Area 21+ Untuk para jomlo harap bijak dalam membaca! 'Apa Mami tidak salah? Menjodohkanku dengan anak SMA?' ucap Gilang dalam hati sembari melirik tidak suka kepada gadis tomboy itu. Gilang Sebastian, berusia 26 tahun. Seorang CEO muda dari FaRiz Group yang mendapat julukan Pecinta wanita karena sering berkencan dengan para wanita seksi yang selalu berakhir di atas ranjang. Dijodohkan dengan gadis muda bernama Nayara Fateen Agis yang baru berusia 18 tahun. Mereka sepakat untuk berpacaran terlebih dulu untuk menolak secara halus perjodohan itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Naya jatuh cinta pada CEO mesum itu. Akankah Naya berhasil menghentikan petualang cinta kekasihnya dengan para wanita seksi? Akankah ketulusan cinta Naya bisa mengubah Gilang menjadi laki-laki setia?
Lihat lebih banyak“Nay, lo mau ke mana sih buru-buru banget?” tanya Mia, sahabat dekat Naya sejak mereka duduk di bangku SD.
“Gue disuruh buru-buru pulang. Nggak tahu mau ngapain,” ucap Naya. “Lo ‘kan tahu sendiri kalau Bunda lagi ngomel, udah kayak petasan mercon.” Naya bangun dari duduknya sambil menjilati es krim coklat kesukaannya. Kemudian ia pergi meninggalkan sahabatnya di kedai es krim.
“Ya udah lo hati-hati!” Mia melambaikan tangannya pada sang sahabat yang sudah berjalan menjauh darinya.
“Sampai jumpa besok!” teriak Naya sembari menoleh ke belakang membalas lambaian tangan sahabatnya. Hingga tanpa sengaja ia menabrak pemuda yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.
“Kalau jalan tuh pakai mata!” Hardik sang pemuda yang memakai kemeja berwarna putih, dan karena kecerobohan Naya, baju pemuda itu menjadi kotor akibat bersentuhan dengan es krim Naya.
“Yah, es krim gue.” Naya tidak memedulikan pemuda yang ditabraknya, tapi ia malah menatap es krimnya yang terjatuh.
“Heh anak kecil! Kamu harus tanggung jawab!” bentak Gilang sambil membersihkan bajunya yang kotor karena es krim pakai tisu. ‘Nggak mungkin ‘kan aku pulang dulu buat ganti baju,’ batin Gilang.
“Maaf, Om, saya lagi buru-buru,” ucap Naya sambil menjilati sisa es krim yang masih menempel di stik kayu itu.
“Kalau udah rabun, pakai kacamata!” bentak Gilang sambil mengayunkan langkah kakinya menjauhi Naya.
Ia sangat kesal pada gadis yang menabraknya. Sudah mengotori kemeja, menyebutnya dengan sebutan Om, membuat Gilang tambah kesal. Selama ini belum pernah ada wanita yang menolak pesonanya. Baru kali ini ada seorang gadis yang tidak tertarik dengan pesonanya, bahkan memanggilnya dengan sebutan Om kepada sang pecinta wanita itu.
“Yeh gitu aja sewot. Tuh cowok kasar banget sih,” ucap Naya sambil terus menatap punggung pemuda itu yang semakin menjauh. “Jangan sampai gue punya suami kayak gitu. Amit-amit dah.” Naya mengetuk keningnya dengan jari telunjuk yang ditekuk. Kemudian ia segera berlari ke parkiran.
“Gara-gara dia nih gue jadi telat gini.” Naya melihat jam di ponselnya. Lalu dengan cepat ia memasukan kembali ponsel itu ke dalam tas. Setelah memakai helm, Naya segera menancapkan gas motor matiknya.
Setengah jam kemudian Naya sampai di rumah yang sederhana. Sudah ada dua mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.
Ia turun dan membuka helmnya, kemudian menyangkutkannya di spion motor. Naya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sambil terus menatap mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya.
“Nih, mobil bangus bener ya,” ucap Naya sambil mengusap-usap kendaraan mewah berwarna hitam mengilat itu.
“Bun, aku pulang!” teriak Naya. Sudah menjadi kebiasaannya saat pulang ke rumah pasti teriak-teriak memanggil sang bunda.
“Nay, jangan teriak kayak gitu, malu ada tamu,” sahut sang bunda saat anak gadisnya hendak menghampirinya di ruang tamu.
“Maaf, Bun. Udah kebiasaan soalnya,” ucap Naya sambil mencium tangan sang bunda.
“Kenalin nih, Tante Tyas sama Om Rizky dan juga anaknya.” Bunda Maya memperkenalkan tamunya pada Naya.
“Naya, tante.” Naya menyalami Tante Tyas. “Naya, Om.” Kini ia menyalami Om Rizky.
Saat Naya menatap Gilang, ia berusaha mengingat-ingat wajah laki-laki tampan yang penuh pesona berdiri di hadapannya sambil menatapnya tajam.
“Kamu! Anak kecil yang mengotori kemejaku ‘kan.” Gilang mengarahkan jari telujuknya pada Naya sembari menatapnya tidak suka.
“Eh, Om yang tadi ya,” ucap Naya sambil menyeringai. “Maaf, Om, tadi aku buru-buru karena Bunda mendadak nyuruh pulang.” Naya menundukkan kepalanya. Ia merasa tidak enak hati, ternyata orang yang ditabraknya adalah tamu sang bunda.
“Lang, sudahlah, Naya juga nggak sengaja,” ucap Mami Tyas.
Gilang adalah laki-laki dengan sejuta pesona, ia sangat memerhatikan pakaian untuk mendukung penampilannya.
“Naya juga udah minta maaf ‘kan.” Kini Papi Rizky menimpali. “Kayaknya kamu yang kayak anak kecil. Naya udah berbesar hati meminta maaf sama kamu,” lanjut Papi Rizky sambil tertawa pelan.
Naya mengulurkan tangannya pada Gilang. “Maafin Naya, Om.” Naya tulus meminta maaf pada laki-laki gagah itu.
Gilang mengembuskan napasnya dengan kasar. “Jangan panggil Om!” Gilang menerima uluran tangan Naya. “Panggil Gilang!” ucapnya sambil melepas tangan Naya.
“Iya, Mas Gilang, maaf,” ucap Naya. Lalu kembali duduk di samping sang bunda.
“Maksud kami datang ke sini, untuk memperkenalkan calon suamimu, Nay,” ucap Mami Tyas sambil tersenyum pada Naya.
“Calon suami?” Naya terlihat kebingungan. Ia menatap Ayah dan bundanya, mereka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
'Seriusan gue dijodohin sama om-om?!' batin Naya.
“Ayah sama Om Rizky udah sepakat menjodohkan kamu dengan Nak Gilang.” Kini Ayah Naya yang berkomentar.
“Kok Ayah nggak bilang-bilang sih!” protes Naya pada ayahnya.
“Emangnya Naya udah punya pacar?” tanya Mami Tyas dengan lembut pada calon menantunya.
“Belum sih, Tante,” jawab Naya pelan. Kini Naya menoleh pada bundanya. “Pacaran aja belum pernah ngerasain, masa udah nikah aja sih, Bun. Aku ‘kan mau ngerasain pacaran sama laki-laki yang Naya suka,” rengek gadis tomboy itu pada wanita yang sudah melahirkannya.
‘Ya ampun, masa gue harus pacaran sama tuh orang. Cakep sih cakep, tapi kasar gitu. Bisa sawan gue dibentakin dia terus kalau sampai pacaran sama cowok angkuh itu,’ ucap Naya dalam hatinya.
“Ya udah kalian pacaran dulu aja! Biar kalian tambah deket. Nikahnya juga masih beberapa bulan lagi ‘kan,” usul Mami Tyas yang disetujui semuanya. Kecuali, Naya dan Gilang.
“Gimana, Lang?” tanya sang mami pada putra semata wayangnya.
‘Nggak bisa nolak juga ‘kan,' batin Gilang. “Gilang setuju, Mi,” ucapnya sambil tersenyum. Walaupun merasa sangat terpaksa.
‘Gue iyain aja deh. Nanti ‘kan gue bisa menolak perjodohan ini kalau tuh orang bersikap kasar sama gue.’ Naya memantapkan hati untuk menjadi pacar dari laki-laki yang baru dikenalnuya.
“Gimana, Nay? Kamu juga ‘kan pengin cepet-cepet punya pacar.” Kini sang bunda yang bertanya.
‘Emang sih gue pengin punya pacar, kayak orang-orang yang berkencan saat malam minggu, tapi gue penginnya berpacaran dengan laki-laki yang gue cintai,’ batin Naya.
Naya menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. “Iya deh, Naya mau pacaran dulu sama Mas Gilang.
“Nah sekarang kalian resmi pacaran,” ucap Mami Tyas sembari menyunggingkan sudut bibirnya membentuk lengkungan indah di wajahnya.
‘Kayaknya baru gue doang deh, pacaran diresmikan sama calon mertua,’ ucap Naya dalam hatinya. ‘Kalau gue nikah sama dia, terus gue hamil dan punya anak. Gue nggak jadi kuliah dong, masa iya baru delapan belas tahun udah bunting. Temen-temen gue asyik belajar, kencan dengan orang yang dicintai, jalan-jalan ke mana pun yang kita sukai. Sementara gue lagi duduk selonjoran sambil mengusap-usap perut yang membesar seperti badut.’ Naya tenggelam dalam lamunannya.
“Nay, kenapa melamun?” Sang bunda menepuk bahu gadis tomboy itu.
“Eh nggak, Bun, Naya cuma lagi bayangin kencan pertama Naya dengan Mas Gilang.” Naya berbohong pada kedua orang tuanya dan sang calon mertua.
Terima kasih untuk semua pembacaku yang sudah membaca karya-karya Nyi Ratu. Mohon maaf banget atas segala kekurangan di setiap karya-karyaku.Follow instag*am @nyi.ratu_gesrek untuk info novel terbaru.Sekali lagi terima kasih banyak untuk semua pembacaku tanpa terkecuali.Dan ... untuk nama-nama yang aku sebutkan di bawah ini, tolong hubungi aku di instag*am untuk klaim hadiah. Ada kenang-kenangan dari Nyi Ratu untuk kalian.1. Husna Amri Jihan Alfathunissa2. Pacet Ke Ceupet3. Joko Lelono4. Mythasary5. Lay Kwe Tjoe6. Iah OlehBaru 3 orang yang sudah klaim hadiah, yang belum, aku tunggu sampai ahir bulan ini.Sampai jumpa lagi di karya terbaruku selanjutnya. Salam sayang dari Nyi Ratu untuk kalian semua.
"Bu Naya sudah pembukaan empat." Ucapan sang dokter membuat Gilang dan Mami Tyas terkejut."Benarkah?" Mami Tyas tidak percaya. "Menantu saya mau melahirkan?" Ia kembali memastikan."Iya, Bu," jawab sang dokter. "Dalam beberapa jam lagi dia akan segera melahirkan.""Ya ampun, kalau gitu Mami pulang ya, Lang. Kamu tungguin Naya di sini, Mami mau pulang dulu, menyiapkan keperluan dia," kata sang mami yang terlihat sangat panik. "Dokter, saya permisi dulu ya."Sebelum pergi, Mami Tyas memeluk menantunya. "Sayang, kamu jangan panik ya, tetap berprasangka baik. Semangat! Semangat ya, Cantik." Mami Tyas memberikan semangat pada menantunya, padahal dia sendiri yang panik."Iya, Mi," jawab Naya sambil tersenyum.Naya bertanya kepada dokter setelah mertuanya keluar dari ruangan. "Dokter, apa bayi saya sehat-sehat aja?" Naya takut terjadi sesuatu dengan bayinya karena HPL-nya masih dua minggu lagi dan ia pernah mengalami keguguranNaya terbayang lagi saat kehilangan bayinya membuatnya merasa k
Jam berjalan begitu cepat, Lura semakin sering merasakan tanda-tanda melahirkan. Ia mengelus-elus perutnya yang terasa mulas.“Sayang, kamu mau ke mana?” tanya Evans saat istrinya turun dari ranjang.Aku mau olahraga, Sayang, biar melahirkannya gampang,” jawab Lura sambil berjongkok, lalu berdiri dan berjongkok lagi, begitu terus yang ia lakukan sesuai arahan dokter.“Jangan olahraga! Mau melahirkan kenapa malah olahraga?”“Tidak apa-apa, Pak, memang disarankan seperti itu biar gampang melahirkannya,” kata sang suster.Evans memegang tangan istrinya dan menemani Lura untuk berjongkok dan berdiri. “Sayang udah ya, kamu kelihatan kesakitan gitu, mending tiduran aja,” kata Evans.“Bentar lagi, Mas,” ucap Lura sambil menahan mulas.Keringat sudah bercucuran di pelipis Lura membuat Evans was-was. “Sayang, kamu sakit banget ya?” tanyanya sambil mengusap keringat di dahi Lura. “Udah ya, aku takut bayi kita ngeberojol.”“Iya, Mas.”Evans membantu Lura untuk naik kembali ke ranjang rumah sak
"Bayi Anda sehat, Bu," jawab sang dokter."Syukurlah." Lura merasa lega mendengarnya."Tante mau menghubungi keluarga kamu dulu ya, nanti biar Tante yang nemenin kamu sebelum mama kamu datang.“Loh aku mau dirawat nggak ngelahirin sekarang?"“Tunggu dulu Lura, kamu tunggu di ruang pertama atau ruang observasi untuk tahap pertama, nanti kalau udah waktunya mau melahirkan pindah ke ruang bersalin.”“Iya, Tante, makasih ya, maaf udah ngerepotin.”“Lura, kamu itu sahabatnya menantu Tante, kamu jangan sungkan.”"Iya, Tante," jawab Lura, lalu wanita hamil itu menoleh kepada Dokter Silvi. “Dokter, aku boleh tanya-tanya lagi?”“Boleh, Bu.”“Tante keluar dulu ya.” Mami Tyas keluar untuk menemui menantunya supaya Naya menghubungi keluarga Evans.Mami Tyas lupa memberitahukan kepada Naya kalau ia tidak perlu menghubungi Evans. Naya menghubungi Evans, tapi ponselnya tidak aktif. “Duh Mas Evans ke mana sih? Jadi mules kan gue.” Naya terlihat panik mendengar sahabatnya sudah mau melahirkan. “Gue t
"Gue takut, Nay," jawab Lura pelan sambil menunduk. Lura benar-benar waswas dengan kehamilannya."Takut kenapa?" Naya memiringkan duduknya supaya menghadap Lura."Gue takut bayi gue kenapa-napa kemarin Mbak Hanna melahirkan jauh dari HPL, lah gue udah waktunya belum lahir juga.""Ya ampun Lura, jangan dipikirkan nanti kamu stres. Itu bayi kamu masih terasa nendang-nendang kan? Itu artinya dia baik-baik aja." Naya berusaha menenangkan Lura, padahal dirinya sendiri merasa waswas.Mami Tyas yang duduk di bangku samping kemudi menoleh ke belakang."Lura, jangan dipikirin terus, kamu harus tenang," kata Mami Tyas. "Ayo kita turun, Tante yakin bayi kamu baik-baik aja.""Iya, Tante, aku juga berharap kayak gitu."Naya dan Lura turun dari mobil lalu segera masuk ke dalam rumah sakit."Minggu kemarin, dokter bilang apa?" tanya Tante Tyas kepada sahabat menantunya."Aku nggak kontrol, Tante, minggu kemarin Mas Evans sibuk banget sama kerjaannya. Qenan juga lagi kurang sehat, jadi aku sama Mami
Keesokan paginya Lura bangun pagi-pagi sekali, ia tidak mau Naya mengomel lagi karena terlambat datang ke rumahnya untuk senam hamil."Mas, anterin aku dulu ke rumah Naya ya. Pulangnya sama Mas Bayu sekalian dia jemput Qenan." "Iya, Sayang," jawabnya sambil mencubit pipi istrinya yang semakin berisi. "Kamu jangan capek-capek ya.""Iya," jawab Lura sambil merapikan dasi dan jas suaminya. "Sudah siap, ayo kita sarapan.""Kalau makanan aja nggak ketinggalan." Evans tersenyum melihat istrinya yang sudah berjalan lebih dulu keluar dari kamar.Mereka sarapan terlebih dulu sebelum pergi, setelah sarapan selesai, Evans mengantar Lura ke rumah Gilang, lalu pergi ke kantor."Nay, gue nggak telat kan?" tanya Lura kepada sahabatnya."Instrukturnya juga belum datang," kata Naya.Lura dan Naya duduk di teras depan menunggu sang instruktur senam hamil sambil mengobrol santai."Nay, HPL lo kapan?" tanya Lura."Perkiraan enam minggu lagi, tapi melihat Hanna melahirkan lebih cepat dari HPL, gue jadi w
"Aku mau ke toilet, Mas," jawab Lura. "Ayo buruan, aku udah nggak tahan ini.""Aku kira kamu mau melahirkan," kata Evans sambil terkekeh. "Ya udah kita balik lagi ke kamar Kakak ipar aja lebih dekat.""Ya udah yuk!" Lura dan Evans kembali ke ruang perawatan Hanna.Lura masuk tanpa mengetuk pintu membuat kaget semua yang ada di dalam ruangan. Wanita hamil itu langsung masuk ke kamar mandi tanpa mengatakan satu patah kata pun."Pelan-pelan, Lura!" teriak sang nenek melihat cucunya yang sedang hamil tua berjalan cepat menuju toilet."Lura kenapa?" tanya Mama Riska pada menantunya."Kebelet, Ma.""Anak itu pasti makan sambal terus deh. Udah dibilangin Jangan makan pedas dulu." Mama Riska menggerutu sambil menunggu anaknya keluar dari toilet.Beberapa menit kemudian Lura keluar dari kamar mandi. "Ah leganya.""Lura, kamu jangan kebanyakan makan pedes, kasihan anakmu. Makan makanan yang bergizi biar anak kamu sehat." Mama Riska langsung mengomel kepada anaknya."Aku nggak makan pedas kok,"
"Nenek gendongnya sambil duduk ya," kata Haris sambil melangkah menuju sofa."Baiklah, Nenek duduk." Sang nenek mengikuti Haris dan duduk di sofa, lalu Haris menyerahkan anaknya kepada sang nenek."Masa Nenek aja dikasih gendong adik bayi, tapi aku nggak. Aku kan lebih kuat dari Nenek." Lura mendekati sang nenek dan duduk di sampingnya."Kamu nggak sadar, perutmu membuncit kayak gitu, nanti anak saya mau ditaruh di mana, kamu sendiri aja susah duduknya." Lagi-lagi Haris mengejek adiknya.Lura mendelikkan matanya dengan sinis kepada kakaknya. "Dasar pelit," gumamnya."Sayang, kita juga kan bakalan punya anak. Kayak anak kita lebih banyak, perutmu gede banget." Evans mengusap-usap perut istrinya sambil tersenyum. "Nanti kakakmu jangan diizinin gendong anak kita," ucapnya setengah berbisik."Kamu juga sama aja meledekku terus. Kita kan udah pernah USG, bayi kita cuman satu." Lura memukul lengan suaminya."Aku cuma bercanda." Evans mengacak-acak rambut istrinya."Lura sebaiknya kamu pulan
"Kalian di mana?" tanya Pak Hartono kepada menantunya."Di jalan mau ke rumah sakit, Pa," jawab Evans."Di jalan? Memangnya kalian dari mana? Kenapa lama sekali sampainya? Mama dan Papa udah sejak tadi di rumah sakit." "Iya, Pa, bentar lagi kita sampai. Ini kan kita bawa ibu hamil dua orang, jadi bawa mobilnya pelan-pelan.""Ya sudah hati-hati!" Pak Hartono menutup teleponnya dan memberitahukan kepada sang istri kalau anak dan menantunya masih dalam perjalanan."Syukurlah kalau mereka baik-baik aja." Mama Riska sedikit merasa lega Lura dan suaminya dalam keadaan baik-baik saja.Beberapa detik kemudian Bayu menghampiri keluarga majikannya. "Maaf, Tuan, saya abis beli kopi dulu di kantin. Apa Anda udah dari tadi?" tanya Bayu sambil membawa cup berisi minuman hangat. "Nggak apa-apa, Bayu," jawab Mama Riska. "Apa Haris di dalam ruangan bersalin?" "Iya, Nyonya. Bos ikut ke dalam," jawab Bayu. "Oh ya Tuan, apa Anda ingin minum kopi?" Bayu tidak enak hati minum kopi sendirian."Tidak, te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen