Semua Bab Duda dan Janda Bertetangga : Bab 51 - Bab 60

127 Bab

51. Ucapkan Sampai Jumpa, Bukan Selamat Tinggal

Ada yang berbeda. Iqbal merasa ada yang tak sama dengan percintaannya bersama Kintan kali ini, meskipun tetap panas dan bergelora seperti sebelumnya. Dengan napas yang tersengal-sengal dan tubuh yang berkilau karena keringat, Iqbal memeluk Kintan yang berada di atasnya, yang telah terjatuh lemas tak berdaya. Rambut sebahunya yang berhamburan di dada Iqbal terasa menggelitik, namun sekaligus juga menenangkan lelaki itu, karena itu adalah rambut Kintan. Saat napas mereka mulai teratur, Kintan pun hendak bergerak turun dari tubuh Iqbal, namun lelaki itu mencegahnya. "Di sini saja," pinta Iqbal sambil mengecup ujung hidung bangir Kintan yang masih merona akibat pelepasan yang dahsyat. "Nggak berat?" tanya Kintan sambil menaikkan alisnya, mengingat sepanjang percintaan panas mereka kali ini, Kintan selalu berada di atas karena Iqbal yang memintanya. Iqbal menggeleng. Ia sangat menyukai bobot tubuh Kintan yang berada di atasnya seperti ini. "Apa ingatanmu sudah kembali?" ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

52. Sebuah Cerita Di Penghujung Jalan (1)

Tanpa peduli dengan apa pun, Iqbal tiba-tiba saja merobek baju Kintan dengan beringas. Ia hanya ingin menikmati Kintan saat ini, ingin merekam tiap jengkal tubuh indah yang selalu membuatnya tergila-gila. Lalu memangnya kenapa jika Kintan lebih mencintai Kemal? Lelaki itu sudah mati! Sedangkan dia masih hidup, bernafas dan berhasrat pada pada Kintan.Iqbal mencium Kintan penuh gairah, dan wanita itu pun tidak menolaknya. Meskipun Kintan mengatakan ingin putus dengannya, namun ia tahu jika wanita itu tidak akan pernah bisa menolak sentuhannya. Iqbal pun terus menerus memancing gairah Kintan hingga wanita itu berulang kali merasakan ledakan pelepasan yang dahsyat.Entah sudah beberapa kali Iqbal membuatnya meledak, hingga Kintan merasa sudah tidak sanggup lagi. Saat Iqbal akhirnya memasuki dirinya, Kintan bahkan sudah berada di ambang batas kesadarannya.Dan Kintan pun baru sadar sepenuhnya dan membuka mata, saat Iqbal sedang memandikannya.Pria itu tersenyum menatapnya. "Hai, Saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

53. Sebuah Cerita Di Penghujung Jalan (2)

****3 TAHUN KEMUDIAN**** Bandara terlihat sibuk seperti biasa, penuh dengan manusia yang hilir mudik dan suara-suara yang menggema rendah. Seorang gadis cantik dengan bercelana jeans membalut kakinya yang jenjang, sweater kuning rajut, sepatu kets kuning dengan rambut dicepol ke atas itu terlihat gembira. Ia menarik perhatian para pemuda yang menatapnya dengan kagum karena sosoknya yang nyaris sempurna. Dengan tubuh langsing dan cukup tinggi, wajah yang eksotis dan mata coklatnya yang menawan, banyak juga yang bertanya-tanya apakah gadis ini seorang artis. "Aaahhh.... akhirnya pulang juga ke negara tercintaaa!!" pekiknya sambil meregangkan tubuhnya. Bibirnya mengulas senyum tanpa henti sambil memandang ke sekelilingnya. Ia merindukan Indonesia, aromanya, orang-orangnya, semua… "Ge, bagasimu ada tiga, kan?" tanya seseorang di belakangnya yang sibuk membawa beberapa koper. "Banyak banget, sih. Padahal kan bisa dikirim paket saja!" gerutu lelaki itu. "Pa, Gea kan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

54. Sebuah Cerita Di Penghujung Jalan (3) - Tamat Season 1

Kintan menutup telepon dan berkata pada Iqbal. "Bimo sedang antri beli es krim buat Yessi. Sekarang dia sedang ambil mobil dan menunggu di depan. Kamu bisa gendong Yessi kan?" Iqbal mengangguk dan mengangkat tubuh Yessi perlahan. "Percaya sama aku ya, Yess?" Yessi tidak menjawab, hanya merintih kesakitan dalam gendongan Iqbal. "Oke. Anak-anak, periksa semua barang-barang jangan ada yang ketinggalan," Kintan pun mengatur agar Gea dan Khalil membawa koper-koper mereka. Lalu mereka semua bergegas jalan ke arah mobil Bimo yang sudah menunggu. Saat Iqbal memasukkan Yessi ke kursi depan mobil, Bimo pun langsung meraup tubuh istrinya dan mencium keningnya. "Tenang ya, Sayang? Kita langsung ke rumah sakit sekarang." "Tunggu!" seru Yessi saat Iqbal mau menutup pintunya. "Kintan, Kak Iqbal dan anak-anak… kalian semua harus ikut di mobil ini sekarang." "APA?!" seru Iqbal dan Kintan berbarengan, lalu mereka pun saling menatap kebingungan. "Yess... mobilnya nggak akan cukup dan bar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

55. Perkenalan Kembali Dengan Tetangga Lama

********** SEASON 2 ********** PROLOG : Hai, namaku Kintan. Tiga tahun yang lalu, ingatanku hilang. Aku tidak bisa mengingat kenangan selama enam bulan terakhir hidupku. Aku telah lupa jika suamiku Kemal telah meninggal, lupa pada kepindahanku dan anak-anak dari rumah lama ke apartemen… dan juga lupa pada Iqbal Bimasakti, tetanggaku di apartemen sebelah yang tampan dan mempesona, serta yang telah merebut hatiku. Setelah amnesia, aku pun pergi. Meninggalkan apartemen, meninggalkan Indonesia dan meninggalkan Iqbal, hanya untuk merenungkan ingatan yang hilang dan untuk menenangkan pikiran yang kacau. Lalu tiga tahun kemudian, aku pun kembali. Ke Indonesia dan juga… ke dalam kehidupan Iqbal. Untuk kembali menjadi tetangganya, meskipun bukan di apartemen lagi, namun di depan rumahnya. Karena aku sadar bahwa ingatanku itu mungkin tidak akan pernah kembali. Namun rasa cinta kepada Iqbal yang sempat ikut terlupa, tiba-tiba saja perlahan namun pasti telah kembali tanpa kusa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

56. Tetangga Oh Tetangga

Hari ini adalah hari Senin.Kintan masih sibuk mempersiapkan keperluan anak-anak yang hendak berangkat sekolah, sambil terus bernegosiasi dengan anak sulungnya Khalil.Atau lebih tepatnya, berdebat.Khalil yang merasa sudah dewasa padahal usianya baru 11 tahun, menolak keras diantarkan ke sekolah oleh mamanya dengan mobil.Ia merasa itu tidak keren, dan memaksa untuk menaiki skate board kesayangannya saja untuk ke sekolah."Khalil berangkat sendiri aja, Ma!" anak itu bersikeras sambil cemberut. Ia telah rapi mengenakan seragam sekolah, namun menutupinya dengan jaket kuning kesayangan dan headphone hitam yang menggantung di lehernya.Ia terlihat seperti anak SMA dengan tinggi 170 cm dan wajah yang tampan, membuat orang-orang tidak akan percaya bahwa anak ini sesungguhnya masih kelas 5 SD."Tidak. Sekolahmu jauh, Khal! Dan ini bukan Singapore. Mama nggak mau kamu naik skate board di jalanan. Bahaya!" sahut Kintan tidak mau kalah sambil menyiapkan bekal makan siang untuk anak-anaknya.'H
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

57. Salah Paham

Kintan tidak tahu harus berbuat apa. Pak Arga sepertinya masih belum juga sadar, dan rumah lelaki itu juga kosong tanpa ada seorang pun di situ. Dengan perlahan, Kintan memutuskan untuk membopong tubuh tak sadar Arga untuk dibaringkan di atas sofa ruang tamunya. Lelaki itu memiliki tubuh yang lumayan tinggi, meskipun tidak setinggi Iqbal, dan tubuhnya pun agak kurus.Kintan menatap ke sekelilingnya, mencari sesuatu yang bisa membuat lelaki itu tersadar. Ah ya. Parfum.Tanpa berpikir panjang, Kintan meraih botol parfum kecil di dalam tas tangannya dan membuka tutup botol itu. Lalu ia pun mendekatkannya di hidung Arga. Kintan yakin wangi yang menyengat ini akan membuat lelaki itu terbangun.Dan tak disangka, ternyata cara itu berhasil.Tak lama kemudian, Kintan melihat kelopak mata Arga yang sedang tertutup rapat itu seperti bergerak pelan. "Pak Arga?" panggilnya.Lelaki itu perlahan membuka dan mengerjap-kerjapkan matanya. Ia menatap Kintan dengan pandangan bingung. "Bu... Kintan?""
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

58. Cemburu

"Jadi waktu mau pergi arisan di rumah Wita, aku melihat Pak Arga terbaring di samping pintu rumahnya. Dan ternyata dia pingsan akibat vertigo," terang Kintan. "Lalu aku membantunya untuk minum obat. Udah gitu aja kok." Kintan pun sengaja mempersingkat penjelasannya, agar Iqbal tidak semakin salah paham.Iqbal mengerutkan dahinya. "Membantunya minum obat? Itu artinya : kamu masuk ke dalam rumah lelaki itu kan?" dengusnya kesal.Kintan pun mengutuk ketelitian Iqbal dalam hati. "Dia pingsan Iqbal, aku harus membopongnya ke dalam. Dan dia memintaku mengambilkan obatnya di meja makan. Setelah itu aku pergi," tukas Kintan cepat.Iqbal masih tetap bersidekap dengan melipat tangannya di dada sambil menatap tajam Kintan. Otaknya masih ragu untuk memutuskan apakah dia akan mempercayai wanita itu atau tidak. "Lalu apa maksudnya tadi itu tentang Victoria Secret segala?""Aku memberinya parfum untuk dibaui supaya sadar dari pingsannya. Setelahnya, dia malah bertanya apa nama parfumku itu, katanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

59. Masih Cemburu

Setelah Khalil berangkat didampingi Arga, Kintan kembali berkutat di dapur menyelesaikan masakan untuk bekal Khalil dan Khafi sekolah. Saat sedang mencuci peralatan memasaknya, Kintan mendengar suara langkah kaki dari kamar Khafi, anak bungsunya. Sepertinya anak itu baru selesai mandi dan berpakaian."Ma. Kata Sharen dan Dilla, Khafi itu ganteng banget. Apa iya, Ma?" Khafi, anak bungsunya yang masih berusia 6 tahun itu sedang sibuk mematut dirinya di depan kaca berbingkai di ruang tamu. Wajah kecilnya yang terlihat segar sehabis mandi ditolehkan ke kiri dan kanan, sambil mengusap-usap dagu dan pipinya sendiri.Kintan hanya melirik sekilas kelakuan narsis anak kecil itu dari balik bak cuci piring, lalu ia pun menghela napas. "Fi, ayo cepat sarapan dulu! Abang Khalil udah duluan berangkat dari tadi. Dia nggak sempat sarapan dan bawa bekal makan siang," cetus Kintan, mengabaikan pertanyaan nggak penting Khafi sebelumnya.Khafi berjalan ke meja makan dan mulai memakan roti bakar dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

60. Konfrontasi Dan Konfirmasi

Iqbal memacu cepat Tesla miliknya dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata. Tikaman rasa cemburu yang begitu kuat telah membuat lelaki itu mengabaikan telepon dari Nia, sekretarisnya yang sejak tadi tak berhenti berdering. Namun saat ia berhenti di lampu merah, Iqbal pun mendesah. Apa yang dia lakukan? Jabatan Direktur Pemasaran dan Perencanaan Strategis yang diembannya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap main-main. Tidak seharusnya ia pergi begitu saja di saat meeting kinerja mingguan akan dimulai. Huh. Sangat tidak profesional. Iqbal akhirnya memutuskan untuk mengirim pesan pada Nia agar memundurkan jadwal meeting satu jam lagi. Ya, satu jam. Rasanya itu cukup untuk meminta penjelasan dari Kintan. Meskipun sejujurnya Iqbal yakin dan percaya, Kintan tidak akan pernah mengkhianatinya dengan lelaki itu ataupun dengan yang lain. Bahkan pada akhirnya Iqbal juga akan memaafkannya jika wanita itu benar-benar bersalah. Iqbal akan memaafkan Kintan jika saja wanita itu benar-benar se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status