Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga : Chapter 91 - Chapter 100

127 Chapters

91. Versus

"Ya, kurasa aku memang jatuh cinta pada Lula."...Iqbal sebenarnya sudah mati rasa sejak Ibram mengatakan bahwa dia telah mencium bibir Kintan. Dan ia merasa makin gila saat lelaki brengsek itu mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta pada calon istrinya itu.Tanpa menunggu lama, Iqbal pun langsung menerjang Ibram dengan merenggut kasar kerah baju lelaki itu, lalu menariknya berdiri. "Otakmu sudah tak waras ya?!! Dia itu sepupumu sendiri, brengsek!!" bentaknya dengan mata berkilat-kilat mengerikan. Lalu sebuah tinju melayang dengan cepat ke wajah Ibram dan membuatnya terjatuh dengan keras.Tubuh Ibram yang masih tergeletak itu langsung dimanfaatkan oleh Iqbal, dan ia pun menendang perut CEO itu dengan sekuat tenaga, berkali-kali dan tanpa jeda.Tendangan yang kuat, cepat dan membabi-buta dari Iqbal itu membuat Ibram kelabakan dan merasa sangat kesakitan di bagian ulu hatinya. Ia meringkuk, berusaha untuk melindungi bagian perutnya yang terus dihajar oleh Iqbal.Ibram berusaha melakuka
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

92. Ternyata Kamu

Kintan sarapan dengan cepat. Sejak dari pagi tadi perasaannya sudah tidak enak, terutama sejak ia bertemu dengan Iqbal tadi. Entah kenapa ia merasakan ada sesuatu yang buruk akan terjadi, dan hal itu membuatnya sangat gelisah. Berkali-kali ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, tapi perasaan cemas itu tak kunjung hilang juga. Kintan mendesah pelan, tapi beberapa saat kemudian dia baru tersadar. Tunggu sebentar. Sekarang kan hari Minggu? Untuk apa Iqbal tadi bilang mau ke kantor?? Suara dering halus terdengar dari ponsel Kintan. Ia berdiri dari kursi makan dengan bergegas untuk meraih ponselnya yang terletak di meja tamu, mengira itu mungkin saja panggilan dari Iqbal. Karena terlalu terburu-buru, tanpa sengaja jari kelingking kakinya menabrak kaki meja. Kintan pun mengaduh, sambil berjalan tertatih-tatih dan melompat-lompat kecil karena menahan nyeri. Setelah akhirnya ia sampai juga di ruang tamu dan merenggut cepat ponselnya, Kintan segera membaca
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

93. Tipu Muslihat

Setelah Dokter Wawan selesai memeriksa luka-luka Ibram dan Iqbal serta memastikan bahwa tidak ada luka serius yang harus segera di bawa ke rumah sakit, lelaki berkaca mata itu pun akhirnya pamit pulang. Ibram masih belum sadar dari obat bius dosis ringan yang diberikan oleh Dokter Wawan, sehingga Iqbal pun memutuskan untuk menunggunya siuman. Ia ingin membicarakan masalah Kintan dan juga soal fotonya dengan Nia. Semoga saja kali ini Ibram bisa diajak bicara baik-baik. "Ngomong-ngomong, apakah nanti akan ada istri yang datang sambil menangis histeris dan menamparku?" tanya Iqbal pada Toni dan Zizi, yang juga masih menunggu bosnya siuman. Mereka berdua berdiri di samping sofa tempat Ibram berbaring, seakan bersiap jika setiap saat bosnya itu terbangun. "Maksud anda, Nyonya Katya?" sahut Toni. "Beliau masih berada di Milan selama dua minggu untuk perform dalam fashion show di sana," terangnya. "Dan Tuan Ibram juga sudah melarang kami untuk memberitahukan hal ini pada keluargan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

94. Ketahuan

"Maafkan saya, Pak Iqbal!" sesal Nia dalam ledakan suara tangisnya yang tak berhenti dari tadi. Gadis itu menelepon Iqbal kebetulan setelah Sanjaka menutup sambungan teleponnya dengan Iqbal. "Saya terpaksa menandatangani surat pernyataan itu dengan pilihan jika tidak tanda tangan, mereka akan memenjarakan Anda," tuturnya dengan suara serak penuh tangis. "S-saya benar-benar minta maaf, Pak. Semua ini salah saya. Seharusnya waktu itu saya tidak mencium Pak Iqbal.... Maafkan saya!" ucapnya berulang-kali meminta maaf pada Iqbal dalam isaknya. Iqbal hanya bisa menghela napas setelah mematikan sambungan teleponnya dengan Nia. 'Wah, gila juga si Ibram! Luar biasa sekali tipu muslihatnya untuk membuat Direksi yang semula mendukung dan kini malah berbalik ikut menyerangnya!' Mereka memainkan kartu lewat Nia, dengan memaksa gadis itu menandatangani surat pernyataan bahwa Iqbal telah memaksanya melakukan perbuatan tidak senonoh, hanya dengan menggunakan bukti secarik foto. 'Hmm... apa aku
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

95. Ayo Kita Jual Semuanya

Kintan masih diam termangu di sofa dengan ponsel Iqbal dalam genggaman tangannya, saat lelaki itu masuk kembali ke dalam rumah setelah selesai membuang sampah. Iqbal mengerutkan dahinya melihat Kintan yang melamun dengan tatapan kosong terarah padanya. "Sayang? Kamu kenapa?" tanya Iqbal khawatir. Ia hendak duduk di samping Kintan, namun wanita itu cepat-cepat berdiri dan malah berjalan mendekatinya. "Iqbal, apa benar kamu dipecat?" tanya Kintan langsung dengan menatap mata coklat cemerlang itu lekat-lekat. Iqbal terkesiap. Sesaat ia bingung dari mana Kintan bisa tahu, lalu tatapannya pun tertumbuk pada ponselnya yang berada di dalam genggaman Kintan. SIAL!! Siapa yang memberitahu Kintan??! "Jawab, Iqbal!! Apa kamu dipecat??" desak Kintan dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, namun dengan wajah yang mengernyit seperti ingin menangis. Iqbal pun menghela napas pelan. "Itu benar. Aku memang diberhentikan dari kantor," jawabnya akhirnya. "Kenapa?" "Seseorang yang tidak me
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

96. Serangan Kedua

"Hmm... ya, oke. Aku maafkan. Tapi aku hanya menerima bentuk rasa terima kasihmu di atas ranjang. Sekarang masuk ke kamar dan tunggu aku di sana," perintah Iqbal dengan mata coklat cemerlangnya yang bersinar-sinar diliputi gejolak hasrat.Kintan tertegun dan merona malu mendengar ucapan Iqbal yang tanpa basa-basi itu. "Iqbal, ini masih siang!" bisiknya, padahal di situ tidak ada siapa pun selain mereka berdua. "Malu, ah!"Iqbal mendekap dagu Kintan dengan tangannya, lalu memagut bibir wanita itu dengan keras dan menuntut. Saat lidah Iqbal menerobos paksa mulut Kintan, suara lenguhan puas pun terdengar dari bibir lelaki itu.Kintan sedikit gelagapan dengan ciuman Iqbal kali ini yang begitu cepat, keras dan berapi-api karena biasanya Iqbal memulai semua dengan lembut. Ia memalingkan wajahnya sejenak untuk menarik napas, namun lagi-lagi Iqbal menangkup dagunya dan menarik wajah wanita itu untuk dilumat habis."Huummmpp!!" teriak Kintan dengan mulut yang masih terbungkam oleh Iqbal. Ia m
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

97. Berangkat

Kintan masih terbaring telungkup di atas ranjang setelah percintaan panasnya yang begitu panjang dan melelahkan dengan Iqbal. Lelaki itu telah membuka ikatan di tangan dan matanya setelah mereka menuntaskan sesi romantis sekaligus erotis tadi.Dengan mata sayu yang setengah terpejam, ia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.Uhm... apa Iqbal sudah mandi? Tumben dia tidak mengajak mandi bareng?Tapi Kintan sedikit lega juga, karena kadang-kadang Iqbal suka meminta jatah lagi saat mereka mandi bareng, tidak peduli meski Kintan merengek karena kelelahan. Paling tidak sekarang ia akan aman, pikir Kintan.Tubuhnya selalu serasa remuk-redam dan sangat lemas setiap kali habis bercinta dengan Iqbal. Lelaki itu seakan tidak pernah puas dan tidak pernah merasa letih sedikitpun, meskipun mereka telah berkali-kali melakukannya.Kintan agak bergidik juga membayangkan jika mereka telah menikah nanti dan sudah tinggal serumah. Apakah Iqbal akan melahap tubuhnya terus-menerus? Uh, lelaki it
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

98. Tiba

Kintan, Rani dan Arga akhirnya sampai juga di Bandara Internasional Lombok pada sore hari. Cuaca yang cerah menyambut kedatangan mereka, membuat Rani sumringah bahagia."Aaah... Lombok! Kamii dataaang!!" serunya riang sambil menghirup dalam-dalam udara kota dan tersenyum lebar. "Menyenangkan sekali! Naik pesawat kelas bisnis, datang ke daerah eksotis, dan menginap di hotel bintang lima. Waah, Pak Ibram Mahesa memang luar biasa memanjakan bakat yang ia bina!" tukasnya terkagum-kagum sambil melirik Kintan yang diam saja dan masih sibuk menghidupkan ponselnya."Kok sinyalnya ilang-ilang, ya??" keluh Kintan sambil mengangkat tinggi-tinggi ponselnya untuk mencari sinyal.Rani memutar bola mata melihat kelakuan wanita itu. "Elah, Kintan! Baru juga nyampe udah nggak sabar aja mau telpon Iqbal? Dasar calon pengantin nggak sabaran!"Kintan mengabaikan ejekan Rani itu dan ketika sinyal yang ia cari terlihat penuh di ponselnya, barulah senyum manis tercetak di bibirnya. "Ran, aku telepon Iqbal
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

99. Lancang

Arga masih asik menatap wajah cantik Kintan sambil melamun, ketika ponselnya berdering mengagetkannya. Ia pun segera menekan tombol terima saat melihat Ibram Mahesa yang meneleponnya."Halo, Pak Ibram," sapa Arga."Kalian sudah tiba di resort?" suara dingin dan berat khas Ibram pun terdengar."Ya, kami sudah sampai.""Sedang apa dia?"DIA yang dimaksud oleh Ibram adalah Kintan."Dia sedang bermain-main di kolam bersama Rani, pak," sahut Arga sambil terus memperhatikan Kintan dan Rani yang sedang asik selfie berdua di depan kolam dengan berbagai macam pose.Ibram pun terdiam untuk sesaat. "Apa dia menyukai resort itu?" tanya Ibram lagi."Ya, dia terlihat gembira.""Fotokan dia diam-diam, dan kirimkan segera padaku!" perintah Ibram tegas, kemudian tanpa berkata apapun lagi, bosnya itu pun memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.Arga mendengus. CEO-nya ini aneh sekali! Lagaknya lebih mirip lelaki yang jatuh cinta dibandingkan sepupu. Apa jangan-jangan Ibram juga menyukai Kintan??
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

100. Kejutan

Sore hari, Kintan sedang bersiap-siap di kamarnya.Malam ini adalah acara pembukaan Asosiasi Pelukis Wanita ASEAN atau The ASEAN Woman's Painters Association untuk yang pertama kalinya, dan lokasi yang dipilih adalah Lombok, Indonesia.Tidak bisa digambarkan betapa berdebarnya dirinya, sebagai salah satu perwakilan pelukis wanita dari Indonesia dan satu-satunya dari agensi One Millon. Uh, berat banget bebannya. Yang pasti sih, harus bisa membawa diri nanti di sana. God, mudah-mudahan aja dia nggak malu-maluin.Ia mematut diri di depan kaca. Kintan mengenakan kebaya brokat modern warna nude dengan selendang polos senada yang dijahit di bahu dan tersampir ke samping lengan, terus ke belakang tubuh dan hinggap dipinggangnya. Ada aksen bunga kecil di tempat selendang itu terjahit pada bahu dan pinggangnya.Celana khaki yang membalut pas kaki jenjangnya membuat tubuhya terlihat semampai, dan heels simpel bertali membuat penampilannya manis sekaligus seksi.Rambutnya ia sanggul sederhana
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status