Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 49. Penyelesaian dan Pertikaian (2)

Share

49. Penyelesaian dan Pertikaian (2)

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-12-05 06:03:01
Mereka semua pun seketika terdiam mendengar ucapan maaf dan penyesalan Bimo yang terdengar tulus itu.

Meskipun nasi telah menjadi bubur dan segalanya tak ada yang bisa ditarik kembali seperti semula, namun bukankah dengan memaafkan maka paling tidak akan sedikit meringankan langkah kita?

Kintan dan Iqbal tampak saling melemparkan pandangan penuh arti, sementara Yessi masih tetap diam dan menunduk.

"Iya, aku sudah maafin kok, Bim," sahut Yessi kemudian. "Lagian ini juga bukan salahmu semua, aku juga ada andilnya."

"Hm... lalu apa kalian tidak berniat untuk melanjutkan ini?" Tiba-tiba Kintan mengusulkan.

"Yessi, Bimo, kalian kan sudah lama saling mengenal, sama-sama jomblo, kenapa tidak mencoba untuk saling mengenal lebih dalam? Yah... tapi aku cuma mengusulkan sih," ucapnya cepat-cepat karena takut Yessi tersinggung.

"Ngaku deh Bim, sebenarnya kamu juga memiliki perasaan kan untuk Yessi?? Nggak mungkin kamu jadi sekalut dan sebingung itu waktu aku bilang Yessi nggak berh
Black Aurora

hari ini 3 bab šŸ˜

| 8
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 50. Ingin Merasakanmu Di Dalam Tubuhku

    Iqbal baru saja keluar dari kamar kecil di saat melihat Kintan sedang bercakap-cakap dengan seorang lelaki di samping kolam renang dewasa. ā€˜Siapa lagi sih itu? Baru juga ditinggal sebentar, sudah ada aja kutu kupret yang deketin calon istrikuā€™, rutuk Iqbal dalam hati. Namun saat ia mendekati Kintan, lelaki asing itu pun tiba-tiba saja pergi menjauh, membuat Iqbal tak pelak bertanya-tanya. "Siapa dia?" tanyanya kepada Kintan, dengan masih mengamati lelaki yang sekarang sudah masuk ke dalam kolam dan berenang perlahan. Kintan yang masih terdiam, membuat Iqbal pun seketika menoleh dan menatapnya heran. "Kintan?" tanya Iqbal lagi. Wanita itu lalu menolehkan wajahnya pada Iqbal, namun tetap saja terdiam membisu tanpa kata. "Kintan... Hei, kamu kenapa, Sayang?" lelaki itu mulai khawatir melihat tatapan Kintan yang kosong. "Mama kaget, Pa. Tadi Om itu bilang notnot," sahut Khafi yang ada di dalam gendongan Kintan. "Notnot?" tanya Iqbal bingung. Apa itu? "Iqbal..." tiba

    Last Updated : 2024-12-06
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 51. Ucapkan Sampai Jumpa, Bukan Selamat Tinggal

    Ada yang berbeda. Iqbal merasa ada yang tak sama dengan percintaannya bersama Kintan kali ini, meskipun tetap panas dan bergelora seperti sebelumnya. Dengan napas yang tersengal-sengal dan tubuh yang berkilau karena keringat, Iqbal memeluk Kintan yang berada di atasnya, yang telah terjatuh lemas tak berdaya. Rambut sebahunya yang berhamburan di dada Iqbal terasa menggelitik, namun sekaligus juga menenangkan lelaki itu, karena itu adalah rambut Kintan. Saat napas mereka mulai teratur, Kintan pun hendak bergerak turun dari tubuh Iqbal, namun lelaki itu mencegahnya. "Di sini saja," pinta Iqbal sambil mengecup ujung hidung bangir Kintan yang masih merona akibat pelepasan yang dahsyat. "Nggak berat?" tanya Kintan sambil menaikkan alisnya, mengingat sepanjang percintaan panas mereka kali ini, Kintan selalu berada di atas karena Iqbal yang memintanya. Iqbal menggeleng. Ia sangat menyukai bobot tubuh Kintan yang berada di atasnya seperti ini. "Apa ingatanmu sudah kembali?" ta

    Last Updated : 2024-12-06
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 52. Sebuah Cerita Di Penghujung Jalan (1)

    Tanpa peduli dengan apa pun, Iqbal tiba-tiba saja merobek baju Kintan dengan beringas. Ia hanya ingin menikmati Kintan saat ini, ingin merekam tiap jengkal tubuh indah yang selalu membuatnya tergila-gila. Lalu memangnya kenapa jika Kintan lebih mencintai Kemal? Lelaki itu sudah mati! Sedangkan dia masih hidup, bernafas dan berhasrat pada pada Kintan.Iqbal mencium Kintan penuh gairah, dan wanita itu pun tidak menolaknya. Meskipun Kintan mengatakan ingin putus dengannya, namun ia tahu jika wanita itu tidak akan pernah bisa menolak sentuhannya. Iqbal pun terus menerus memancing gairah Kintan hingga wanita itu berulang kali merasakan ledakan pelepasan yang dahsyat.Entah sudah beberapa kali Iqbal membuatnya meledak, hingga Kintan merasa sudah tidak sanggup lagi. Saat Iqbal akhirnya memasuki dirinya, Kintan bahkan sudah berada di ambang batas kesadarannya.Dan Kintan pun baru sadar sepenuhnya dan membuka mata, saat Iqbal sedang memandikannya.Pria itu tersenyum menatapnya. "Hai, Saya

    Last Updated : 2024-12-07
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 53. Sebuah Cerita Di Penghujung Jalan (2)

    ****3 TAHUN KEMUDIAN**** Bandara terlihat sibuk seperti biasa, penuh dengan manusia yang hilir mudik dan suara-suara yang menggema rendah. Seorang gadis cantik dengan bercelana jeans membalut kakinya yang jenjang, sweater kuning rajut, sepatu kets kuning dengan rambut dicepol ke atas itu terlihat gembira. Ia menarik perhatian para pemuda yang menatapnya dengan kagum karena sosoknya yang nyaris sempurna. Dengan tubuh langsing dan cukup tinggi, wajah yang eksotis dan mata coklatnya yang menawan, banyak juga yang bertanya-tanya apakah gadis ini seorang artis. "Aaahhh.... akhirnya pulang juga ke negara tercintaaa!!" pekiknya sambil meregangkan tubuhnya. Bibirnya mengulas senyum tanpa henti sambil memandang ke sekelilingnya. Ia merindukan Indonesia, aromanya, orang-orangnya, semuaā€¦ "Ge, bagasimu ada tiga, kan?" tanya seseorang di belakangnya yang sibuk membawa beberapa koper. "Banyak banget, sih. Padahal kan bisa dikirim paket saja!" gerutu lelaki itu. "Pa, Gea kan

    Last Updated : 2024-12-07
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 54. Sebuah Cerita Di Penghujung Jalan (3) - Tamat Season 1

    Kintan menutup telepon dan berkata pada Iqbal. "Bimo sedang antri beli es krim buat Yessi. Sekarang dia sedang ambil mobil dan menunggu di depan. Kamu bisa gendong Yessi kan?" Iqbal mengangguk dan mengangkat tubuh Yessi perlahan. "Percaya sama aku ya, Yess?" Yessi tidak menjawab, hanya merintih kesakitan dalam gendongan Iqbal. "Oke. Anak-anak, periksa semua barang-barang jangan ada yang ketinggalan," Kintan pun mengatur agar Gea dan Khalil membawa koper-koper mereka. Lalu mereka semua bergegas jalan ke arah mobil Bimo yang sudah menunggu. Saat Iqbal memasukkan Yessi ke kursi depan mobil, Bimo pun langsung meraup tubuh istrinya dan mencium keningnya. "Tenang ya, Sayang? Kita langsung ke rumah sakit sekarang." "Tunggu!" seru Yessi saat Iqbal mau menutup pintunya. "Kintan, Kak Iqbal dan anak-anakā€¦ kalian semua harus ikut di mobil ini sekarang." "APA?!" seru Iqbal dan Kintan berbarengan, lalu mereka pun saling menatap kebingungan. "Yess... mobilnya nggak akan cukup dan bar

    Last Updated : 2024-12-08
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 55. Perkenalan Kembali Dengan Tetangga Lama

    ********** SEASON 2 ********** PROLOG : Hai, namaku Kintan. Tiga tahun yang lalu, ingatanku hilang. Aku tidak bisa mengingat kenangan selama enam bulan terakhir hidupku. Aku telah lupa jika suamiku Kemal telah meninggal, lupa pada kepindahanku dan anak-anak dari rumah lama ke apartemenā€¦ dan juga lupa pada Iqbal Bimasakti, tetanggaku di apartemen sebelah yang tampan dan mempesona, serta yang telah merebut hatiku. Setelah amnesia, aku pun pergi. Meninggalkan apartemen, meninggalkan Indonesia dan meninggalkan Iqbal, hanya untuk merenungkan ingatan yang hilang dan untuk menenangkan pikiran yang kacau. Lalu tiga tahun kemudian, aku pun kembali. Ke Indonesia dan jugaā€¦ ke dalam kehidupan Iqbal. Untuk kembali menjadi tetangganya, meskipun bukan di apartemen lagi, namun di depan rumahnya. Karena aku sadar bahwa ingatanku itu mungkin tidak akan pernah kembali. Namun rasa cinta kepada Iqbal yang sempat ikut terlupa, tiba-tiba saja perlahan namun pasti telah kembali tanpa kusa

    Last Updated : 2024-12-08
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 56. Tetangga Oh Tetangga

    Hari ini adalah hari Senin.Kintan masih sibuk mempersiapkan keperluan anak-anak yang hendak berangkat sekolah, sambil terus bernegosiasi dengan anak sulungnya Khalil.Atau lebih tepatnya, berdebat.Khalil yang merasa sudah dewasa padahal usianya baru 11 tahun, menolak keras diantarkan ke sekolah oleh mamanya dengan mobil.Ia merasa itu tidak keren, dan memaksa untuk menaiki skate board kesayangannya saja untuk ke sekolah."Khalil berangkat sendiri aja, Ma!" anak itu bersikeras sambil cemberut. Ia telah rapi mengenakan seragam sekolah, namun menutupinya dengan jaket kuning kesayangan dan headphone hitam yang menggantung di lehernya.Ia terlihat seperti anak SMA dengan tinggi 170 cm dan wajah yang tampan, membuat orang-orang tidak akan percaya bahwa anak ini sesungguhnya masih kelas 5 SD."Tidak. Sekolahmu jauh, Khal! Dan ini bukan Singapore. Mama nggak mau kamu naik skate board di jalanan. Bahaya!" sahut Kintan tidak mau kalah sambil menyiapkan bekal makan siang untuk anak-anaknya.'H

    Last Updated : 2024-12-09
  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 57. Salah Paham

    Kintan tidak tahu harus berbuat apa. Pak Arga sepertinya masih belum juga sadar, dan rumah lelaki itu juga kosong tanpa ada seorang pun di situ. Dengan perlahan, Kintan memutuskan untuk membopong tubuh tak sadar Arga untuk dibaringkan di atas sofa ruang tamunya. Lelaki itu memiliki tubuh yang lumayan tinggi, meskipun tidak setinggi Iqbal, dan tubuhnya pun agak kurus.Kintan menatap ke sekelilingnya, mencari sesuatu yang bisa membuat lelaki itu tersadar. Ah ya. Parfum.Tanpa berpikir panjang, Kintan meraih botol parfum kecil di dalam tas tangannya dan membuka tutup botol itu. Lalu ia pun mendekatkannya di hidung Arga. Kintan yakin wangi yang menyengat ini akan membuat lelaki itu terbangun.Dan tak disangka, ternyata cara itu berhasil.Tak lama kemudian, Kintan melihat kelopak mata Arga yang sedang tertutup rapat itu seperti bergerak pelan. "Pak Arga?" panggilnya.Lelaki itu perlahan membuka dan mengerjap-kerjapkan matanya. Ia menatap Kintan dengan pandangan bingung. "Bu... Kintan?""

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda BertetanggaĀ Ā Ā 44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status