Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga : Chapter 61 - Chapter 70

127 Chapters

61. Setelah Tiga Tahun

Iqbal tidak melepaskan pagutan bibirnya yang panas dari bibir Kintan yang lembut, sementara kakinya terus melangkah masuk ke dalam kamar wanita itu. Ketika akhirnya mereka sampai di ranjang, Iqbal membaringkan tubuh kekasihnya di atas kasur empuk dan menindihnya, namun seketika ia menghentikan ciumannya yang bergelora. "Kenapa?" Kintan bertanya heran, saat Iqbal tiba-tiba terdiam dan hanya memandangi wajahnya dari atas tubuh wanita itu. Iqbal menyunggingkan senyum dari salah satu sudut bibir pink pucatnya, membuat Kintan pun seketika terpukau dan berdebar. Lelaki ini benar-benar tampan. "Aku hanya ingin menatap wajahmu, Sayang. Aku ingin memastikan bahwa ini benar-benar bukan mimpi," ucapnya sambil mengelus lembut rambut Kintan yang panjang. "Selama tiga tahun aku sering berkhayal mendengar tawamu, menyentuhmu, mencium bibir lembutmu. Terus dan terus berkhayal hingga akhirnya aku pun jatuh tertidur." Ada nada sedih dan terluka dari intonasi suara pria itu, membuat Kintan merasa
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

62. Pria Misterius

Keributan yang terjadi antara Kintan dan lelaki berkaca mata hitam dan bertopi baseball itu tak pelak membuat semua orang yang sedang mengantri pun ikut menatap mereka, seakan menjadi tontonan gratis yang seru dikala kejenuhan menunggu antrian panjang. Seorang wanita cantik bertubuh mungil dengan beringas dan tanpa takut memukul seorang pria tampan berkaca mata hitam dengan tubuh yang jauh lebih tinggi dan besar darinya. Rambut Kintan yang sepinggang mulai terlihat jatuh membingkai wajahnya yang merona karena gusar, membuat lelaki berkaca mata hitam itu pun semakin terpesona. 'Seandainya aku belum bertemu dengan istriku yang sekarang, pasti aku akan mengejar wanita ini', pikirnya sambil tersenyum dalam hati. Sampai akhirnya seseorang pun datang untuk melerai mereka. "Maaf, tolong jangan buat keributan di sini," manager resto pizza itu menahan tangan Kintan agar tidak terus memukul lelaki tinggi besar namun seperti tidak berdaya melawan perempuan mungil itu. Manager itu pun menatap
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

63. Donatur Malaikat

Iqbal mencium bibir Kintan yang sudah bengkak memerah karena perbuatannya.Wanita itu sekarang sudah tertidur pulas di ranjangnya, sejak ia memandikan Kintan yang kelelahan. Iqbal tersenyum simpul karena hari ini hasratnya yang menggebu-gebu telah terlampiaskan dan membuatnya sangat puas mencumbu tubuh wanitanya yang molek.Meskipun ada sedikit rasa bersalah di dalam dirinya karena membuat Kintan menjadi terkulai letih seperti ini, setelah menggempur tubuhnya habis-habisan sejak tadi siang dan juga malam ini."Maaf, Sayang," bisiknya, berkali-kali meminta maaf dari tadi. "Tapi itu salahmu juga karena dulu meninggalkanku. Jadi bersiaplah, beberapa minggu ini aku akan merapel kegiatan bercinta kita yang seharusnya dilakukan selama tiga tahun yang lalu," ujarnya nakal pada telinga Kintan, meskipun wanita itu masih sangat pulas dan tidak mendengar ucapannya sama sekali.Iqbal belum ingin beranjak untuk pulang ke rumahnya, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Dan itu Ki
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

64. Sang Mantan

Kintan terbangun saat melihat Iqbal yang sudah rapi bersiap untuk kembali ke kantor. Ia pun mengangkat tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang. Ia merintih pelan dan menggigit bibirnya. Tubuhnya serasa remuk, dan bagian kewanitaannya sedikit nyeri akibat percintaan panas penuh gelora yang entah berapa kali dilakukannya bersama Iqbal. "Kamu mau kembali ke kantor?" tanya Kintan pada Iqbal yang sedang memakai dasi. Ia ingin sekali membantu mengikatkan dasi di leher kekasihnya itu, namun kakinya masih terasa gemetar untuk berdiri. Iqbal menatap cepat ke arah Kintan, tidak menyadari jika wanita itu telah terbangun. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanyanya lagi sambil melangkah ke ranjang. Ia mengecup lembut bibir manis Kintan dan menatap mata bermanik indah yang membuatnya terpesona. "Istirahatlah lagi. Kamu lelah, kan?" ucapnya dengan nada menggoda. "Kamu selalu tertidur saat kumandikan. Padahal aku ingin ronde selanjutnya di bath tub," cengirnya. Kintan mencubit gemas pinggang Iqbal
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

65. CEO One Million

Rani memicingkan mata kesal melihat punggung Iqbal yang semakin menjauh darinya. "AKU TIDAK MAU!!" teriaknya kesal. 'Iqbal benar-benar menyebalkan!! Setidaknya paksa sedikit kek, atau bujuk kek, masa ninggalin aku begitu saja!! Huh. Aku tidak akan mengikutinya!!'Dengan sikap keras kepala, Rani kembali menenggak cairan emas di gelasnya dengan kasar. 'Aku benci Iqbal! Dan juga Kintan!! Aku benci kalian berduaa!!!'Rani menunggu beberapa saat, berharap mantan suaminya itu akan kembali lagi untuk menjemputnya. Namun setelah beberapa menit, barulah ia menyadari kalau Iqbal benar-benar meninggalkannya.Rasanya wanita itu ingin sekali menjerit karena frustasi! Iqbal... kamu benar-benar keterlaluan!!Dengan terburu-buru, Rani pun menyambar tas tangannya dan turun dari kursi bartender. Ia segera berlari keluar dari bar ke arah parkiran mobil untuk mengejar Iqbal.Syukurlah ternyata lelaki itu tidak benar-benar meninggalkannya. Iqbal menunggu di dalam mobil Tesla-nya dengan mesin yang dibiar
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

66. Lukis Aku

12. Undangan Kintan menerima amplop putih dengan bagian depan tertulis nama lengkapnya, Kintan Larasati. Dari mana agensi sebesar ini bisa mengetahui namanya?Ia pun lalu mengedarkan pandangannya kembali kepada Arga yang masih terlihat terpesona dan terus mengamatinya lekat-lekat."Uhm... ngomong-ngomong, apa jangan-jangan Pak Arga juga bekerja di One Million, ya?" tebak Kintan.Arga mengangguk. "Saya Manager HRD di sana. Lalu tiba-tiba saja kemarin Pak CEO meminta saya untuk menghadap, dan beliau banyak bertanya-tanya tentang Bu Kintan," sahutnya. "Pak Ibram Mahesa itu memang unik. Entah mendapat info dari mana, tiba-tiba saja ia mengetahui kalau kita bertetangga! Namun cara kerjanya yang tidak biasa itu memang seringkali berhasil menemukan sebutir berlian yang belum diasah."Kintan merasa aneh dengan ucapan Arga yang seperti berlebihan menurutnya. 'Berlian? Siapa? Aku? Hahaa... becanda kali ni orang.'"Lalu dalam bimbingannya, berlian itu akan bersinar dan memukau. Banyak model d
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

67. Rencana Rani

"Lukislah aku," pinta Ibram tiba-tiba, sambil mendorong kertas dan pensil di atas meja ke hadapan Kintan dengan mata coklatnya yang lebih gelap daripada milik Iqbal itu yang menatap lekat. "Aaa-apa?! Melukis anda??" Kintan pun terhenyak. Ia benar-benar tidak menyangka, tak ada angin tak ada hujan lelaki ini mendadak minta dilukis?? Ibram mengangguk. "Ya, lukislah aku seperti kamu melukis lelaki itu," ucapnya sambil tersenyum. "Silahkan." Kintan terpana selama beberapa detik. Seorang Ibram Mahesa, CEO One Million, meminta Kintan untuk melukis dirinya?? Wah, ini permintaan berat. Kalau saja Rani mendengar tentang hal ini bisa-bisa wanita itu pasti makin jejeritan histeris! Kintan pun mendehem dengan gugup untuk membersihkan tenggorokannya yang mendadak tercekat. "Apa ini semacam tes?" tanyanya curiga. Ibram menaikkan sebelah alisnya. "Bagaimana jika kubilang, YA?" "Sudah kukatakan tadi, Pak Ibram. Aku tidak tertarik untuk menjadi bagian dari agensi ini," tukas Kintan lugas. "Ke
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

68. Aku Yang Selalu Mencintaimu

Semarang, jam 14.00 Meeting hari ini sedang break karena jaringan internet yang tidak stabil. Iqbal pun memilih untuk kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang king size yang super empuk, sambil mengutuk kelalaiannya untuk mengingatkan Nia sekretarisnya, agar tidak memesan kamar President Suite yang terlalu besar baginya. Ya, Iqbal tahu kalau kamar ini disesuaikan dengan jabatannya sebagai Chief Marketing Officer (CMO) atau Direktur Pemasaran, namun ia bisa saja menolaknya dan meminta kamar tipe lebih kecil. Ia tidak suka space yang terlalu luas seperti ini, terasa dingin, sepi dan hampa. Terlalu besar bila untuk satu orang. Seandainya Kintan ada bersamanya, maka ia pasti tidak akan kesepian. Hm... Kintan sedang apa ya? Tadi pagi ia tidak sempat menelepon Kintan, karena big boss alias Dewan Direksi di Abu Dhabi yang bolak-balik menghubunginya. Mereka meminta Iqbal untuk kembali ke sana, bahkan juga mengimingi jabatan CEO! Jabatan tertinggi di perusahaan it
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

69. Kesempatan Langka

Rani kesal sekali. Resepsionis lantai dasar di gedung One Million itu sama sekali tidak mengijinkannya untuk naik ke lantai 39, tempat dimana Kintan berada bersama Ibram Mahesa. "Mbak, tolong sekali lagi sampaikan pada sekretarisnya Ibram Mahesa, kalau saya adalah manajer dari Kintan Larasati! Dia tidak bisa tanda tangan kontrak tanpa didampingi oleh manajernya!" tukasnya gusar. Resepsionis itu tersenyum kaku pada Rani yang dari tadi masih saja bersikeras, walaupun sudah diberi info bahwa dia tidak diperbolehkan untuk naik. "Maaf, Bu Maharani, tapi ini sudah peraturannya. Jika tidak memiliki undangan maka tidak diperbolehkan untuk naik ke lantai VIP," tegasnya, berusaha untuk tetap sabar menghadapi emak-emak yang keras kepala itu. "Atau coba hubungi Bu Kintan saja, mungkin beliau bisa meminta pada sekretaris CEO untuk membawa ibu ke lantai atas," sarannya kemudian. Rani mendengus. Masalahnya, ia sudah mencoba menghubungi nomor Kintan dari tadi namun tidak juga diangkat. H
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

70. Cinta Pertama

"Baik. Jika kamu sudah selesai tanda tangan, bagaimana kalau kita rayakan?" tanya Ibram setelah tawanya mereda. Ia menyeringai saat melihat Kintan menjadi waspada dengan ucapannya selanjutnya. "Bagaimana dengan makan malam?" Kintan mengerutkan keningnya. "Makan... malam?" ucapnya lamat-lamat. Apa wajar seorang CEO mengajak salah satu talent-nya untuk makan malam? Rasanya sih tidak. "Maaf Pak Ibram, tapi..." "Sebelum kamu berpikiran yang tidak-tidak terhadapku, ketahuilah kalau kita tidak makan malam hanya berdua saja. Aku bermaksud mengajak serta istriku, dan aku harap kamu juga mengajak lelaki spesial yang kamu lukis waktu itu," potong Ibram sambil menyeringai. Kintan menggigit bibirnya. Ia baru saja mengenal si Mr. CEO ini dan jujur saja perkenalan mereka pun tidak terlalu baik. Kintan merasa makan malam itu adalah ide yang buruk, ditambah Iqbal juga sedang dinas ke Semarang. "Sayang sekali lelaki itu sedang tidak berada di Jakarta, Pak Ibram," akhirnya Kintan menjawab
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status