi, tidak apa-apa kan? "Hmm... oke. Tapi janji ya, NO TOUCHING. Dan jangan pernah masuk ke kamar Gea," ucap Kintan tegas. Iqbal mengangguk. "Iya, aku tahu. Ya sudah, sekarang istirahatlah. Sudah hampir jam 1 malam juga nih. Selamat tidur, Kintan," ucap Iqbal pada Kintan sambil tersenyum. DEG. Eehm... disenyumin oleh makhluk rupawan dan diucapkan 'Selamat Tidur' itu ternyata tidak baik untuk kesehatan jantung, sist... percaya deh. Nih si Kintan buktinya. Sekarang ia malah berdebar parah dan kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan Iqbal. Untung saja lelaki itu tidak menghiraukannya, dan langsung ma
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

23. Ketahuan

Iqbal pun sontak menelan ludah, saat Gea mengatakan bahwa anak itu tetap di sini dan berangkat ke sekolah dengannya. APAA??!!! Tidak, tidak. Gea tidak boleh berangkat dengannya!! Kintan bagaimana? Bisa-bisa nanti Gea sadar kalau saat ini ada Kintan di dalam kamarnya! "Gea... sepertinya hari ini Papa nggak ke kantor dulu karena masih belum sehat. Tadi malam Papa demam. Kamu berangkat dengan Mamamu saja ya?" pinta Iqbal akhirnya setelah mencari akal. Gea pun seketika terkejut mendengar penuturan Iqbal. "Papa demam??" lalu ia melangkah cepat mendekati Iqbal dan menempelkan punggung tangannya di kening Papanya. "Eh iya nih, Papa masih anget gitu badannya!" seru Gea khawatir. "Udah minum obat belum?" Iqbal mengangguk seraya tersenyum hangat merasakan perhatian tulus putrinya. "Udah kok, sudah jauh lebih mendingan juga sekarang. Cuma rasanya Papa mau istirahat saja hari ini. Kamu nggak apa-apa kan, kalau Papa nggak bisa antar ke sekolah?" "Iya, nggak apa-apa." Gea lalu mengalihka
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

24. Rahasia Kita

Iqbal menghembuskan napas lega saat ia menutup pintu. Akhirnya Gea dan Rani pergi juga!Tapi hatinya jadi tidak tenang mendengar bisikan Gea padanya tadi. Apa Gea tahu kalau Kintan… menginap di sini?Kacau.Iqbal mengacak-acak rambutnya dengan perasaan kalut. Orang tua macam apa dirinya, memberikan contoh yang buruk untuk anak gadisnya yang sedang beranjak dewasa itu!Iqbal berjalan menuju kamarnya, dan merasa bersalah pada Kintan karena sekarang mood nya sudah hilang untuk meneruskan aktivitas panas mereka tadi. Apa yang harus ia katakan pada wanita itu?Saat Iqbal membuka pintu kamarnya, ia pun seketika terkejut karena tidak melihat Kintan di ranjangnya. Dimana dia?"Kintan?" Iqbal pun masuk ke dalam kamarnya dan memanggil Kintan.Wanita itu keluar dari kamar mandi dan tersenyum pada Iqbal. Rambutnya yang sebelumnya digelung ke atas, sudah tergerai ke bawah, mungkin untuk menutupi jejak kecupan Iqbal. Piyama yang tadi kancing-kancingnya dibuka oleh Iqbal, sekarang sudah tertutup r
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

25. Day One In Love... And Fight

"Ma, sore ini Jayden ulang tahun dan katanya mau dirayakan di rumahnya. Aku kepengen datang Ma, boleh ya?" pinta Khalil, anak sulung Kintan sambil mengunyah sandwich tunanya. Jayden adalah teman sekelasnya di sekolah.Mereka semua sedang berkumpul untuk sarapan bersama di meja makan. Khalil sudah rapi memakai seragam sekolahnya, sementara Khafi masih tertidur pulas. Mungkin dia kelelahan kemarin setelah bermain dengan kakaknya.Kintan memasak sandwich tuna, milkshake coklat untuk Khalil dan Khafi, serta orange juice untuknya. "Rumahnya di mana?" tanya Kintan pada putra sulungnya itu."Katanya Jayden, nanti akan di share lokasinya ke Mama," sahut Khalil lagi. "Boleh kan Ma?"Kintan mengangguk ragu. "Ya, nanti Mama anterin ke rumah Jayden. Tapi sore ini Mama ada pekerjaan di panti asuhan. Khalil nggak apa-apa kan, kalau Mama tinggal sendiri di rumah Jayden? Mama nggak bisa ikut menemani di sana."Khalil mengangguk. "Iya, nggak apa-apa. Kan Khalil nggak sendirian, ada Jayden dan teman
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

26. Cooling Down

Kintan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Apa? Beli apartemen? "Kamu sudah gila ya? Buat apa beli apartemen lagi?" Cicit Kintan tak habis pikir. "Karena aku tidak suka jika nanti dia menggunakan apartemen ini sebagai alasan untuk menemuimu. Dan aku juga tidak suka membayangkan bahwa dia punya kunci cadangan sehingga setiap saat bisa masuk ke sini sesuka hatinya!" bentak Iqbal tanpa sadar. "Mama?? Om Iqbal??" Seketika Kintan dan Iqbal menoleh cepat pada suara kecil yang memanggil mereka. Itu Khafi, yang sedang manyun karena terbangun sambil menggosok-gosokkan matanya. "Khafi," Kintan langsung menghampiri anak itu dan menggendongnya. "Khafi jadi bangun, ya? Maaf ya." Khafi pun kemudian menatap Iqbal yang masih membisu. "Om Iqbal, malah ya sama Mama?" *maksudnya "marah", Khafi masih cadel nggak bisa bilang R* Iqbal menggeleng dan seketika memaksakan untuk mengulas senyum di bibirnya. "Om Iqbal nggak marah kok. Om kan sayang sama Mamanya Khafi," terang Iqbal dengan
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

27. Menyentuh Hati

Wajah Kintan yang menyentuh seprai halus tertoleh ke arah samping, dan kedua tangannya berada di atas kepalanya yang dikunci oleh tangan Iqbal. Tubuhnya terperangkap di bawah tubuh lelaki itu, membuatnya benar-benar tidak dapat bergerak.Iqbal mengusap pelan rambut panjang Kintan yang wangi, merasakan teksturnya yang begitu halus lalu menghirupnya dalam-dalam sambil memejamkan mata.‘Hmm... wanita ini, seluruh tubuhnya benar-benar beraroma bunga, sama seperti object yang sering ia lukis.’Kintan yang sangat cantik dan beraroma bunga. Apa wanita seperti ini nyata?Iqbal menghirup serta mengecup daun telinga Kintan, lalu mengulum bagian lembutnya, membuat wanita itu terkesiap dan merasa geli. "Iqbal...," desahnya, parau dan pelan."Hm..?" Iqbal hanya menjawab dengan mengguman, karena sekarang sibuk menghirup dan menyecap aroma leher Kintan."Please... aku juga ingin menyentuhmu..." ucapan lirih yang penuh permohonan itu sama sekali tidak membuat Iqbal merasa ingin mengabulkannya. Kin
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

28. Cinta

Kintan pun seketika terdiam. Apakah ia harus menjawab ucapan Iqbal barusan? Namun sejujurnya, Kintan tidak tahu apakah cinta yang ia rasakan kepada Iqbal, ataukah hal lain... meskipun ia tidak menampik bahwa ia memang sangat menginginkan Iqbal. Apakah karena gairah? Atau karena lelaki ini yang luar biasa tampan?Seketika Kintan mengingat momen-momen saat anak-anaknya begitu akrab dengan Iqbal. Saat Khafi rewel, Iqbal hanya memeluk dan membelikannya es krim, lalu anak itu pun tertidur pulas dalam pelukan Iqbal.Lalu saat Khalil mengira Iqbal adalah Kemal dan memeluk lelaki itu dengan erat dalam tidurnya. Juga saat anak sulungnya itu begitu antusias saat Iqbal mengantarnya ke sekolah.Kintan sungguh bersyukur dan terharu pada kebaikan dan kasih sayang tulus dari Iqbal kepada anak-anaknya.Tapi… apakah dia mencintai Iqbal??Tidak.Sayangnya… belum ada cinta di hatinya, dan Kintan pun seketika merasa bersalah karenanya.Melihat Kintan yang mendadak terdiam seperti melamun, Iqbal pun me
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

29. Setelah Kita Bercinta

Iqbal terbangun dari tidur lelapnya, dan baru menyadari bahwa Kintan ternyata sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia memukul keningnya sendiri sambil mengerang kesal, mengutuk diri kenapa malah tidak terbangun saat wanitanya pergi. Sial, padahal ia ingin sekali memandangi wajah mempesona Kintan setelah puas bercinta. Pasti pipinya yang lembut itu bersemu merah jika Iqbal menatapnya dengan lekat. Haha. Kintannya yang pemalu seperti anak perawan, namun ternyata sangat panas dan menggairahkan di atas ranjang. Iqbal pun melamun sambil senyum-senyum sendiri saat visual dan semua momen-momen panas tadi terbersit kembali di dalam otaknya. Seketika ia membenamkan wajahnya di atas bantal untuk meredam tawa bahagianya yang konyol. Ia tak peduli, meski kini dirinya pun merasa kembali seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta. Aah... Kintan. Kintannya yang cantik, sensual dan seharum bunga. *** Jam 11.30 siang. Kintan sedang bersiap-siap untuk menjemput Khalil dari sekolah, saat bel
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

30. Penjelasan Yang Membingungkan

Iqbal pun menatap kembali anak itu, yang masih saja mengamatinya secara seksama dengan mata sipitnya yang polos.Pria itu pun tersenyum kecil. "Nama kamu siapa, gadis kecil?""Namaku Jemma, om. Aku adiknya Jayden. Umurku 5 tahun," ucapnya sambil membuat angka dengan kelima jarinya."Nanti kalau sudah besar aku mau menikah dengan Khalil," tambahnya lagi dengan informasi yang mengagetkan, membuat Iqbal sulit menahan tawanya.‘Haah... dasar anak jaman sekarang. Kecil-kecil sudah bilang nikah aja.’"Oh ya?" Iqbal makin tertarik untuk bercakap-cakap dengan anak ini.Jemma mengangguk dengan penuh semangat, membuat kuncirannya ikut bergoyang mengikuti gerakan kepalanya. "Kalau sekarang kami masih tunangan dulu." Ia menunjukkan cincin ungu pink berglitter emas dengan figur my little pony di atasnya. "Nanti kami akan menikah di Disneyland. Terus kami punya anak dua saja. Satu laki-laki, satu lagi perempuan," lanjutnya panjang lebar."Kalau Om jadi Papanya Khalil, berarti Om adalah mertua Jem
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status