Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 79. Masa Lalu Yang Terungkap (2)

Share

79. Masa Lalu Yang Terungkap (2)

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-12-14 07:14:48

"Itu sebabnya aku langsung menemuimu. Aku hanya ingin menghapus dan menggantinya dengan bibirmu yang selalu membuatku tergila-gila." Tanpa menunggu lagi, Iqbal langsung merangkum bibir Kintan dan melumatnya dengan keras.

"Hanya bibir ini yang boleh menyentuhku," ucapnya lirih sambil menggosok-gosokkan bibirnya di bibir Kintan. "Maafkan aku, Kintan. Aku bukannya tidak ingin jujur denganmu. Aku hanya tidak mau membuatmu kesal dengan hal yang tidak penting."

Kintan menggigit bibir Iqbal dengan keras, membuat lelaki itu kaget dan langsung menjauhkan bibirnya.

"Rasain! Makanya, lain kali jangan nggak jujur!" sembur Kintan kesal.

"Dan juga soal pertemuanmu semalam dengan Ibram. Kenapa sih kamu nggak bilang? Bahkan menurut Ibram, kamu juga melarangnya untuk mengatakan soal masa laluku!" sentak Kintan sambil berkacak pinggang.

Iqbal menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Aduh, Kintan kalau sedang marah-marah begini bikin dia jadi salah tingkah.

"Maaf, aku hanya takut kamu depresi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ifa Riyantie
Makin kesini makin seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Duda dan Janda Bertetangga   81. Cinta Yang Tak Sepantasnya (2)

    Saat Kintan telah sadar, ia melihat Ibram, Bibi Jo dan Paman Fardan yang masih setia menungguinya. Ia jadi sangat kikuk dan malu karena jatuh pingsan di depan mereka semua. "Maaf sudah membuat kalian khawatir," ucapnya sambil tersenyum malu. Saat ini Kintan sudah duduk dan bersandar di kepala ranjang. Ibram sedang menyuapinya bubur, yang meskipun berusaha ia tolak, namun lelaki keras kepala itu tetap saja memaksanya. Akhirnya Kintan pun mengalah dan membuka mulutnya pasrah saat Ibram menyodorkan sesendok penuh makanan itu. "Sayang, tidak perlu merasa tidak enak kepada kami. Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga," timpal Bibi Jo sambil menggenggam tangan Kintan. Fardan mengangguk menyetujui. "Lula, bagaimana jika kamu tinggal di rumah ini saja? Tinggallah di rumah ini dengan anak-anakmu. Toh, rumah ini kosong karena aku dan bibimu tinggal di Amerika. Ibram juga sudah punya rumah sendiri. Bukankah itu ide yang sangat bagus? Jadi bibimu akan sangat senang jika pulang ke Indonesi

    Last Updated : 2024-12-14
  • Duda dan Janda Bertetangga   80. Cinta Yang Tak Sepantasnya (1)

    Kintan berlutut dan menangis tersedu-sedu di depan makam orang tuanya yang berbatu nisan besar dan mewah. Selain Ibram, ia juga ditemani oleh Paman Fardan dan Bibi Jovanka, orangtua Ibram yang baru saja datang dari Amerika untuk menemui Kintan. Bibi Jovanka juga berlutut dan memeluk tubuh Kintan erat dari arah sampingnya. Wanita berusia lima puluhan yang masih terlihat sangat cantik dan elegan itu bahkan tak kuasa melihat kesedihan Kintan di depan matanya, dan ikut menitikkan air mata. "Lula sayang, kuatlah nak! Ayah dan ibumu pasti sudah sangat bahagia sekarang karena putrinya telah datang," ucapnya lirih, sarat dengan emosi. "Terima kasih Lula, untuk tetap hidup dan kembali pada kami," bisiknya sambil mengecup lembut pipi Kintan yang basah oleh air mata. Kintan masih terisak, namun tangisnya sekarang sudah sedikit mereda. Ia menatap Jovanka yang tersenyum padanya. "Bibi Jo, aku tidak bisa mengingat ayah dan ibuku. Tolong ceritakan tentang mereka padaku. Aku ingin sekal

    Last Updated : 2024-12-14
  • Duda dan Janda Bertetangga   82. Cinta Yang Tak Sepantasnya (3)

    Ibram mencium Kintan dengan lembut, selembut kepak sayap kupu-kupu yang hinggap di bibirnya. Kintan tidak tahu bahwa sebenarnya Ibram setengah mati menahan hasratnya agar tidak memagut keras bibir ranum wanita itu dan menuntaskan gejolak yang ia pendam selama ini dengan tubuhnya.Ibram tahu ini salah. Tapi ia tidak sanggup menahannya lagi. Tubuhnya seakan berteriak ingin mencecap bibir Kintan. Ingin menghirup dalam-dalam aroma Kintan. Dan Ibram pun terkejut saat mengetahui bahwa wanita ini ternyata beraroma bunga liar yang tumbuh di sela-sela semak belukar. Kintan terlalu cantik dan membuatnya terbuai.Tiba-tiba Kintan pun tersadar setelah beberapa saat berada dalam bingung, lalu mendorong kuat bahu Ibram. Matanya membelalak, deru napasnya yang memburu seperti juga deru napas Ibram. Dengan tubuh dan bibir gemetar, mereka pun saling menatap dengan berjuta kata tak terucapkan dari sorotnya."Ja-jangan sentuh aku lagi," ucap Kintan dengan suara bergetar. "Kamu gila, Ibram. K-kamu ben

    Last Updated : 2024-12-15
  • Duda dan Janda Bertetangga   83. Makan Siang Bersama

    "Kamu memang layak untuk ditunggu, Lula," sahut Ibram. "Iqbal sungguh tolol jika mengira bisa mengganti dirimu dengan wanita lain," ketusnya."Hei. Jangan suka menggunjingkan orang di belakangnya," celetuk seseorang tiba-tiba.Kintan dan Ibram pun sontak sama-sama menoleh pada sumber suara barusan, dan mendapati Iqbal yang ternyata sudah berdiri beberapa meter dari mereka duduk.Untuk sejenak Kintan pun terpaku. Iqbal dengan sosoknya yang rupawan itu selalu berhasil membuat kacau kinerja jantungnya hingga tidak terkontrol. Hanya lelaki inilah satu-satunya yang membuat Kintan tak tahan ingin mengecup bibir pink pucatnya yang seksi, atau sekedar memeluk erat tubuhnya yang tinggi dan atletis itu. Kintan melirik Ibram di sampingnya dan mengeluh dalam hati. Kalau saja tidak ada Ibram saat ini, pasti Kintan sudah melakukannya.Seakan bisa membaca pikirannya, Iqbal tiba-tiba melangkah mendekati wanita itu dan membungkuk untuk mencium lembut bibirnya. "Hai, Sayang," ucapnya dengan senyum m

    Last Updated : 2024-12-15
  • Duda dan Janda Bertetangga   84. Menjelaskan

    Mereka semua akhirnya sampai di rumah masing-masing pada sore hari, sekitar jam 4. Iqbal dan Gea pamit untuk mandi dan istirahat, sementara Kintan dan anak-anaknya juga segera pulang ke rumahnya. Setelah mandi, Kintan menyiapkan camilan sore garlic bread dan puding mangga. Ia sengaja mengajak anak-anaknya makan camilan bersama sambil ngobrol di meja makan. "Khalil, Khafi... Mama sekarang mau cerita, kalian mau kan mendengarkan?" ucap Kintan sambil menatap anak-anaknya yang masih sibuk mengunyah. "Pada suatu hari, ada seorang gadis kecil berusia tiga tahun yang menangis karena kedua orang tuanya meninggal. Ia menangis dan terus menangis, berharap mereka akan hidup kembali dan bisa memeluknya erat. Namun sayang, orang tuanya tidak dapat kembali hidup." Khalil dan Khafi masih mengunyah, namun pandangan mata mereka sekarang fokus menatap mamanya. "Anak itu ketakutan dan pergi untuk mencari pertolongan, namun ia tersesat," Kintan melanjutkan. "Karena kalut dan bingung, ia pun akhir

    Last Updated : 2024-12-15
  • Duda dan Janda Bertetangga   85. Seperti Mimpi

    Kintan tak tega juga melihat Iqbal yang benar-benar menggendongnya di belakang selama hampir setengah jam ini. Ia sebenarnya meminta gendongan piggy back hanya karena ingin mengusir para ulat keket ganjen berjiwa pelakor yang tadi terus saja mengekori Iqbal. "Iqbal, aku turun aja deh. Udah nggak cape, kok," pintanya. Iqbal yang sekarang berjalan santai sejak menggendong Kintan pun menolehkan wajahnya ke samping. "Beneran nggak cape?" Kintan mengangguk. "Iya." Namun bukannya menurunkan tubuh Kintan, Iqbal justru dengan santai memindahkan tubuh wanita itu dari belakang kini ke depan tubuhnya, sehingga wajah mereka pun sekarang saling menatap. Kintan terkesiap malu. Kakinya yang jenjang sekarang melingkari pinggang Iqbal, dan kedua tangannya memeluk leher untuk tumpuan agar tidak jatuh. Tak pelak, posisi intim tersebut pun jadi tontonan orang-orang yang lewat di depan mereka dan membuat Kintan semakin merona. Ia ingin turun, tapi tangan Iqbal yang memegang kuat pahanya membu

    Last Updated : 2024-12-16
  • Duda dan Janda Bertetangga   86. Membuat Mereka Berpisah

    Ia pun makin terkesiap saat Iqbal malah memindahkan bibir pink pucatnya ke telinga wanita itu, untuk membelai bagian lembutnya dengan lidah hangat dan basah lelaki itu. Serta-merta Kintan pun melirik anak-anak yang masih tekun dengan kegiatan mereka masing-masing dan tidak ada yang melihat orang tuanya yang sedang bermesraan. Ia menggigit bibirnya untuk menahan desahan ketika bibir Iqbal sekarang sudah pindah ke bagian lehernya dan bergerak liar untuk menyesap, menghisap dan menggigit kecil kulit lembutnya yang sensitif, menghantarkan panas di sekujur tubuhnya "Iqbal, stop," bisiknya lagi. "Nanti... hummp!" Kintan tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Iqbal kembali memagut bibirnya dengan keras dan mendorong lidahnya masuk ke dalam mulut Kintan. Pada akhirnya Kintan pun terbuai meskipun tidak ingin, karena ciuman lelaki itu sungguh membuyarkan logikanya. Tanpa sadar, Kintan pun mengangkat kedua tangan untuk mengalungkannya di leher Iqbal, membuat lelaki itu menggeram pua

    Last Updated : 2024-12-16
  • Duda dan Janda Bertetangga   87. Tawanan

    Iqbal merebahkan Kintan ke atas ranjangnya yang besar, dan langsung menaiki tubuh kekasihnya itu. Ia meraup bibir Kintan dengan rasa lapar yang akhirnya bisa terlampiaskan, namun tak akan pernah bisa terpuaskan. Kintan merasa tubuhnya meremang penuh antisipasi saat Iqbal kembali memainkan lidahnya di dalam mulut wanita itu, berlomba untuk saling mereguk dan membelit. "Uuh..." Kintan hanya bisa melenguh pelan ketika lidah panas Iqbal pindah ke lehernya dan menghisap kuat kulit seharum bunga, hingga menciptakan jejak merah tanda cinta di sana. Setelah puas menyiksa leher Kintan, Iqbal pun makin turun memberikan kecupan-kecupan kecil di tulang selangka wanitanya yang cantik, sementara tangannya bergerilya menyelinap ke balik kaus oversize kuning berbahan katun lembut dan menangkup dan meremas gundukan lembut dari balik bra Kintan. Seluruh tubuh Kintan sangat cantik dan adiktif membuat Iqbal mabuk dan tenggelam dalam gairah panas yang membakar seluruh tubuhnya. Dengan gemas, ia me

    Last Updated : 2024-12-16

Latest chapter

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status