Share

128. Pemilik

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-24 08:52:30
Kaki Kintan yang terkilir telah diperiksa oleh Dokter, bahkan Iqbal juga memerintahkan pemeriksaan CT-scan untuk mengetahui bila ada kondisi tulang yang cedera atau retak.

Sangat berlebihan. Tanpa perlu di CT-scan pun Kintan sudah tahu kalau tulangnya baik-baik saja, karena jika retak, pasti dia benar-benar kesakitan dan sama sekali tidak dapat berjalan.

Tapi Kintan tidak dapat menolak karena Iqbal terus memaksanya, begitu pun dengan para petugas medis yang memeriksanya. Tentu saja itu karena mereka takut jika tidak mematuhi perintah boss mereka dan akan mendapatkan sanksi.

Kintan tidak habis pikir. Bagaimana dulu Iqbal bisa membagi waktunya bekerja di dua perusahaan sekaligus, AD-Hype dan FlashJet?

Apakah otak dan tubuhnya tidak merasa lelah?

Oh iya, belum lagi menjalankan club bar mewah The Temptations yang juga miliknya.

Wah-wah... pantas saja ia dulu mendapatkan beasiswa kuliah ke Kanada. Otaknya pasti terlalu cerdas.

"Nyonya Kintan?"

Kintan terperanjat saat sebuah suara ra
Black Aurora

Wuhuuu... ada si mba seksi Jelita in da house 😍😍 ini Jelita sebelum ketemu Dexter lagi ya... udah jadi janda tapi. Yg gatau siapa Jelita, yuk baca The Seductive Revenge, udah tamat ya ❤️❤️

| 3
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   129. Karena Kamu

    Kintan membelalakkan matanya menatap Iqbal, masih tercengang mendengar ucapan lelaki itu yang terdengar absurd di telinganya.Apa?? 85% saham FlashJet? Untuknya??Serta-merta ia pun menatap Jelita, seakan-akan ingin meyakinkan dirinya apakah yang barusan itu tidak salah dengar.Pengacara Iqbal itu hanya mendengus dan tersenyum tipis. "Tidak, kamu tidak salah dengar, Kintan," ucapnya seakan bisa membaca ekspresi Kintan yang bertanya."Bahkan aku pun sudah menyiapkan dokumen pengalihan aset untuk kamu tanda tangani," imbuhnya lagi seraya mengambil botol minuman dari atas meja bartender, lalu mengisi gelasnya lagi.Ya, ruangan kerja Iqbal ini memang ada meja bartendernya. Meskipun tak ada satu pun bartender di sana yang bertugas untuk meracik minuman, namun tersedia bermacam-macam minuman beralkohol dengan aneka warna di dalam botol-botol kristal besar yang berkilauan yang berjejer rapi di atas meja itu.Ada pula puluhan gelas kristal di dalam rak susun di sudut meja dan yang tergantung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Duda dan Janda Bertetangga   130. Alasan

    Rasanya darah yang ada di tubuh Kintan seakan mengering dan membuat wajahnya mendadak pucat pias. Ia benar-benar shock mendengar perkataan Iqbal barusan. Kintan juga tidak menampik kalau hatinya juga terasa sakit saat pergi ke Singapura meninggalkan Iqbal dan memutuskan hubungan mereka tiga tahun yang lalu. Ia juga sama menderita.Saat itu ia bimbang atas perasaannya yang masih belum dapat melupakan Kemal, suaminya yang telah meninggal. Sementara ada lelaki lain yang juga mencintainya dengan tulus, Iqbal.Namun Kintan merasa belum siap menerima Iqbal saat itu. Ia masih harus berdamai dan memaafkan diri sendiri atas kematian Kemal yang di luar kuasanya.Tiga tahun.Waktu yang cukup lama baginya untuk bisa melupakan Kemal, dan kembali ke sisi Iqbal. Namun Kintan benar-benar tidak menyangka jika perbuatannya itu telah menorehkan luka yang begitu dalam pada Iqbal.'Aku sangat egois', batin Kintan. 'Aku lupa jika Iqbal juga berjuang begitu keras untuk menjalani hidup sambil melupakan hu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Duda dan Janda Bertetangga   131. Melampiaskan Kerinduan

    "Kintan. Bercintalah denganku." *** Kobaran api yang terlihat di mata coklat cemerlang itu benar-benar menakutkan. Seakan sanggup membumihanguskan segala yang ada di dekatnya hingga habis tak bersisa, dan membuat tubuh Kintan gemetar ketakutan sekaligus berdebar membayangkannya. Namun Kintan tidak bisa memalingkan wajahnya dan pergi, pun menjawab permintaan Iqbal yang membuatnya setengah mati melawan gejolak di dadanya untuk segera lompat ke dalam pelukan hangat dari dada bidang dan kokoh itu. Ia terlalu terpukau pada Iqbal, lelaki yang telah membuatnya jatuh hati, meskipun sampai saat ini pikiran Iqbal masih belum dapat ia selami. Dan dalam pesona mata indah yang penuh hasrat itu, Kintan pun tenggelam. Bagaimana ia bisa menjawab permintaan seksi yang diucapkan dengan suara yang juga seksi seperti itu? Mulut Kintan serasa terkunci. "Kuanggap diammu ini adalah 'YA'," tukas Iqbal, sebelum ia menyerang bibir Kintan dengan brutal. "Iqbal, hmmp...!" Kintan yang tadinya hendak mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Duda dan Janda Bertetangga   132. Validasi

    Kintan terbangun dalam ranjang super besar dalam sebuah ruangan yang super mewah. Keningnya pun berkerut. Dimana aku? Uh. Kepalanya pusing sekali. Ah ya. Dia ingat sekarang. Dia habis bercinta dengan Iqbal. Bodohnya aku. Mana janjimu untuk tidak terbuai rayuan Iqbal sebelum lelaki itu mau berjanji melupakan balas dendamnya? Kintan pun mengutuk dirinya sendiri sambil mengira-ngira jika dirinya berada di dalam kamar di ruangan kerja Iqbal. Seingatnya mereka bercinta di sofa sebelumnya. Tiba-tiba Kintan merasakan ingin ke kamar kecil. Ia pun beranjak berdiri sambil meringis, menahan sedikit perih di bagian bawahnya. Hal yang seringkali ia rasakan sehabis bercinta dengan Iqbal. Uh. Iqbal dengan tubuhnya yang besar itu benar-benar ganas. Kintan menggigit bibirnya dengan wajah merona saat mengingat bagaimana panasnya mereka bercinta tadi. Tapi sekarang ia merasa sangat lega saat kakinya yang terkilir tidak terlalu terasa sakit lagi saat menapak di lantai marmer yang dingin, syukurla

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Duda dan Janda Bertetangga   133. Bali

    Jam 7 malam.Kintan tidak bisa berhenti mengukir senyum konyol di wajahnya.Rasanya seperti ada bunga yang bermekaran di dalam hatinya, yang dinaungi oleh pelangi aneka warna dan awan seputih kapas yang lembut di atasnya.Haha. Dasar cheesy.Tapi setiap dia mengingat Iqbal dan apa yang mereka lakukan tadi pagi hingga siang, rasanya dadanya seakan meledak karena bahagia."Ngapain cengar-cengir sendiri? Gila ya?" sembur Rani melihat ekspresi Kintan yang terlihat seperti orang yang tidak waras di matanya.Bukannya tersinggung, Kintan malah melebarkan tangannya dan memeluk Rani yang sedang duduk di sampingnya. "Ih, kamu! Orang lagi bahagia kok dibilang gila, sih?!" protesnya gemas sambil menciumi pipi manajernya itu."Geliii iih... jangan cium-cium ah!!" jerit Rani kesal sambil mendorong kening Kintan dengan telunjuknya.Mereka semua baru saja selesai makan malam di rumah Kintan. Rani dan kedua anaknya Cindy dan Clara, menginap di rumah Kintan mulai malam ini hingga lima hari ke depan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Duda dan Janda Bertetangga   134. Aku Mengingatmu

    Setibanya di Bali, pesawat pribadi Iqbal tidak landing di bandara komersil, melainkan di bandara pribadi milik FlashJet cabang Bali.Kintan baru mengetahui kalau selain di Jakarta, FlashJet juga memiliki bandara pribadi di Bali, Lombok, Singapore, Thailand dan Malaysia, Jepang, dan Shanghai. Sementara di negara lain, private jet akan menumpang landing di bandara komersil sesuai dengan lokasi negara yang dituju.Iqbal juga berencana menambah armada serta bandara di negara lain, terutama di destinasi-destinasi wisata populer.Kintan mengira mereka akan dijemput oleh seorang driver yang akan mengantarkan ke hotel yang dituju, namun wanita itu benar-benar terkejut saat melihat sebuah mobil Aston Martin Rapide berwarna jet black terparkir di depan bandara.Dua orang kru bandara membawakan koper-koper mereka dan memasukkannya ke dalam mobil sport itu, lalu memberikan kuncinya pada Iqbal.Kintan tidak tahu mereka akan menginap di hotel mana, karena Iqbal memang tidak memberitahukannya. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Duda dan Janda Bertetangga   135. Ingatan Yang Kembali

    "Aku mengingatmu."***Ingatan bertubi-tubi yang masuk ke dalam pikirannya membuat Kintan merasa pusing dan mual. Seperti ada yang mengaduk-aduk perutnya, dan membuatnya memuntahkan seluruh isinya.Iqbal mengelus pelan leher dan bahu Kintan yang sedang menunduk di kloset kamar mandi, wanita itu tidak berhenti muntah sejak setengah jam yang lalu, hingga akhirnya perutnya benar-benar kosong dan hanya cairan lambung yang keluar.Seharusnya Iqbal bahagia karena akhirnya ingatan Kintan telah kembali.Sekarang wanita itu akan mengingat awal pertemuan mereka saat bertetangga di apartemen tiga tahun yang lalu, dan bagaimana cinta perlahan hadir diantara mereka.Namun kenyataannya, ingatan yang kembali itu harus dibayar dengan rasa sakit yang dialami oleh Kintan. "Sabar ya, Sayang. Aku sudah memanggil Dokter ke sini," ucap Iqbal khawatir. Tadinya ia mau membawa Kintan ke rumah sakit, tapi wanita itu terus saja menolaknya.Setelah beberapa saat, akhirnya reaksi muntah Kintan pun mulai mereda.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   136. Pertemuan Pertama

    "Kita sudah pernah bertemu satu sama lain... jauh sebelumnya dari pertemuan di apartemen, Iqbal." *** 18 TAHUN YANG LALU... "Iyaaa... tahu, Yessita itu kan sepupuku. Nggak usah cemburu kayak gitu jugalah," ucap Iqbal kalem. Satu tangannya sibuk menyetir mobil, sementara yang satu lagi memegang ponsel yang menempel di telinganya. Iqbal baru saja mengantar sepupunya Yessita ke kampus untuk mengikuti tes. Si bodoh itu lupa kalau jadwalnya telah dimajukan, dari yang seharusnya jam 1 siang diubah menjadi jam 10 pagi, jadi dia merengek minta diantarkan Iqbal karena dia nggak bisa ngebut saat membawa mobil. Iqbal terpaksa menunda janjinya dengan Rani untuk survey gedung pernikahan mereka, dan hal itu membuat tunangannya itu ngambek dan cemburu. "Okay, Ran. Aku masih di jalan nih. Nanti kalau sudah dekat rumahmu, aku telepon lagi, ya." Lalu Iqbal pun cepat-cepat memutuskan sambungan telepon itu agar bisa lebih fokus mengemudi. Sambil menghembuskan napas lelah, ia berusaha untuk menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   28. Tunangan

    Iqbal, Katya dan Adel telah sampai di ballroom salah satu hotel termewah di Jakata, tempat diselenggarakannya acara Ulang tahun Ibram Mahesa, sang CEO One Million Agency. Suara musik yang berdentam keras dan banyak orang hilir mudik dengan penampilan yang begitu cantik, tampan dan modis. Bahkan Katya bisa melihat banyak artis-artis terkenal juga ikut menghadiri acara ini. Katya menatap keluar jendela mobil, dan terkejut saat menyadari ada tulisan dengan lampu berkerlap-kerlip di atas pintu masuk ballroom, bertuliskan : GRAND LAUNCHING OF REVALA COMMERCIAL... AND A PARTY ALSO!! Seketika Katya memegang erat tangan Ibram, tanpa mengalihkan pandangannya dari tulisan tersebut. "Ibram?" tanya Katya curiga. "Ini... apa?" Ibram memeluk pinggang Katya erat. "Surprise," bisiknya lembut. "Hari ini adalah peluncuran perdana iklan mobil Revala, Sayang. Iklan pertamamu." Ibram sengaja berlama-lama berbisik di telinga Katya, agar ia punya alasan untuk menghirup aroma kulit lehernya yang h

  • Duda dan Janda Bertetangga   27. Birthday Party

    "Pesta?" Katya bertanya tidak mengerti. "Kamu mengadakan pesta?"Mereka sedang berjalan menuju ke mobil Ibram sambil berbincang.Ibram mengangguk. "Selama ini aku tidak pernah merayakan ulang tahunku, tapi tahun ini berbeda. Tahun ini aku memilikimu." Ibram tersenyum lembut menatap mata Katya. "Aku akan memamerkan keberuntunganku karena memilikimu, Katya. Bersiaplah."Katya menggigit bibirnya, memikirkan bagaimana reaksi semua orang saat mengetahuinya nanti. Tiba-tiba ia merasa rendah diri. Bagaimana jika nanti ia dipandang tidak pantas bersanding dengan Ibram Mahesa sebagai pasangannya? Saat sedang memikirkan itu, tiba-tiba saja Katya merasakan ada sesuatu yang hangat dan basah di punggungnya, membuat lamunannya buyar seketika. "Ibram!" pekik Katya terkejut saat ia menyadari bibir lelaki itu ternyata telah melekat di punggungnya yang polos."Maaf," ucap Ibram sambil nyengir tanpa rasa bersalah. Ia pun kembali menegakkan tubuhnya dan menatap nakal Katya. "Aku tak tahan untuk tidak

  • Duda dan Janda Bertetangga   26. Rencana Ibram

    Katya senang sekali, karena hari ini ia sudah boleh pulang dari kamar perawatan. Sambil bersenandung pelan, ia berjalan dengan membawa buket bunga lili besar menuju kamar rawat Sienna, yang hari ini sudah mulai boleh dijenguk meskipun hanya dari luar jendela kaca. Selama dua minggu terakhir, Sienna masih berada dalam pengawasan ketat di ruang intermediate, dan belum boleh dikunjungi keluarga. Katya hanya bisa melihatnya dari jendela kaca besar.Katya sengaja memesan buket bunga lili itu melalui delivery toko bunga terbaik di kota ini, karena lili adalah bunga kesukaan Sienna. Ia akan meminta suster untuk meletakkan bunga itu ke dalam, agar Sienna bisa melihatnya saat ia sadar nanti.Ini dia, ruang intermediate. Katya membuka pintu itu, dan terkejut bukan kepalang hingga hampir saja menjatuhkan buket bunga lilinya.Ada ibunya di situ. Sedang menatap lekat pada Sienna yang masih tertidur lelap. Sepertinya ibunya tidak menyadari kehadiran Katya, dan Katya pun memutuskan untuk mundu

  • Duda dan Janda Bertetangga   25. Morning Kiss

    Hari ini Katya sudah merasa jauh lebih baik.Ia terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa segar dan kuat, tapi yang ia butuhkan sekarang adalah mandi. Katya melihat ke samping, dan mendapatkan pemandangan yang membuat hatinya sejuk : Ibram yang masih tertidur pulas di atas sofa yang bisa dibuka menjadi bed. Kakinya yang panjang tampak menggelantung di pinggiran sofa karena tidak cukup menampung. Matanya terpejam rapat sementara bibirnya sedikit terbuka. Dengan celana training dan kaus santai, Ibram terlihat berbeda dari yang biasa Katya lihat. Wajah tampan yang biasanya dingin dan datar tanpa ekspresi, sekarang malah terlihat polos tanpa dosa seperti malaikat. 'Tampannya kekasihku.'Katya pun menatap Ibram lekat-lekat. Ingin rasanya ia menyurukkan wajahnya di dada bidang itu sambil memeluk lehernya. Apakah Ibram akan terbangun? Ya. Ia pasti terbangun. Jadi Katya hanya bisa memandang sosok itu dengan penuh cinta dari tempat tidurnya, karena tidak ingin membangunkan Ibram d

  • Duda dan Janda Bertetangga   24. Dendam Ibram

    Langkah kaki seorang perawat yang masuk ke dalam kamar, membuat Katya cepat-cepat menjauhkan tangannya yang semula sedang mengelus rahang maskulin Ibram. Ia malu, saat perawat mudah itu menatap Katya dan Ibram sambil mengulas senyum. "Bu Katya Lovina? Bagaimana perasaanmu saat ini, sudah merasa lebih baik?" tanyanya sambil memasangkan alat pengukur tekanan darah dan suhu tubuh pada Katya.Katya mengangguk. "Saya sudah merasa sehat kok suster. Boleh kan, keluar sekarang?" tanyanya penuh harap."Sabar, Sayang. Kurasa lebih baik kalau kamu di sini satu hari lagi, agar tubuhmu lebih fit," tukas Ibram sambil menggenggam erat tangan Katya."Menurut dokter juga begitu, Nona Katya. Anda diminta untuk istirahat dulu sehari." Lalu perawat itu pun melihat hasil tekanan darah dan temperatur tubuh Katya."Oke. Untuk suhu tubuh sudah normal, hanya tekanan darahnya saja yang masih agak rendah. Istirahat yang cukup dan makanlah makanan yang bergizi, Nona," saran perawat tersebut. "Saya permisi dul

  • Duda dan Janda Bertetangga   23. Curiga

    "Aku minta ibu bercerai dengan lelaki itu." Silvia tertegun, tidak menyangka kalau persyaratan yang diminta Katya adalah bercerai dengan suaminya. Wanita itu pun kemudian mengulas senyum tipis. "Katya, ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. Ibu tidak mungkin bisa tiba-tiba menceraikan suami ibu," bujuknya. Katya mengangguk pelan dengan raut yang datar. Ia sudah tahu kalau ibunya tidak akan pernah mau bercerai. "Baik, kalau begitu lupakan. Aku minta agar ibu jangan pernah menampakkan diri lagi, terutama di hadapan Sienna. Dia harus konsentrasi untuk penyembuhannya. Jika ia melihat ibu, aku khawatir Sienna tidak fokus dan juga jadi berharap terlalu tinggi pada ibu, padahal kenyataannya hanyalah berharap pada sesuatu yang sia-sia," tegas Katya. Ia merasa lelah dipermainkan seperti ini. Lalu Katya pun kembali ke tempat duduknya, dengan membelakangi Silvia. Sekarang ia merasa tidak bisa menangis lagi karena air matanya terasa kering, sekering

  • Duda dan Janda Bertetangga   22. Syarat

    "IBU?" Katya tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ibunya ada di sini, di rumah sakit? Apakah ia sedang berhalusinasi karena terlalu sedih? Ibram menoleh ke belakangnya, mengikuti tatapan terpaku Katya pada seorang wanita berambut coklat seleher yang tadi dipanggilnya ibu.Warna rambut wanita itu dan matanya begitu mirip dengan Katya. Begitu pun warna kulitnya yang putih. Ibram mengerutkan dahi, bolak-balik menatap Katya dan wanita di depannya. Wanita ini, apa benar ibunya Katya? Yah, memang ada kemiripan wajah antara keduanya. Tapi ada apa tiba-tiba saja ia muncul setelah menghilang sekian lama? Katya pun beranjak berdiri dengan tubuh kaku dan pandangan yang terus melekat pada wanita yang dipanggilnya ibu, diikuti oleh Ibram yang juga berdiri. Wanita itu kemudian berjalan mendekati Katya, dengan satu tangannya terulur ke wajah Katya. "Anakku... Katya," ucapnya lirih penuh damba. Ibram yang dari tadi masih terdiam menyaksikan semuanya, sekarang mulai bersuara. Ia pun b

  • Duda dan Janda Bertetangga   21. Seseorang Yang Tidak Disangka

    Ibram membalikkan tubuh Katya hingga kembali menghadapnya. Namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini lelaki itu hanya diam mematung memandangi Katya.Katya menatap Ibram yang tiba-tiba terdiam seperti melamun. "Kenapa?" tanya Katya heran. Ibram pun menatap mata Katya, dan mencium kelopaknya lembut. "Aku baru menyadari sesuatu," ucapnya sambil kembali mencium kelopak mata Katya yang satunya."Menyadari apa?" tanya Katya lagi dengan suara serak, menikmati sentuhan bibir Ibram di matanya."Menyadari, kalau aku tidak akan sanggup hidup tanpamu, Katya. Jangan pernah pergi dariku, apapun yang terjadi di kemudian hari. Aku siap. Siap untuk mencintaimu seumur hidupku."Katya terperanjat. Perkataan Ibram yang diucapkan dengan nada yang sangat lembut itu telah menembus ke dalam hatinya. Hangat. Hatinya pun seketika menjadi hangat, bagaikan menangkup segelas susu panas di musim penghujan.Perutnya juga terasa aneh. Namun aneh yang menyenangkan, bagaikan ada seribu kepak sayap kupu-kupu beterb

  • Duda dan Janda Bertetangga   20. Rumah Pantai

    Ibram memasuki rumahnya yang berada di pinggir pantai sambil tetap membawa Katya di atas bahunya, tidak menghiraukan teriakan gadis itu yang terus saja meminta untuk diturunkan. Katya merasa pusing sekali karena Ibram sama sekali tidak mau mengubah posisi gendongannya itu. Kepala Katya terus menghadap ke bawah, dan ia merasa mau muntah sekarang. "Ibram, tolong turunkan aku. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar," keluh Katya dengan suara lirih. "Sabar, sayang. Aku akan menurunkanmu sesampainya di kamar kita," sahut Ibram kemudian. Ibram menaiki tangga menuju ke lantai dua, membuat Katya makin pusing karena terguncang-guncang seiring dengan langkah kaki Ibram yang menaiki setiap anak tangga. Dan seketika penglihatannya pun gelap. Gadis itu tak sadarkan diri. Ibram membuka pintu kamar yang paling besar di lantai dua, dan merebahkan Katya di ranjang besar bernuansa modern. Rumah ini begitu berbeda dengan rumah yang ia tempati bersama Adel. Terlihat sekali perbedaan mencolok

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status