"Lukislah aku," pinta Ibram tiba-tiba, sambil mendorong kertas dan pensil di atas meja ke hadapan Kintan dengan mata coklatnya yang lebih gelap daripada milik Iqbal itu yang menatap lekat. "Aaa-apa?! Melukis anda??" Kintan pun terhenyak. Ia benar-benar tidak menyangka, tak ada angin tak ada hujan lelaki ini mendadak minta dilukis?? Ibram mengangguk. "Ya, lukislah aku seperti kamu melukis lelaki itu," ucapnya sambil tersenyum. "Silahkan." Kintan terpana selama beberapa detik. Seorang Ibram Mahesa, CEO One Million, meminta Kintan untuk melukis dirinya?? Wah, ini permintaan berat. Kalau saja Rani mendengar tentang hal ini bisa-bisa wanita itu pasti makin jejeritan histeris! Kintan pun mendehem dengan gugup untuk membersihkan tenggorokannya yang mendadak tercekat. "Apa ini semacam tes?" tanyanya curiga. Ibram menaikkan sebelah alisnya. "Bagaimana jika kubilang, YA?" "Sudah kukatakan tadi, Pak Ibram. Aku tidak tertarik untuk menjadi bagian dari agensi ini," tukas Kintan lugas. "Ke
Last Updated : 2024-12-12 Read more