Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga : Chapter 71 - Chapter 80

127 Chapters

71. Bukti Keseriusan Hati

Kintan melirik Rani sekilas. Ia sebenarnya tertarik, tapi tidak mau termakan umpan wanita itu. "Udah tau juga," tukasnya sok tahu. "Kamu kan, cinta pertamanya?" Rani menggeleng sambil tersenyum menang. "Salah!!!" bantahnya sambil terkikik. "Hayoo... pasti kepo banget, kan?" Kintan membuang muka. Dia memang kepo juga sih siapa cinta pertama Iqbal. Tapi... masa iya, Rani yang akan jadi manajernya?? "Nggak ah. Nggak tertarik. Lagian soal gitu doang aku juga bisa langsung tanya ke Iqbal, apa susahnya?" tukas Kintan. "Yakin Iqbal mau cerita?" tantang Rani. "Dia itu paling nggak suka ditanya-tanya soal masa lalu, apalagi ditanya soal cinta pertamanya. Aku aja baru tahu setelah menikah delapan tahun!" cetusnya meyakinkan. "Ran, sebenarnya demi apa sih, kamu sampai berbuat begini?" Kintan tak tahan untuk tidak bertanya. "Demi bertemu Ibram Mahesa idolamu itu, ya? Aku bisa membuatmu bertemu dengannya tanpa perlu susah-payah dan berpura-pura jadi manajerku, kok." "Siapa yang ingin b
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

72. Arti Yang Menjadi Sebuah Tanda Tanya

"Wuuuhuuu... keren bangeeet!!" seru Khalil ketika melihat pemandangan di depannya. Anak lelaki itu tidak dapat berkedip saking terkagum-kagum dengan burung elang hologram berwarna-warni empat dimensi yang melayang-layang dengan lincah depannya. Burung elang itu tiba-tiba saja hinggap di atas bahunya, dan mengeluarkan suara yang nyaring. Lalu ia pun kembali terbang. "EPIC!!" serunya lagi dengan mata yang bersinar-sinar gembira, saat tiba-tiba turun hujan empat dimensi aneka warna yang menembus dirinya. Suara gemericik hujan yang menenangkan membuat Khalil menengadah, memejamkan mata dan tersenyum. Hujan yang sangat keren. "Kamu suka nggak?" tanya Adelia saat lampu di ruangan yang semula redup sekarang telah terang menyala. Mereka sedang berjalan keluar dari ruang laboratorium One Million menuju cafetaria VIP di lantai 39. "SUKA BANGET!" sahut Khalil penuh semangat. "Jadi itu ya, prototipe untuk project One Million Island? Wah, pamanmu itu benar-benar keren! Aku yakin pasti tam
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

73. Mandi

Pukul 19.30 Iqbal baru sampai di rumah Kintan, dan seketika ia pun heran mendengar suara ramai anak kecil dari dalam rumah kekasihnya itu. Apa jangan-jangan Rani masih belum pulang juga? Sementara itu di dalam rumah, Kintan masih sibuk memasak makan malam dan Rani yang mengatur meja makan. Gea dan Khalil mengerjakan PR di meja tamu, sementara Khafi, Cindy dan Clara asik menonton kartun lucu di televisi sambil tertawa-tawa. Iqbal yang masuk diam-diam ke dalam rumah Kintan pun seketika melongo menatap pemandangan di depannya. Apa-apaan ini? Rumah Kintan yang jauh lebih mungil dari rumahnya sekarang terasa penuh sesak dengan banyaknya manusia di situ! Dengan kesal, Iqbal mengetuk keras pintu rumah Kintan yang memang sudah terbuka, membuat tujuh pasang mata seketika tertuju padanya. "PAPA!" seru Gea, orang pertama yang menyapanya dan kaget atas kedatangannya. Anak itu bangkit dari lantai tempat ia duduk mengerjakan PR, meninggalkan bukunya di atas meja tamu untuk menghampiri pa
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

74. Marry Me

Seperti rumahnya yang megah dan menakjubkan, kamar mandi Iqbal pun tak kalah spektakuler. Luasnya saja hampir dua kali luas kamar Kintan. Iqbal menarik tubuh Kintan dengan rapat ke tubuhnya, tak membiarkan selintas angin pun lolos di antara mereka. Lelaki itu menatap lembut mata hitam Kintan yang berkilau indah bagai tercetak ribuan manik di dalamnya. Pandangannya pun turun ke hidung mancung yang kecil menggemaskan serta bibir merah ranum yang seksi dan menggoda itu. Jemari Iqbal tak tahan untuk merasakan tekstur lembut kenyal yang sering membuatnya hilang akal, ingin memagut keras dan membuat Kintan kehabisan napas karena ciuman menggebu-gebu darinya. Iqbal ingin selalu menunjukkan betapa ia sangat merindukan Kintan, setiap detik dan menit saat mereka terpisah. Namun jemarinya masih betah berlama-lama meraba dan bermain di bibir Kintan, lalu tiba-tiba saja telunjuknya menelusup masuk ke dalam mulut wanita itu. Kintan terkejut, namun ia membiarkan jari Iqbal tenggelam di dalam
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

75. The Truth About Her

Iqbal masih asik memandangi wajah cantik Kintan yang sedang terlelap, ketika tiba-tiba saja terdengar suara ponselnya yang bergetar pelan. Meski enggan beralih dari pemandangan indah di depan matanya saat ini, namun akhirnya ia beranjak melangkah juga untuk meraih ponselnya yang terletak di atas meja kerja. Ia mengerutkan keningnya heran melihat sederet nomor tanpa nama yang tertera di layar ponselnya. Meski ragu, namun Iqbal memutuskan untuk tetap mengangkatnya. "Halo?" "Apa benar aku berbicara dengan Iqbal Bimasakti?" sebuah suara bariton yang dingin dan tidak Iqbal kenal terdengar di seberang sana. "Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?" Iqbal menjawab suara asing yang berucap di sebrang sana. "Aku? Ibram Mahesa." Iqba pun tersentak. Ibram Mahesa?! Bukankah dia big boss One Million tempat agensinya Kintan? "Oh, Ibram Mahesa. Aku baru saja mendengar tentang diri anda dari Kintan. Dari mana anda mengetahui nomor ponselku?" Terdengar suara tawa pelan dari Ibram. "Bag
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

76. Menua Bersama

Kintan terbangun, dan menyadari sesuatu telah tersemat di jari manisnya. Dengan mata membelalak kaget dan jantung berdebar kencang, ia menatap lekat pada cincin berlian besar yang sangat indah telah tersemat di sana. Seketika bibir merahnya pun melengkungkan senyuman. Pasti Iqbal yang memakaikan cincin itu di jarinya. Kintan mengangkat jarinya ke atas, mendongak kagum pada cincin yang bersinar terang itu. Seketika ia pun mendekapnya di dada. 'Aku... akan menjadi Nyonya Bimasakti?? Aaaaaa!' Kintan membenamkan wajahnya yang sedang tersenyum bodoh di atas bantal sambil memukul-mukul kasur di samping kepalanya dengan perasaan bahagia. Ia juga sudah tidak peduli lagi dengan ingatannya yang belum juga kembali, karena cinta yang ia rasakan pada Iqbal tidak perlu untuk diingat. Kintan hanya perlu merasakannya, begitu besar dan kuat terpancar dari dalam hatinya. Ia begitu mencintai Iqbal hingga rasanya hatinya ingin meledak. Tapi... dimana Iqbal? Kintan melihat ke seluruh pen
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

77. Kamu Sepupuku

Iqbal akhirnya ikut mengantar Gea, Khalil dan Khafi ke sekolah dengan Kintan menggunakan mobil Tesla-nya, sementara Rani serta anak-anaknya menggunakan mobil Kintan untuk hadir di One Million lebih dulu. Sepanjang perjalanan, Iqbal tak henti-hentinya mengecup jemari Kintan, membuat anak-anak tak henti meledek kemesraan mereka. Kintan tersipu malu saat Khalil dan Gea bersiul-siul menggoda, tapi Iqbal cuek dan hanya mengedipkan mata pada Kintan yang semakin merona. "Ngomong-ngomong, kamu bukannya harus balik lagi ke Semarang pagi ini?" tanya Kintan pada Iqbal, saat tinggal mereka berdua di dalam mobil dan anak-anak sudah berada di sekolahnya masing-masing. Iqbal akan mengantarkan Kintan ke agensi One Million untuk bekerja. Pria itu menggeleng. "Aku sudah mengajukan cuti besar untuk persiapan pernikahan kita sekalian bulan madu, Sayang," sahutnya sambil tersenyum. "Kita menikah secepatnya, ya? Aku akan segera mengurus semuanya. Minggu depan paling lama kita harus sudah sah jadi
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

78. Masa Lalu Yang Terungkap (1)

"Hah! Kamu membelanya, Kintan?" tanya Iqbal tak percaya. "Tadi di mobil kamu bertanya tentang bibirku yang berdarah, kan? Asal kamu tahu, DIA yang memukul wajahku semalam dan bukan karena aku terjatuh!" tukas Iqbal kesal melihat Kintan membela lelaki sialan itu. Kintan pun menjadi semakin bingung. Ia menoleh ke belakangnya untuk menatap Ibram yang sedang mengernyit sambil memegangi perutnya, lalu kembali lagi menatap Iqbal. "Jadi kalian... sudah saling kenal sebelumnya??" tukasnya. Iqbal pun kembali terdiam, sementara Ibram Mahesa tiba-tiba tertawa dengan keras. "Kintan Larasati, kamu benar-benar sudah dibohongi oleh tunanganmu itu! Dia bahkan sudah selingkuh sebelumnya, dan juga tidak mengatakan kalau semalam kami telah bertemu?" ejek Ibram yang sekarang berada di atas angin karena Kintan melindunginya. 'Selingkuh?' Kintan menatap Iqbal yang wajahnya sekarang benar-benar sudah merah padam menahan amarah. "Minggir, Kintan. Si brengsek itu harus dihajar habis-habisan agar tidak
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

79. Masa Lalu Yang Terungkap (2)

"Itu sebabnya aku langsung menemuimu. Aku hanya ingin menghapus dan menggantinya dengan bibirmu yang selalu membuatku tergila-gila." Tanpa menunggu lagi, Iqbal langsung merangkum bibir Kintan dan melumatnya dengan keras. "Hanya bibir ini yang boleh menyentuhku," ucapnya lirih sambil menggosok-gosokkan bibirnya di bibir Kintan. "Maafkan aku, Kintan. Aku bukannya tidak ingin jujur denganmu. Aku hanya tidak mau membuatmu kesal dengan hal yang tidak penting." Kintan menggigit bibir Iqbal dengan keras, membuat lelaki itu kaget dan langsung menjauhkan bibirnya. "Rasain! Makanya, lain kali jangan nggak jujur!" sembur Kintan kesal. "Dan juga soal pertemuanmu semalam dengan Ibram. Kenapa sih kamu nggak bilang? Bahkan menurut Ibram, kamu juga melarangnya untuk mengatakan soal masa laluku!" sentak Kintan sambil berkacak pinggang. Iqbal menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Aduh, Kintan kalau sedang marah-marah begini bikin dia jadi salah tingkah. "Maaf, aku hanya takut kamu depresi
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

81. Cinta Yang Tak Sepantasnya (2)

Saat Kintan telah sadar, ia melihat Ibram, Bibi Jo dan Paman Fardan yang masih setia menungguinya. Ia jadi sangat kikuk dan malu karena jatuh pingsan di depan mereka semua. "Maaf sudah membuat kalian khawatir," ucapnya sambil tersenyum malu. Saat ini Kintan sudah duduk dan bersandar di kepala ranjang. Ibram sedang menyuapinya bubur, yang meskipun berusaha ia tolak, namun lelaki keras kepala itu tetap saja memaksanya. Akhirnya Kintan pun mengalah dan membuka mulutnya pasrah saat Ibram menyodorkan sesendok penuh makanan itu. "Sayang, tidak perlu merasa tidak enak kepada kami. Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga," timpal Bibi Jo sambil menggenggam tangan Kintan. Fardan mengangguk menyetujui. "Lula, bagaimana jika kamu tinggal di rumah ini saja? Tinggallah di rumah ini dengan anak-anakmu. Toh, rumah ini kosong karena aku dan bibimu tinggal di Amerika. Ibram juga sudah punya rumah sendiri. Bukankah itu ide yang sangat bagus? Jadi bibimu akan sangat senang jika pulang ke Indonesi
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status