Semua Bab Duda dan Janda Bertetangga : Bab 31 - Bab 40

127 Bab

31. Diskusi Dengan Gea

"Iqbaal!!" pekik lirik Kintan, saat lelaki itu membaringkan tubuh wanitanya di atas ranjang, lalu naik ke atas tubuh Kintan."Hmm... jadi sudah mulai berani nge-prank calon suami kamu ya?? Sekarang terima hukumanmu, Sayang..." tukas Iqbal sambil menggigit dan menghisap leher seharum bunga yang dari tadi ia impikan.‘Ha?? Calon suami??’Kintan mendesah nikmat, melupakan sejenak keinginan untuk protesnya atas ucapan Iqbal barusan."Iqbal... uh... jangaan... nanti ketahuan.. mmm.... anak-anak... " sekuat tenaga Kintan berusaha untuk menolak gairah meluap-luap yang ditawarkan Iqbal. Bukannya Kintan tidak mau, tapi ia hanya takut kalau sampai anak-anak dan Mbok Yani tahu."Jangan buang-buang waktu lagi kalau begitu, kita quickie saja, Sayang," bisik Iqbal penuh hasrat di telinga Kintan, dengan jemarinya yang menyusuri rok selutut yang dikenakan Kintan dan langsung menyibaknya. Iqbal menatap lekat pada kain kecil penutup inti gairah Kintan. Ingin sekali ia bermain-main dahulu di situ, mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

32. Suporter Khalil

Iqbal sedang sarapan santai di hari Sabtu. Pagi ini mereka berencana akan ikut ke sekolah Khalil untuk mengantarnya ikut lomba pidato Bahasa Inggris."Pa. Kalau nanti Tante Kintan jadi istri papa, Gea mau panggil mommy aja ah. Biar keren, hehe," celutuk Gea sambil berandai-andai. Ia nyengir sendiri membayangkan saat mereka berlima berada dalam satu rumah. Huuft... semoga hal itu cepat terjadi! Gea sudah tidak sabar bisa mendapatkan seorang ibu seperti Kintan, dan adik laki-laki yang lucu dan menggemaskan seperti Khalil dan Khafi.Yang pasti, ia tidak akan kesepian lagi, begitu pun dengan papanya. Mengingat kembali ke belakang, membuat Gea menarik napas pelan. Mengingat Papanya sudah banyak menderita karena Mama. Gea ingat sekali saat mereka baru bercerai. Berminggu-minggu Papa terlihat pucat dan tidak berselera untuk makan, namun selalu tersenyum pada Gea seakan semua baik-baik saja."Doain ya, Ge. Supaya Kintan mau menjadi istri Papa segera," ucap Iqbal sebelum menghirup kopinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

33. Perayaan Kemenangan

Khalil, Iqbal, Gea dan Khafi sedang berada di atas podium, merayakan kemenangan Khalil yang gemilang sebagai juara 1 pada lomba pidato Bahasa Inggris. Mereka meloncat-loncat dan mengayunkan satu tangan dengan gaya serempak sambil bernyanyi lagunya Queen 'We are the champion' dengan heboh, membuat semua orang tertawa dan bahkan banyak yang merekam kejadian itu dengan ponsel. Sementara Kintan yang duduk di kursi penonton hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu. Bahkan sekarang sang MC yang juga salah satu guru di sekolah pun ikut-ikutan bernyanyi dan mengayunkan tangan bersama mereka! Saat tadi Khalil menerima piala sebagai juara 1, Iqbal dan Gea yang sedang menggendong Khafi langsung berteriak heboh, dan tiba-tiba saja mereka ikut naik ke atas panggung. Kintan kaget sekali, saat melihat bapak dan anak perempuannya yang sama-sama tengil itu dengan santainya ikut merayakan kemenangan Khalil di sana. Puas bernyanyi, Iqbal pun menyerahkan mic kembali kepada MC.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

34. Jubah Pink

"Pakai itu, dan jangan pakai apa-apa lagi di dalamnya," ucap Iqbal dengan nada semanis madu, namun dengan sorot mata sepanas bara api yang berkobar dengan liar. Lalu ia pun mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku, dan menaruhnya di atas meja rias di sebelah pintu kamar Kintan. "Ini kunci apartemenku. Jangan lama-lama, Kintan. Dan jangan membuatku rindu," ucapnya sambil menyunggingkan senyum tampan yang mempesona sekaligus menggoda, seraya menatap sekujur tubuh Kintan yang mulai merona. Damned. Ia ingin sekali melahap Kintan sekarang juga, namun sayangnya kamar wanita itu tidak kedap suara seperti kamarnya. Kintan menelan ludah yang terasa berat, serta mengerjap-kerjapkan matanya yang mulai berkabut karena karena hasrat. Sial. Bahkan ucapan Iqbal yang seperti itu saja sudah membuat tubuhnya menggigil penuh antisipasi. Kintan tidak tahu kenapa ia menjadi seperti ini, begitu mudah terpicu hanya dengan ucapan provokatif atau sentuhan kecil dari Iqbal. Bahkan kini sekujur tubuh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

35. Pindah

Kintan terbangun dengan perasaan yang campur-aduk, setelah percintaannya yang begitu panas dan penuh gelora dengan Iqbal semalam. Tubuhnya terasa kacau dan tulangnya seperti hancur berantakan, namun hatinya serasa meledak dalam kebahagiaan. Ia tidak pernah merasakan kegiatan bercinta yang bisa sedahsyat itu, dan bahkan bisa berkali-kali seperti itu dalam semalam! Perlahan ia pun mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas ranjang, dan merasakan sedikit nyeri di area kewanitaannya. Uh. Iqbal dan tubuhnya yang besar itu membuatnya seperti seorang perawan lagi, merasakan nyeri sehabis bercinta. Untung sekarang hari minggu, sehingga ia bersantai dulu pagi ini. Kintan menoleh pada nakas di samping tempat tidurnya, dan mengernyit saat melihat ada beberapa obat dan secarik kertas di situ. Ia meraih kertas serta membaca tulisan di dalamnya. 'Maaf kalau aku sedikit kasar padamu, sayang. Minumlah obat anti nyeri ini kalau ada keluhan, ya? Semalam begitu menakjubkan, Kintan. I lov
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

36. Kompromi

Jam 09.50 malam Kintan kembali ke apartemennya dan melihat Khalil serta Khafi yang belum juga tidur. Mereka tampak masih asik main dan menonton televisi. "Khalil, Khafi kok belum tidur? Sudah hampir jam sepuluh," tegurnya. "Mama dari mana?" tanya Khalil tiba-tiba. "Dari... bawah. Ada perlu sebentar," bohong Kintan. "Mama, Khafi mau donat," seru Khafi ketika ia melihat iklan donat di televisi. "Besok ya, Sayang. Sekarang tidur dulu, yuk," ajak Kintan sambil mencium puncak kepala anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Setelah mencuci muka, sikat gigi, dan memakai piyama, Khalil dan Khafi pun segera menuju tempat tidur. "Ma, besok kita ke makam Papa yuk," cetus Khalil tiba-tiba, sambil menutupi dirinya dengan selimut bergambar bola. Kintan yang sedang menyelimuti Khafi, sontak menoleh dan menatap anak sulungnya itu. "Khalil kangen Papa, ya?" Khalil hanya membalas pertanyaan Mamanya dengan senyuman tipis di bibirnya, membuat jantung Kintan tiba-tiba berdetak keras. ‘Pasti Khal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

37. Voice Note

Iqbal menepati janjinya.Entah bagaimana ia bisa mempengaruhi Direksi perusahaan, dan membuat mereka setuju untuk mengganti dirinya dengan orang lain yang akan ditempatkan di Abu Dhabi.Namun, Iqbal harus tetap harus berangkat dalam rangka dinas selama selama tiga minggu, untuk melatih penggantinya tersebut serta untuk menghadap dan melapor langsung kepada CEO di sana.Gea yang lebih dahulu mengetahui kabar tersebut dari Papanya, langsung berlari ke apartemen sebelah untuk menemui Kintan dan memeluk tubuhnya erat. Kemudian sambil mengecup pipi wanita itu, anak remaja itu pun berbisik, "Tante, tau nggak? Sekarang Papa yang malah menyuruh Gea untuk memanggil dengan sebutan ‘Mama Kintan’, bukan ‘Tante Kintan’ lagi. Katanya, Papa mau secepatnya menikahi Tante Kintan sepulangnya dari Abu Dhabi."Kintan merasa wajahnya pun merah bagaikan tomat mendengar ucapan Gea. Ia merasa malu tapi sekaligus juga berbunga-bunga.Kintan bahagia ketika mendengar Iqbal yang hanya dinas ke Abu Dhabi selama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

38. Jalan Yang Panjang Untuk Kembali Padamu

Iqbal sangat gelisah.Sudah seharian ini Kintan tidak menjawab telepon atau pun video call darinya. Bahkan puluhan pesan yang ia kirim pun masih bertanda centang dua abu-abu, yang artinya belum dibaca.Apa yang terjadi?Oh iya. Ia akan coba menelepon Yessita untuk meminta tolong agar memeriksa keadaan Kintan. Iqbal pun melihat jam yang melingkar di tangannya. Masih jam 12 siang waktu Abu Dhabi, berarti sekitar jam 3 sore di Jakarta. Perbedaan waktu antara dua negara ini hanya tiga jam.Iqbal pun menelepon Yessita, beberapa kali deringan terdengar namun tidak diangkat, sampai akhirnya terdengar suara operator yang meminta maaf karena nomor tersebut tidak dapat dihibungi.Iqbal pun mendesah keras. Baru tiga hari ia berada di Abu Dhabi, dan sekarang tiba-tiba Kintan sudah menghilang begitu saja. Apa sebaiknya dia menelepon Gea? Ah, tidak. Nanti anak itu akan khawatir. Apalagi dia sedang bersama Rani.Lalu sekarang apa yang harus ia lakukan?***Kintan terbangun di rumah sakit dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

39. POV Iqbal

"Kintan, perkenalkan pria ini namanya Kak Iqbal…" Yessita sedang memperkenalkanku dengan wanita yang sangat cantik. Yang selalu membuatku ingin meletakkan seluruh dunia di kakinya, dan seluruh hatiku di tangannya. Entah untuk di jaga atau pun dihancurkan, itu terserah padanya. Toh, hatiku pun telah hancur berkeping-keping saat ini. Wanita itu pun mengangguk dan tersenyum padaku. Bukan senyum menggoda seperti yang biasa ia berikan hanya untukku. Bukan pula senyum manis seperti saat dia melepasku untuk menjalankan dinas ke Abu Dhabi. Tapi senyuman asing yang diberikan oleh seseorang sebagai rasa hormat. Aku pun merasa tidak sanggup melihatnya. Kenapa ia tersenyum? Bukankah tubuhnya penuh luka? "Halo," ucap wanita cantik itu dengan suara yang begitu kurindukan. Aku ingin sekali merengkuh tubuhnya untuk menghirup aroma bunga dari kulit dan rambutnya, tapi amnesia sialan itu telah menghalangiku untuk melakukannya. "Halo," jawabku singkat. Aku terus menatapnya dengan leka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

40. Sstt... Jangan Bilang Yessita!

***Beberapa saat sebelumnya*** Kintan sedang bermimpi. Memimpikan seorang lelaki yang sedang tersenyum cerah padanya, dan menggandeng tangannya sambil berjalan menyusuri pantai di sore hari. Mereka berjalan bertelanjang kaki, merasakan pasir lembut yang membelai telapak dan air laut yang kadang menyapa mereka dengan ombaknya. Suasananya begitu indah, namun sunset yang berada dibelakang lelaki itu membuat bayangan gelap, sehingga Kintan tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Kintan hanya bisa melihat dan merasakan tubuhnya yang tinggi dan kokoh, genggaman eratnya yang hangat dan senyumnya yang menawan. Lelaki itu membisikkan sesuatu padanya, entah apa, tapi membuat Kintan tersenyum dan tertawa bahagia. Lalu lelaki itu pun mencium bibirnya dengan lembut, membuat Kintan seakan terbang melayang. Dan Kintan pun membalasnya dengan kelembutan yang sama, memberikan dirinya utuh untuk dicintai dan mencintai. Namun setelah beberapa saat, ciuman lembut itu tiba-tiba berubah menjad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status