Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga : Chapter 101 - Chapter 110

127 Chapters

101. Teman Kencan

"Hai, Kintan," Arga menyapanya dengan ramah dari arah belakangnya.'Jangan menoleh, Kintan. Jangan menoleh, jangan menoleh!!! Cepat pergi ke kamarmu dan kunci pintunya rapat-rapat!'Suara hati Kintan yang terus saja bergaung di otaknya itu otomatis membuat Kintan pusing, karena sekarang ia pun bingung harus bagaimana.Tapi ya nggak mungkin juga kan, Kintan langsung kabur begitu saja!Akhirnya dengan perlahan dan dengan senyum kaku di wajahnya, Kintan pun membalikkan badan dan menatap Arga.Sorot dari manik gelap Arga pun terpaku pada wanita yang terlihat sangat memukau di hadapannya itu. Dengan tatapan memuja, ia menatap lekat Kintan yang ayu bagai bidadari. Kintan berdandan sangat cantik hari ini, juga memakai kebaya sewarna kulit yang membalut pas tubuh rampingnya.Arga menahan napas saat tatapannya kembali berlabuh pada bagian dada yang melekuk lembut, penuh dan sangat sensual di matanya, membuat Arga berusaha keras menahan hasratnya untuk menarik tubuh wanita itu masuk ke dalam k
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

102. Dilema Arga

"Apa kabarmu?" tanya wanita itu sambil tersenyum pada Arga setelah melepas pelukan di antara mereka. Noor Sabina memiliki mata hijau yang bercahaya, sewarna dengan tunik dan celana panjang yang ia kenakan. Seuntai syal tenun khas Lombok menjuntai di lehernya, menjulur di kedua sisi tubuhnya. Ia menggelung rambutnya yang coklat terang dengan tusuk sanggul modern yang cantik. Arga tersenyum dengan lesung pipinya. "Kabarku sangat baik, Sabine. Bagaimana kabarmu? Kukira sekarang kamu sedang sibuk di New York dan tidak dapat hadir di sini." Wanita itu pun mendesah pelan. "Fred memaksaku mengambil cuti dari galeri untuk ke Indonesia sekaligus liburan," sahutnya sambil tertawa. Fred Baker adalah suaminya yang asli Amerika. "Oh iya, kenalkan ini Kintan Larasati dari agensiku, dia sekaligus pemilik The Kinlar's Gallery di Singapore." Akhirnya Arga pun mengenalkan Kintan setelah berbasa-basi beberapa saat. Noor Sabina menjabat hangat tangan Kintan yang terulur padanya, lalu menatap Kintan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

103. Terhanyut Gairah

Arga mengusap darah yang mengucur deras dari hidungnya. Matanya berkunang-kunang dan pipinya terasa kebas akibat pukulan telak dari Ibram di wajahnya yang bertubi-tubi. Ia tahu sekarang kalau CEO ini telah memanfaatkan dirinya. Memanfaatkan kelemahannya karena menyukai seorang wanita bernama Kintan Larasati. Penyesalan mendalam pun tak dapat ia hindari lagi. Betapa bodohnya seorang Arga! Kenapa ia tidak mencurigai motif di balik permintaan Ibram itu? Seharusnya ia curiga saat Ibram memberinya obat tidur untuk Kintan, dan menyuruhnya untuk meniduri sepupunya itu! Bukankah itu sangat aneh? Tapi saat itu Arga tidak memusingkannya sama sekali, karena begitu menginginkan Kintan. Logikanya telah terbutakan oleh hasrat menggebu-gebu untuk memiliki wanita yang sangat ia sukai itu. Arga sekarang sadar kalau bosnya ini sepertinya memang punya gangguan mental. Sepertinya ia juga menginginkan Kintan yang notabene adalah sepupunya! Ibram ingin menyingkirkan satu-satu saingannya dengan mene
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

104. Kedatangan Iqbal

"Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Kintan dengan suaranya yang terdengar sangat menghanyutkan. Ibram memicing tajam menatap sepupunya itu dengan pertanyaannya yang terdengar absurd di telinganya. 'Huh, memeluk?? Aku bahkan ingin menyantapmu, Lula!!' Lalu tiba-tiba Kintan pun tersenyum manis, dan senyumnya yang polos dan lembut itu membuat Ibram benar-benar terpana. DAMNED!! Persetan dengan dengan segalanya, aku akan melahap wanita ini sekarang! Seketika itu pula Ibram meraih serta membenamkan kesepuluh jarinya di dalam rambut hitam Kintan yang kusut dan basah terkena air, serta menarik kepala wanita itu mendekat untuk mengecup bibir manis merayu yang membuatnya lupa diri. Saat jarak antara dua bibir yang saling mendamba itu pun semakin mendekat, tiba-tiba terdengar nada denting suara ponsel yang membuat kedua insan itu terkejut. Suara itu berasal dari kemeja biru navy milik Ibram yang tadi telah dilempar sembarangan olehnya dan sekarang teronggok di lantai kamar mandi. Ibram m
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

105. Sang CEO FastJet

"Yang pasti, Pak Iqbal Bimasakti, CEO FastJet itu, akan segera tiba di sini dalam satu jam untuk bertemu dengan calon istrinya," tukas Toni.Ibram mendengus kesal. Kedatangan Iqbal akan membuat semua rencananya gagal. Ibram harus memutar otak mencari cara baru untuk memisahkan Kintan dari Iqbal."Bagaimana dengan anak-anak mereka?" tanya Ibram lagi. "Apa Iqbal meninggalkan mereka begitu saja?""Mereka dititipkan pada orang tua anda, Tuan.""Apaa??!!""Anak Pak Iqbal dan Nyonya Lula dititipkan kepada orang tua Anda," sahut Toni lagi."Mana mungkin! Orang tuaku sudah kembali ke Amerika kemarin!" bantah Ibram."Tidak, Tuan Ibram. Mereka telah memundurkan jadwal keberangkatan ke Amerika hingga minggu depan," terang Toni lagi.Wajah tampan Ibram pun berubah menjadi sangat gelap dan kelam mendengarnya. Kedua tangannya terkepal kuat, dan pelipis serta gerahamnya bergerak-gerak."SIALAN!!"PRAAANNG!!!Ibram meraih vas bunga dari atas meja dan dengan geram melemparkannya ke dinding hingga bend
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

106. Kintan Yang Berbeda

"Dilecehkan? Apa maksudmu?!" Ibram berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kamar mandi, namun ia hanya berdiri di depan pintunya. "Sepertinya Lula telah diberi obat tidur yang dicampur dengan obat perangsang," ucapnya dengan suara desahan berat. "Arga ingin mengambil kesempatan rupanya. Untung saja aku mencurigai Lula dan Arga yang tiba-tiba menghilang dari acara malam pembukaan." Raut Iqbal pun seketika mengeras, dan tinjunya semakin kuat mengepal. Ia harus memukul sesuatu untuk melampiaskan amarah yang meletup-letup di dadanya, dan dinding di sampingnya pun akhirnya menjadi sasaran. BUUUGGHHH!!! Amarah yang memuncak disertai kemampuan beladiri membuat dinding kokoh itu retak terkena hantaman dari kepalan tangan Iqbal. Dan saat ia menarik tangannya, beberapa serpihan dinding itu pun langsung ikut jatuh dan berhamburan ke atas lantai, menyisakan kerusakan yang cukup parah. Ibram menaikkan satu alisnya ke atas. Wow. Mengerikan juga pria ini. Jika saja waktu itu Iqbal me
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

107. Apakah Anda Yakin?

Kintan dan Iqbal sedang berlomba.Lomba dalam saling memberikan kehangatan, saling mencurahkan gairah dan melampiaskan panasnya hasrat membara yang membuncah di dalam dada mereka.Kintan menjerit saat Iqbal telah membuatnya terbuai dan melayang. Iqbal mengerang keras saat merasakan Kintan yang balik menggoda tubuhnya.Jeritan dan erangan nikmat terus terdengar bersahutan menghiasi malam yang gelap, seakan menjadi nyanyian penghantar sebelum terlelap.Ketika kegiatan panas mereka telah usai entah untuk yang keberapa kalinya, Kintan pun berbaring sambil memejamkan matanya. Napasnya masih deru memburu, serupa dengan napas lelaki di sampingnya.Hasrat yang tadi meledak-ledak di tubuhnya kini perlahan memudar. Kesepuluh jemari kakinya menggelung, merasakan desir-desir kenikmatan yang masih tertinggal di tubuhnya."Kintan..." Iqbal membuka suara dengan napas yang masih tersengal. Pandangannya terarah ke depan menatap langit-langit, lalu perlahan menolehkan kepalanya pada wanita cantik yang
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

108. What's Wrong With Me?!

Kintan terbangun saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Sambil mengerjap-kerjapkan kelopak matanya yang terasa sangat berat, ia melirik jam besar dari anyaman rotan yang tergantung di dinding. Sudah jam 07.00. Ya ampun, Kintan tidak pernah bangun sesiang ini! Wanita itu buru-buru bangun, namun meringis dan menggigit bibirnya karena merasakan sebersit nyeri di bagian bawah tubuhnya. Saat ia hendak memeriksa apa yang terjadi, Kintan menjerit ketika menyadari tubuhnya yang tanpa busana! Ia benar-benar shock sampai refleks berdiri dari ranjang, dengan mengabaikan nyeri yang terasa semakin hebat karena gerakan tiba-tibanya itu. "Sayang?" sebuah suara serak dari arah ranjang mengagetkan Kintan. Kintan pun melotot melihat Iqbal yang tiba-tiba berada di ranjangnya dengan rambut kusut dan mata sayu masih mengantuk. "IQBAL??? Kamu... kenapa di sini?? Kamu di... Lombok?!" Meskipun Kintan kaget melihat tunangannya itu yang tiba-tiba berada di ranjangnya, namun ia merasa lega juga
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

109. Model

Iqbal menggendong Kintan masuk ke dalam kamar mandi, namun dilihat dari tatapan nakal mata coklat cemerlang pria itu yang terus saja tertuju pada seluruh tubuh Kintan, tentu saja niatnya bukan hanya sekedar untuk mandi.Jujur saja, sebenarnya tubuh bagian bawah Kintan masih terasa perih setelah semalam mereka bercinta dengan berbagai gaya serta manuver, dan juga mengulanginya hingga berkali-kali. Milik Iqbal dengan ukurannya yang besar itu membuat Kintan kewalahan, meskipun juga sangat nikmat.Entah kerasukan setan apa semalam, namun Kintan tidak pernah bercinta sebanyak itu sebelumnya. Intensitas bercinta mereka yang maksimal ditambah dengan berbagai macam gaya tak pelak membuat organ intimnya sedikit nyeri di pagi hari.Dan pagi ini Iqbal masih ingin mengulanginya lagi??Baru membayangkannya saja sudah membuat Kintan meringis. "Sayang, aku benar-benar lelah. Kita mandi saja, ya?" rengeknya. "Tubuhku juga masih terasa nyeri."Iqbal terdiam. Sesaat dia tidak tega mendengar ucapan Kint
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

110. Curiga

"Anda bisa masuk tanpa undangan, jika berkenan menjadi model untuk lukisan saya, Iqbal."Iqbal ingin tertawa mendengar permintaan wanita yang bernama Sabine ini. Apa katanya? Model?? Tidak pernah seumur hidupnya menjadi model untuk lukisan atau model pemotretan. Dulu sewaktu SMA memang ia pernah dapat tawaran untuk menjadi model katalog baju, tapi ia menolak. Iqbal merasa tidak bisa bergaya di depan kamera."Maaf, Nyonya. Saya rasa saya tidak punya skill sebagai model," tolak Iqbal halus."Tentu saja dia mau, Nyonya!" sambung Rani menggebu-gebu sambil memelototkan matanya diam-diam kepada Iqbal. "Jangan khawatir, saya akan membujuknya."Setelah Sabine pamit untuk masuk lebih dulu ke dalam tempat acara, Rani menarik tangan Iqbal dan Kintan untuk berbicara di tempat yang agak sepi."Iqbal, Noor Sabina itu adalah seniman yang paling dihormati di Asia! Dia sangat baik hati karena sudah mau berkolaborasi dengan Kintan yang notabene masih seniman baru. Please, dukung tunanganmu dong!" tuka
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status