Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga : Chapter 41 - Chapter 50

127 Chapters

41. Putus

Hah?? Memberikan bukti?? “Aku yang akan menilai apa kamu benar-benar mencintai Yessi,” tambah Kintan lagi seraya melipat tangannya di dada.“Oke. Kamu mau bukti apa?” Iqbal pun akhirnya mengalah dan memutuskan untuk mengikuti permainan ini walaupun terasa sangat menggelikan baginya, yang terpenting Kintan tidak membenci dan menjauhinya.“Coba cium Yessi,” ucap wanita itu mengejutkan. Kali ini Iqbal yang menatap Kintan seakan wanita itu sudah gila. Ya benar saja!!! Hei, harus bagaimana ini???Iqbal tersenyum hambar pada Kintan yang sedang melipat tangannya di dada. “Masa iya, aku harus mencium Yessita di depan kamu? Nanti dia jadi malu, Kintan.”"Cih. Malu sih sudah pasti. Tapi sebagai seorang wanita, pasti juga ada perasaan berbunga-bunga jika dicium secara spontan dan penuh cinta di hadapan orang lain," tukas Kintan dengan sangat yakinnya.“Dan Yessi pasti juga senang kalau kamu tiba-tiba menciumnya di depanku,” tambahnya lagi.Iqbal pun seketika tertawa dalam hati mendengarnya. ‘A
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

42. Membuat Kintan Jatuh Cinta Lagi

"Putus?" tanya Iqbal bingung. Entah ngide apalagi si Yessita ini! Semula jadi pacar pura-pura, terus sekarang malah tiba-tiba putus. Yessi mengangguk. "Tugasku menjaga Kintan di rumah sakit akan selesai sebentar lagi kalau dia sudah dibolehkan pulang ke apartemen. Jadi Kak Iqbal sudah nggak butuh aku lagi kan? Kalian kan bertetangga? Maka selanjutnya akan tergantung pada perjuangan Kak Iqbal sendiri untuk mendekati Kintan. Lalu bukankah lebih baik jika Kintan mengetahui kita sudah putus sebelumnya?" ujar Yessi panjang lebar. Benar juga sih… Ah, kenapa Iqbal tidak berpikir ke sana? Peristiwa yang menimpa Kintan tampaknya telah membuat otak jeniusnya mendadak jadi lemot. "Jadi, bagaimana cara kita putus?" tanya Iqbal. Yessi pun tersenyum jahil penuh arti. "Caranya, aku akan menampar Kak Iqbal." "APA?!" seru Iqbal kaget sekaligus nggak terima. Kenapa jadi dia malah yang ditampar?? Yessi melirik diam-diam Kintan melalui ekor matanya, dan bersorak dalam hati ketika melihat w
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

43. Ketahuan?

"PAPA IQBAAALLL!!!" teriak Khafi riang, mengabaikan peringatan Gea yang pernah disampaikan sebelumnya, untuk tidak memanggil Iqbal dengan sebutan "Papa".Kintan melotot kaget pada ucapan anak bungsunya itu, yang sekarang mulutnya sedang dibekap oleh kakaknya. "Khafi? Tadi bilang apa?" tanya Kintan sambil mengernyit."Khafi nggak bilang apa-apa kok, Ma," sahut Khalil yang masih saja menutup mulut adiknya dengan tangannya.Iqbal yang sudah pasrah, akhirnya pun hanya bisa diam saja. ‘Hahh... Kintan pasti mulai curiga nih. Belum juga ada sehari, udah nyaris ketahuan!!’"Khalil, lepaskan tangan kamu. Kasian adikmu dong!" seru Kintan. Khalil pun melepaskan tangan yang membekap mulut adiknya sambil nyengir, lalu menarik tangan Khafi masuk ke dalam kamar.‘Syukurlah ada Khalil yang bereaksi cukup cepat demi menyelamatkan situasi,' desah Iqbal dalam hati.Setelah anak-anaknya menghilang ke dalam kamar, Kintan pun lalu kembali mengalihkan tatapannya pada Iqbal. "Uhm... kamu mau masuk dulu?"
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

44. Buat Aku Mencintaimu Lagi

Iqbal pun benar-benar terkesima. Ia sungguh tak menyangka jika ucapan provokatif seperti itu akan keluar dari bibir manis Kintan, yang juga sekaligus berdampak pada kinerja otak Iqbal yang mendadak kacau. Dengan cepat, ia pun meraih tubuh Kintan dan menyentaknya keras ke arah tubuhnya, membuat Kintan terpekik kaget. Mata wanita itu melebar menatap wajah Iqbal yang sekarang begitu dekat dengan wajahnya. "Tersenyum seperti ini, Kintan?" tanya Iqbal sambil kembali memamerkan senyumnya yang membuat Kintan semakin berdebar keras. Senyum itu amat sangat tampan dan memiliki efek yang membuat Kintan kembali terpaku. Seperti dalam pengaruh hipnotis dan tanpa wanita itu bisa cegah lagi, tubuhnya pun sudah mengambil alih seluruh kendali diri. Membuat Kintan tanpa sadar malah semakin mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Iqbal dengan lembut. Satu kecupan, diikuti oleh satu kecupan lagi. Iqbal masih belum bereaksi. Ia sengaja membiarkan Kintan-lah yang memulai semuanya, karena ia tid
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

45. Kintan Yang Seksi

Kintan sedang tiduran telungkup di atas tubuh Iqbal, bermain-main di wajah lelaki itu setelah mereka bercinta dengan sangat panas dan dahsyat sebelumnya. Iqbal pun hanya memejamkan matanya. Menikmati jemari lentik Kintan yang sedang menyusuri kening, alis, mata, hidung, kemudian turun ke bibir dan dagunya. Menyenangkan sekali merasakan tubuh Kintan yang lembut sedang menekan tubuhnya yang keras. "Hmm... aku sangat menyukai Kintan yang amnesia," guman Iqbal tanpa sadar sambil tetap memejamkan matanya. Kintan mengerutkan alisnya dengan pandangan bertanya, namun beberapa saat kemudian ia malah terkikik geli. "Maksudnya apa tuh?" Tanya wanita itu di sela tawa. Iqbal membuka mata dan melihat Kintan yang terlihat geli. Sambil mengulum senyum, Iqbal menyelipkan rambut yang jatuh di wajah Kintan ke balik telinganya. "Kintan, boleh jujur?" tanya Iqbal sambil menatap Kintan lekat. Wanita itu pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. “Sebelum amnesia dan sesudah amnesia,
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

46. Memimpikan Kemal

"Kamu mau gambar apa?" tanya Iqbal penasaran, ketika melihat Kintan mulai mencorat-coret scrapbook-nya dengan pensil."Sebuah danau," jawab Kintan sambil tetap fokus pada coretannya. "Juga Kemal yang sedang berada di sana."Iqbal tidak bisa menahan tikaman rasa cemburu mendengar ucapan Kintan. ‘Kemal? Kintan ingin melukis Kemal? Tapi kenapa??’Kintan pun menolehkan wajahnya pada Iqbal yang tiba-tiba saja terdiam. "Aku baru saja memimpikan Kemal, dan psikiaterku mengatakan bahwa aku harus coba mencatat atau melukis mimpi-mimpi yang membuatku terbangun," jelasnya, seakan bisa mendengar pertanyaan lelaki itu meski hanya diucapkan dalam hatinya. "Ini mungkin bisa menjadi self-healing bagiku."Iqbal berusaha untuk mengerti, namun ia tetap tidak bisa mengesampingkan rasa cemburunya. "Apa tadi kamu memimpikan Kemal?"Kintan mengangguk. Tangannya masih saja terus menggambar, dan Iqbal pun memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi, meskipun sangat penasaran dengan mimpi itu. Ia hanya men
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

47. Hanya Puas Dengan Tubuhmu

Saat Kintan telah selesai berbicara dengan Bimo serta mengobati luka-lukanya, wanita itu pun segera keluar dari rumah bercat putih dan berlantai dua itu. Fiuuh... syukurlah ternyata belum sampai 30 menit.Iqbal hanya memberinya waktu setengah jam untuk berbicara dengan Bimo, dan mengultimatum akan memporak-porandakan rumah lelaki itu jika Kintan melewati batas waktunya.Haahhh... sangat meresahkan.Kintan melihat Iqbal yang sedang berdiri sambil menyenderkan tubuhnya di mobil wanita itu. Mobil second yang baru ia beli, karena mobil lamanya ringsek akibat kecelakaan.Dengan tangan yang terlipat di dada, Iqbal menatap Kintan datar dan dingin, membuat wanita itu berdecak pelan."Hei, Tuan pemarah! Aku sudah menuruti perintahmu," cetus Kintan sambil mengetuk-ngetuk jam tangannya. "30 menit! Puas?" tukasnya sambil memegang handle pintu mobil. Namun tubuh Iqbal yang sedang menyender di pintu itu, membuat Kintan tidak bisa membukanya. "Bisa geser? Aku nggak bisa masuk!"Iqbal berdecak kes
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

48. Penyelesaian dan Pertikaian (1)

"Tidak. Kali ini laparku hanya bisa dipuaskan dengan tubuhmu. Masuk," perintah Iqbal sambil membuka pintu apartemennya dan menyuruh Kintan untuk masuk ke dalam.Kintan pun bergidik mendengarnya seraya menatap pria itu tak percaya. "Iqbal, ada Yessi yang sedang sedih dan merasa hancur di apartemen sebelah. Kok kamu malah sempat-sempatnya sih minta jatah??"Iqbal berdecak kesal dan menarik tangan Kintan masuk. Saat ini ia tidak peduli dengan Yessi, ia hanya butuh bukti bahwa Kintan benar-benar miliknya. Bukan milik Kemal, Yessi atau milik imajinasi Bimo!Iqbal menarik dan menghempaskan tubuh Kintan hingga punggung wanita itu menabrak dinding. Lalu menindih Kintan dan melumat bibirnya dengan keras. Lidahnya yang basah menerobos masuk ke dalam mulut Kintan untuk saling membelit lidah lembut wanita itu.Setelah puas menguasai mulut Kintan, ia pun menarik bibirnya untuk mengangkat jaket hoodie ungu yang dikenakan Kintan. Dengan cepat ia meloloskan jaket itu dari kepala, bahkan Kintan pu
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

49. Penyelesaian dan Pertikaian (2)

Mereka semua pun seketika terdiam mendengar ucapan maaf dan penyesalan Bimo yang terdengar tulus itu. Meskipun nasi telah menjadi bubur dan segalanya tak ada yang bisa ditarik kembali seperti semula, namun bukankah dengan memaafkan maka paling tidak akan sedikit meringankan langkah kita? Kintan dan Iqbal tampak saling melemparkan pandangan penuh arti, sementara Yessi masih tetap diam dan menunduk. "Iya, aku sudah maafin kok, Bim," sahut Yessi kemudian. "Lagian ini juga bukan salahmu semua, aku juga ada andilnya." "Hm... lalu apa kalian tidak berniat untuk melanjutkan ini?" Tiba-tiba Kintan mengusulkan. "Yessi, Bimo, kalian kan sudah lama saling mengenal, sama-sama jomblo, kenapa tidak mencoba untuk saling mengenal lebih dalam? Yah... tapi aku cuma mengusulkan sih," ucapnya cepat-cepat karena takut Yessi tersinggung. "Ngaku deh Bim, sebenarnya kamu juga memiliki perasaan kan untuk Yessi?? Nggak mungkin kamu jadi sekalut dan sebingung itu waktu aku bilang Yessi nggak berh
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

50. Ingin Merasakanmu Di Dalam Tubuhku

Iqbal baru saja keluar dari kamar kecil di saat melihat Kintan sedang bercakap-cakap dengan seorang lelaki di samping kolam renang dewasa. ‘Siapa lagi sih itu? Baru juga ditinggal sebentar, sudah ada aja kutu kupret yang deketin calon istriku’, rutuk Iqbal dalam hati. Namun saat ia mendekati Kintan, lelaki asing itu pun tiba-tiba saja pergi menjauh, membuat Iqbal tak pelak bertanya-tanya. "Siapa dia?" tanyanya kepada Kintan, dengan masih mengamati lelaki yang sekarang sudah masuk ke dalam kolam dan berenang perlahan. Kintan yang masih terdiam, membuat Iqbal pun seketika menoleh dan menatapnya heran. "Kintan?" tanya Iqbal lagi. Wanita itu lalu menolehkan wajahnya pada Iqbal, namun tetap saja terdiam membisu tanpa kata. "Kintan... Hei, kamu kenapa, Sayang?" lelaki itu mulai khawatir melihat tatapan Kintan yang kosong. "Mama kaget, Pa. Tadi Om itu bilang notnot," sahut Khafi yang ada di dalam gendongan Kintan. "Notnot?" tanya Iqbal bingung. Apa itu? "Iqbal..." tiba
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status