Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Duda dan Janda Bertetangga: Chapter 121 - Chapter 130

200 Chapters

121. Pantas Mendapatkan 1000 Tamparan

Kintan sudah berada di dalam mobil milik Iqbal menuju pulang ke rumahnya. Akhirnya mobil Kintan yang mengeluarkan asap itu diurus dan dijemput oleh salah satu karyawan Iqbal yang akan membawanya ke bengkel. Keheningan mewarnai perjalanan mereka di dalam mobil, mereka masih sama-sama terdiam seakan bingung mau membicarakan apa. "Kamu... baik-baik saja, kan? Dua minggu ini?" akhirnya Iqbal pun membuka suara. Kintan pun memaki Iqbal dalam hati. 'Pertanyaan yang ngeselin! Ngapain dia nanya begitu, cobaa?? Habis nyakitin, ninggalin lagi!! Gimana mau baik-baik saja, haa??!!' SARAAPP!!! Berlawanan dengan isi hatinya yang rasanya kepengen nyakar-nyakar wajah ganteng Iqbal, Kintan hanya memalingkan wajahnya ke jendela samping dan mengangguk pelan. Iqbal pun mendesah dalam hati. 'Harusnya tidak seperti ini. Harusnya aku sudah tidak boleh menemui Kintan lagi!! Dasar Iqbal blo'on.' "Kenapa kamu mengikuti aku?" tanya Kintan tiba-tiba, membuat Iqbal gelagapan dengan pertanyaan tembak langsun
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

122. Out Of The Box

Kintan langsung terbangun saat ia mendengar suara dering ponsel. Dengan mata masih mengantuk, ia berusaha meraih ponselnya dari atas nakas. Eh? Khalil anak sulungnya menelepon? Baru saja Kintan mau menjawabnya, tapi ternyata keburu putus. 'Uh. Memangnya jam berapa sih sekarang?'Dan matanya pun melotot saat melihat jam bulat di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore!! Waktunya anak-anaknya pulang sekolah. Gawat!!Kintan pun menjerit frustasi dan buru-buru bangun dari tempat tidurnya. Namun dasar ceroboh, karena terlalu panik, akhirnya kakinya malah terbelit selimut tebal dan membuatnya hilang keseimbangan, lalu terjatuh berdebam di lantai yang keras."ADDUUUUHH!!" jerit Kintan kesakitan sambil mengusap-usap keningnya yang sempat terbentur. Sialan! Bakal benjol deh ini!Dengan sedikit pusing, ia berdiri dan menatap wajahnya di cermin besar. 'Ampun... rambut awut-awutan, muka kusut, jidat benjol... Nggak ada manis-manisnya! Ah, sudahlah...'Kintan pun buru-buru mengambi
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

123. Kolektor

Jam 7 malam.Kepala Kintan pusing dan penat seharian ini. Benjol yang makin terasa berdenyut dan juga kekhawatirannya pada masalah agensi One Million milik Ibram, membuat wanita itu mencari-cari obat migrain di dalam laci obat.Setelah menenggak obat putih itu, Kintan pun merebahkan kepalanya di sandaran sofa. Pikirannya melayang pada perkataan Ibram di kantor tadi.Hufff... bagaimana mungkin Iqbal setega itu meminta Katya, istri sepupunya itu untuk menjadi brand ambassador FlashJet sebagai ganti klaim kepemilikannya atas One Million?Apa sebenarnya yang ia mau dari Katya?Uh, Kintan akan benar-benar marah padanya jika lelaki itu ternyata hanya berniat untuk menyakiti istri sepupunya itu!Awas saja kamu, Iqbal!Tiba-tiba Kintan mendengar suara pintu pagarnya dibuka dari luar. Seketika ia pun mengangkat kepalanya yang sedang rebahan. Siapa yang masuk?Arga muncul di depan pintu rumah Kintan yang terbuka dengan senyum manis berlesung pipinya. "Hai, Kintan."Kintan berdiri dan membalas
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

124. Telepon Tengah Malam

Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah di sini. Hatinya terasa bergetar karena melihat tatapan teduh Arga yang ditujukan padanya??!! Rasanya sekarang Kintan ingin sekali membenturkan kepalanya kembali ke lantai, biar sekalian aja benjolnya nambah satu lagi! Kintan pun memaki-maki otaknya dalam hati. Jangan-jangan karena amnesia yang nggak sembuh-sembuh, membuat otaknya mulai agak geser! Huufft... tarik napas, Kintan. Nggak perlu terlalu dipikirkan. Nggak ada perasaan lebih dari seorang tetangga biasa dan rekan kerja di One Million yang nggak perlu kamu rasakan pada Arga. Nggak ada! Uhm... Tapi... kenapa Arga menatapnya seperti itu? Entah kenapa Kintan merasa sekilas tatapan Arga mirip sekali dengan Iqbal, meskipun warna mata mereka sangat jauh berbeda. Arga berwarna hitam seperti Kintan, sedangkan Iqbal berwarna coklat terang yang cemerlang. Tapi Iqbal juga menatapnya seperti Arga, teduh dan... mendebarkan. Haaah... kayaknya mulai Kintan berhalusinasi. Apa itu akibat dari
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

125. Ciuman Strawberry Cheesecake

Kini mata Kintan pun benar-benar terbelalak sempurna. "Kamu... ada di depan rumahku?" gumannya tak percaya. Kintan melirik jam di dinding ruang makan.Jam 01.30? Apa yang Iqbal lakukan di malam buta begini di depan rumahnya?"Keluarlah. Aku ada di dalam mobil."Kintan menggigit bibirnya karena bingung. Apakah dia harus keluar menemui Iqbal?"Kalau kamu tidak keluar juga, akan kusampaikan kepada Katya tentang Ibram yang menyukaimu," ancam Iqbal."Ck. Kamu tidak akan berani melakukannya," tukas Kintan dengan yakin."Benarkah? Asal kamu tahu kalau Katya Lovina dan aku telah saling mengenal. Bahkan aku pun memiliki nomor ponselnya," sahut Iqbal dengan santai."Aku mengenalnya, Kintan. Dan hanya masalah waktu saja hingga aku memberitahukan semua ini kepada Katya. Kecuali jika kamu keluar dan menemuiku sekarang," tukasnya ringan, seakan yang baru ia ucapkan itu bukanlah sebuah ancaman."Lalu apa maumu Iqbal? Untuk apa aku harus menemuimu?""Untuk menagih," sahut Iqbal cepat."Menagih?""999
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

126. Gathering

Seharusnya Kintan menampar wajah tampan itu. Atau paling tidak, mendorong tubuh Iqbal dan segera pergi sejauh mungkin dari sini. Tapi yang malah dilakukan oleh tubuhnya adalah menerima bibir pink pucat itu yang bergerak dengan bebas untuk menyesap bibirnya. "Kintan bodoh!" rutuk hatinya, ketika lagi-lagi ia terbuai saat lidah Iqbal yang basah dan hangat itu berhasil menerobos masuk ke dalam mulutnya. Dan kedua tangan yang seharusnya bersikap tegas terhadap perbuatan lelaki itu, kini malah berada di kepala Iqbal, dengan jari Kintan yang terbenam di dalam rambut lebat lelaki itu. Terdengar suara erangan lirih penuh suka cita dari mulut Iqbal, saat jemari Kintan meremas lembut rambutnya, karena wanita itu semakin larut dalam permainan lidah mereka. Tanpa melepaskan ciuman mereka, Iqbal mengangkat pinggang Kintan dan memindahkan tubuh ramping itu dari kursi penumpang ke atas tubuhnya. Kintan sedikit kaget saat Iqbal mengangkat tubuhnya dengan sangat gampang, namun lelaki itu ta
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

127. My Personal Asisstant

Kintan benar-benar bingung dan kaget menatap pria tampan yang kini sedang menggendongnya, bahkan ia sampai lupa dengan kakinya yang sedang sakit dan terkilir. Sedang apa Iqbal di sini? "Ssst... Bukankah itu Iqbal Bimasakti? CEO FlashJet yang baru saja mengumumkan identitasnya?" bisik pelan seseorang. "Apa yang dia lakukan di sini?" ucap yang lain. "Kenapa dia menggendong Kintan Larasati? Jangan-jangan mereka saling mengenal?" "Ehm, ternyata dia jauh lebih tampan daripada di televisi ya.." Suara-suara kasak kusuk yang terdengar di sekeliling mereka, membuat rona merah menjalar di wajah Kintan. Terlebih karena Iqbal menatapnya begitu intens dan tak melepas pandangannya dari wajah Kintan sedetik pun "Pak Iqbal? Anda kemari?" Iqbal dan Kintan menoleh pada suara ceria yang menegur Iqbal. Kintan kembali mendapatkan kejutan, karena yang barusan menyapa Iqbal adalah... Katya! Tanpa sadar, Kintan menelan ludah dan mencengkram bagian dada baju Iqbal. Seketika ia mengingat perkataan lela
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

128. Pemilik

Kaki Kintan yang terkilir telah diperiksa oleh Dokter, bahkan Iqbal juga memerintahkan pemeriksaan CT-scan untuk mengetahui bila ada kondisi tulang yang cedera atau retak. Sangat berlebihan. Tanpa perlu di CT-scan pun Kintan sudah tahu kalau tulangnya baik-baik saja, karena jika retak, pasti dia benar-benar kesakitan dan sama sekali tidak dapat berjalan. Tapi Kintan tidak dapat menolak karena Iqbal terus memaksanya, begitu pun dengan para petugas medis yang memeriksanya. Tentu saja itu karena mereka takut jika tidak mematuhi perintah boss mereka dan akan mendapatkan sanksi. Kintan tidak habis pikir. Bagaimana dulu Iqbal bisa membagi waktunya bekerja di dua perusahaan sekaligus, AD-Hype dan FlashJet? Apakah otak dan tubuhnya tidak merasa lelah? Oh iya, belum lagi menjalankan club bar mewah The Temptations yang juga miliknya. Wah-wah... pantas saja ia dulu mendapatkan beasiswa kuliah ke Kanada. Otaknya pasti terlalu cerdas. "Nyonya Kintan?" Kintan terperanjat saat sebuah suara ra
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

129. Karena Kamu

Kintan membelalakkan matanya menatap Iqbal, masih tercengang mendengar ucapan lelaki itu yang terdengar absurd di telinganya.Apa?? 85% saham FlashJet? Untuknya??Serta-merta ia pun menatap Jelita, seakan-akan ingin meyakinkan dirinya apakah yang barusan itu tidak salah dengar.Pengacara Iqbal itu hanya mendengus dan tersenyum tipis. "Tidak, kamu tidak salah dengar, Kintan," ucapnya seakan bisa membaca ekspresi Kintan yang bertanya."Bahkan aku pun sudah menyiapkan dokumen pengalihan aset untuk kamu tanda tangani," imbuhnya lagi seraya mengambil botol minuman dari atas meja bartender, lalu mengisi gelasnya lagi.Ya, ruangan kerja Iqbal ini memang ada meja bartendernya. Meskipun tak ada satu pun bartender di sana yang bertugas untuk meracik minuman, namun tersedia bermacam-macam minuman beralkohol dengan aneka warna di dalam botol-botol kristal besar yang berkilauan yang berjejer rapi di atas meja itu.Ada pula puluhan gelas kristal di dalam rak susun di sudut meja dan yang tergantung
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

130. Alasan

Rasanya darah yang ada di tubuh Kintan seakan mengering dan membuat wajahnya mendadak pucat pias. Ia benar-benar shock mendengar perkataan Iqbal barusan. Kintan juga tidak menampik kalau hatinya juga terasa sakit saat pergi ke Singapura meninggalkan Iqbal dan memutuskan hubungan mereka tiga tahun yang lalu. Ia juga sama menderita.Saat itu ia bimbang atas perasaannya yang masih belum dapat melupakan Kemal, suaminya yang telah meninggal. Sementara ada lelaki lain yang juga mencintainya dengan tulus, Iqbal.Namun Kintan merasa belum siap menerima Iqbal saat itu. Ia masih harus berdamai dan memaafkan diri sendiri atas kematian Kemal yang di luar kuasanya.Tiga tahun.Waktu yang cukup lama baginya untuk bisa melupakan Kemal, dan kembali ke sisi Iqbal. Namun Kintan benar-benar tidak menyangka jika perbuatannya itu telah menorehkan luka yang begitu dalam pada Iqbal.'Aku sangat egois', batin Kintan. 'Aku lupa jika Iqbal juga berjuang begitu keras untuk menjalani hidup sambil melupakan hu
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status