Beranda / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 68. Aku Yang Selalu Mencintaimu

Share

68. Aku Yang Selalu Mencintaimu

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 06:55:12
Semarang, jam 14.00

Meeting hari ini sedang break karena jaringan internet yang tidak stabil.

Iqbal pun memilih untuk kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang king size yang super empuk, sambil mengutuk kelalaiannya untuk mengingatkan Nia sekretarisnya, agar tidak memesan kamar President Suite yang terlalu besar baginya.

Ya, Iqbal tahu kalau kamar ini disesuaikan dengan jabatannya sebagai Chief Marketing Officer (CMO) atau Direktur Pemasaran, namun ia bisa saja menolaknya dan meminta kamar tipe lebih kecil.

Ia tidak suka space yang terlalu luas seperti ini, terasa dingin, sepi dan hampa. Terlalu besar bila untuk satu orang.

Seandainya Kintan ada bersamanya, maka ia pasti tidak akan kesepian. Hm... Kintan sedang apa ya?

Tadi pagi ia tidak sempat menelepon Kintan, karena big boss alias Dewan Direksi di Abu Dhabi yang bolak-balik menghubunginya. Mereka meminta Iqbal untuk kembali ke sana, bahkan juga mengimingi jabatan CEO!

Jabatan tertinggi di perusahaan it
Black Aurora

Nah loh. yg satu digoda sekretaris, yg satu digoda CEO. Terus yg godain otor sapa dong??? **banyak cakap kau torr, dahlah cepat tulis lanjutannya!!!😁

| 7
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   69. Kesempatan Langka

    Rani kesal sekali. Resepsionis lantai dasar di gedung One Million itu sama sekali tidak mengijinkannya untuk naik ke lantai 39, tempat dimana Kintan berada bersama Ibram Mahesa. "Mbak, tolong sekali lagi sampaikan pada sekretarisnya Ibram Mahesa, kalau saya adalah manajer dari Kintan Larasati! Dia tidak bisa tanda tangan kontrak tanpa didampingi oleh manajernya!" tukasnya gusar. Resepsionis itu tersenyum kaku pada Rani yang dari tadi masih saja bersikeras, walaupun sudah diberi info bahwa dia tidak diperbolehkan untuk naik. "Maaf, Bu Maharani, tapi ini sudah peraturannya. Jika tidak memiliki undangan maka tidak diperbolehkan untuk naik ke lantai VIP," tegasnya, berusaha untuk tetap sabar menghadapi emak-emak yang keras kepala itu. "Atau coba hubungi Bu Kintan saja, mungkin beliau bisa meminta pada sekretaris CEO untuk membawa ibu ke lantai atas," sarannya kemudian. Rani mendengus. Masalahnya, ia sudah mencoba menghubungi nomor Kintan dari tadi namun tidak juga diangkat. H

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   70. Cinta Pertama

    "Baik. Jika kamu sudah selesai tanda tangan, bagaimana kalau kita rayakan?" tanya Ibram setelah tawanya mereda. Ia menyeringai saat melihat Kintan menjadi waspada dengan ucapannya selanjutnya. "Bagaimana dengan makan malam?" Kintan mengerutkan keningnya. "Makan... malam?" ucapnya lamat-lamat. Apa wajar seorang CEO mengajak salah satu talent-nya untuk makan malam? Rasanya sih tidak. "Maaf Pak Ibram, tapi..." "Sebelum kamu berpikiran yang tidak-tidak terhadapku, ketahuilah kalau kita tidak makan malam hanya berdua saja. Aku bermaksud mengajak serta istriku, dan aku harap kamu juga mengajak lelaki spesial yang kamu lukis waktu itu," potong Ibram sambil menyeringai. Kintan menggigit bibirnya. Ia baru saja mengenal si Mr. CEO ini dan jujur saja perkenalan mereka pun tidak terlalu baik. Kintan merasa makan malam itu adalah ide yang buruk, ditambah Iqbal juga sedang dinas ke Semarang. "Sayang sekali lelaki itu sedang tidak berada di Jakarta, Pak Ibram," akhirnya Kintan menjawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   71. Bukti Keseriusan Hati

    Kintan melirik Rani sekilas. Ia sebenarnya tertarik, tapi tidak mau termakan umpan wanita itu. "Udah tau juga," tukasnya sok tahu. "Kamu kan, cinta pertamanya?" Rani menggeleng sambil tersenyum menang. "Salah!!!" bantahnya sambil terkikik. "Hayoo... pasti kepo banget, kan?" Kintan membuang muka. Dia memang kepo juga sih siapa cinta pertama Iqbal. Tapi... masa iya, Rani yang akan jadi manajernya?? "Nggak ah. Nggak tertarik. Lagian soal gitu doang aku juga bisa langsung tanya ke Iqbal, apa susahnya?" tukas Kintan. "Yakin Iqbal mau cerita?" tantang Rani. "Dia itu paling nggak suka ditanya-tanya soal masa lalu, apalagi ditanya soal cinta pertamanya. Aku aja baru tahu setelah menikah delapan tahun!" cetusnya meyakinkan. "Ran, sebenarnya demi apa sih, kamu sampai berbuat begini?" Kintan tak tahan untuk tidak bertanya. "Demi bertemu Ibram Mahesa idolamu itu, ya? Aku bisa membuatmu bertemu dengannya tanpa perlu susah-payah dan berpura-pura jadi manajerku, kok." "Siapa yang ingin b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   72. Arti Yang Menjadi Sebuah Tanda Tanya

    "Wuuuhuuu... keren bangeeet!!" seru Khalil ketika melihat pemandangan di depannya. Anak lelaki itu tidak dapat berkedip saking terkagum-kagum dengan burung elang hologram berwarna-warni empat dimensi yang melayang-layang dengan lincah depannya. Burung elang itu tiba-tiba saja hinggap di atas bahunya, dan mengeluarkan suara yang nyaring. Lalu ia pun kembali terbang. "EPIC!!" serunya lagi dengan mata yang bersinar-sinar gembira, saat tiba-tiba turun hujan empat dimensi aneka warna yang menembus dirinya. Suara gemericik hujan yang menenangkan membuat Khalil menengadah, memejamkan mata dan tersenyum. Hujan yang sangat keren. "Kamu suka nggak?" tanya Adelia saat lampu di ruangan yang semula redup sekarang telah terang menyala. Mereka sedang berjalan keluar dari ruang laboratorium One Million menuju cafetaria VIP di lantai 39. "SUKA BANGET!" sahut Khalil penuh semangat. "Jadi itu ya, prototipe untuk project One Million Island? Wah, pamanmu itu benar-benar keren! Aku yakin pasti tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   73. Mandi

    Pukul 19.30 Iqbal baru sampai di rumah Kintan, dan seketika ia pun heran mendengar suara ramai anak kecil dari dalam rumah kekasihnya itu. Apa jangan-jangan Rani masih belum pulang juga? Sementara itu di dalam rumah, Kintan masih sibuk memasak makan malam dan Rani yang mengatur meja makan. Gea dan Khalil mengerjakan PR di meja tamu, sementara Khafi, Cindy dan Clara asik menonton kartun lucu di televisi sambil tertawa-tawa. Iqbal yang masuk diam-diam ke dalam rumah Kintan pun seketika melongo menatap pemandangan di depannya. Apa-apaan ini? Rumah Kintan yang jauh lebih mungil dari rumahnya sekarang terasa penuh sesak dengan banyaknya manusia di situ! Dengan kesal, Iqbal mengetuk keras pintu rumah Kintan yang memang sudah terbuka, membuat tujuh pasang mata seketika tertuju padanya. "PAPA!" seru Gea, orang pertama yang menyapanya dan kaget atas kedatangannya. Anak itu bangkit dari lantai tempat ia duduk mengerjakan PR, meninggalkan bukunya di atas meja tamu untuk menghampiri pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   74. Marry Me

    Seperti rumahnya yang megah dan menakjubkan, kamar mandi Iqbal pun tak kalah spektakuler. Luasnya saja hampir dua kali luas kamar Kintan. Iqbal menarik tubuh Kintan dengan rapat ke tubuhnya, tak membiarkan selintas angin pun lolos di antara mereka. Lelaki itu menatap lembut mata hitam Kintan yang berkilau indah bagai tercetak ribuan manik di dalamnya. Pandangannya pun turun ke hidung mancung yang kecil menggemaskan serta bibir merah ranum yang seksi dan menggoda itu. Jemari Iqbal tak tahan untuk merasakan tekstur lembut kenyal yang sering membuatnya hilang akal, ingin memagut keras dan membuat Kintan kehabisan napas karena ciuman menggebu-gebu darinya. Iqbal ingin selalu menunjukkan betapa ia sangat merindukan Kintan, setiap detik dan menit saat mereka terpisah. Namun jemarinya masih betah berlama-lama meraba dan bermain di bibir Kintan, lalu tiba-tiba saja telunjuknya menelusup masuk ke dalam mulut wanita itu. Kintan terkejut, namun ia membiarkan jari Iqbal tenggelam di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   75. The Truth About Her

    Iqbal masih asik memandangi wajah cantik Kintan yang sedang terlelap, ketika tiba-tiba saja terdengar suara ponselnya yang bergetar pelan. Meski enggan beralih dari pemandangan indah di depan matanya saat ini, namun akhirnya ia beranjak melangkah juga untuk meraih ponselnya yang terletak di atas meja kerja. Ia mengerutkan keningnya heran melihat sederet nomor tanpa nama yang tertera di layar ponselnya. Meski ragu, namun Iqbal memutuskan untuk tetap mengangkatnya. "Halo?" "Apa benar aku berbicara dengan Iqbal Bimasakti?" sebuah suara bariton yang dingin dan tidak Iqbal kenal terdengar di seberang sana. "Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?" Iqbal menjawab suara asing yang berucap di sebrang sana. "Aku? Ibram Mahesa." Iqba pun tersentak. Ibram Mahesa?! Bukankah dia big boss One Million tempat agensinya Kintan? "Oh, Ibram Mahesa. Aku baru saja mendengar tentang diri anda dari Kintan. Dari mana anda mengetahui nomor ponselku?" Terdengar suara tawa pelan dari Ibram. "Bag

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   76. Menua Bersama

    Kintan terbangun, dan menyadari sesuatu telah tersemat di jari manisnya. Dengan mata membelalak kaget dan jantung berdebar kencang, ia menatap lekat pada cincin berlian besar yang sangat indah telah tersemat di sana. Seketika bibir merahnya pun melengkungkan senyuman. Pasti Iqbal yang memakaikan cincin itu di jarinya. Kintan mengangkat jarinya ke atas, mendongak kagum pada cincin yang bersinar terang itu. Seketika ia pun mendekapnya di dada. 'Aku... akan menjadi Nyonya Bimasakti?? Aaaaaa!' Kintan membenamkan wajahnya yang sedang tersenyum bodoh di atas bantal sambil memukul-mukul kasur di samping kepalanya dengan perasaan bahagia. Ia juga sudah tidak peduli lagi dengan ingatannya yang belum juga kembali, karena cinta yang ia rasakan pada Iqbal tidak perlu untuk diingat. Kintan hanya perlu merasakannya, begitu besar dan kuat terpancar dari dalam hatinya. Ia begitu mencintai Iqbal hingga rasanya hatinya ingin meledak. Tapi... dimana Iqbal? Kintan melihat ke seluruh pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status