Beranda / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 135. Ingatan Yang Kembali

Share

135. Ingatan Yang Kembali

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 07:19:42

"Aku mengingatmu."

***

Ingatan bertubi-tubi yang masuk ke dalam pikirannya membuat Kintan merasa pusing dan mual. Seperti ada yang mengaduk-aduk perutnya, dan membuatnya memuntahkan seluruh isinya.

Iqbal mengelus pelan leher dan bahu Kintan yang sedang menunduk di kloset kamar mandi, wanita itu tidak berhenti muntah sejak setengah jam yang lalu, hingga akhirnya perutnya benar-benar kosong dan hanya cairan lambung yang keluar.

Seharusnya Iqbal bahagia karena akhirnya ingatan Kintan telah kembali.

Sekarang wanita itu akan mengingat awal pertemuan mereka saat bertetangga di apartemen tiga tahun yang lalu, dan bagaimana cinta perlahan hadir diantara mereka.

Namun kenyataannya, ingatan yang kembali itu harus dibayar dengan rasa sakit yang dialami oleh Kintan.

"Sabar ya, Sayang. Aku sudah memanggil Dokter ke sini," ucap Iqbal khawatir. Tadinya ia mau membawa Kintan ke rumah sakit, tapi wanita itu terus saja menolaknya.

Setelah beberapa saat, akhirnya reaksi muntah Kintan pun mulai mereda.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   136. Pertemuan Pertama

    "Kita sudah pernah bertemu satu sama lain... jauh sebelumnya dari pertemuan di apartemen, Iqbal." *** 18 TAHUN YANG LALU... "Iyaaa... tahu, Yessita itu kan sepupuku. Nggak usah cemburu kayak gitu jugalah," ucap Iqbal kalem. Satu tangannya sibuk menyetir mobil, sementara yang satu lagi memegang ponsel yang menempel di telinganya. Iqbal baru saja mengantar sepupunya Yessita ke kampus untuk mengikuti tes. Si bodoh itu lupa kalau jadwalnya telah dimajukan, dari yang seharusnya jam 1 siang diubah menjadi jam 10 pagi, jadi dia merengek minta diantarkan Iqbal karena dia nggak bisa ngebut saat membawa mobil. Iqbal terpaksa menunda janjinya dengan Rani untuk survey gedung pernikahan mereka, dan hal itu membuat tunangannya itu ngambek dan cemburu. "Okay, Ran. Aku masih di jalan nih. Nanti kalau sudah dekat rumahmu, aku telepon lagi, ya." Lalu Iqbal pun cepat-cepat memutuskan sambungan telepon itu agar bisa lebih fokus mengemudi. Sambil menghembuskan napas lelah, ia berusaha untuk menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   137. Sweet Surprise

    Iqbal masih diam mematung setelah beberapa saat Kintan selesai bercerita tentang masa lalu. Masa lalu yang telah lama terlupa dari benaknya dan terbenam jauh di dalam ingatannya.Iqbal pun berusaha mengingatnya kembali. Memundurkan ingatannya ke delapan belas tahun yang lalu, dengan mengesampingkan kenangan-kenangan yang menyakitkan dan penuh luka, hanya berfokus pada kejadian waktu itu saja.Saat ia terlambat menjemput Rani untuk mencari gedung pernikahan mereka...Ya... ia ingat sekarang.Iqbal menatap lekat Kintan yang sedang tersenyum hangat padanya. Kintan, adalah si gadis bermata bening itu? Dia... gadis itu??Napas Iqbal pun seketika terasa sesak. Ya Tuhan. Waktu itu ia bahkan ingin membiarkan Kintan dan tidak menolongnya! Hampir saja Kintan menjadi korban human trafficking, jika saja waktu itu Iqbal mengurungkan niatnya untuk tidak peduli dan pergi.Iqbal ingat, setelah preman-preman itu pingsan, ia segera mengubungi pamannya yang seorang polisi dan meminta tolong untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   138. Tamu Istimewa

    Katya membawa sekeranjang besar parcel buah dan bubur ayam hangat untuk Kintan, karena mendengar kalau sepupu suaminya itu mual dan muntah-muntah hebat akibat memorinya yang telah kembali.Dengan sabar dan telaten, wanita muda itu pun menyuapi bubur ayam yang terasa nikmat dan menghangatkan perut Kintan yang kosong."Sejak kapan kalian berdiri di depan pintu?" tanya Kintan penasaran setelah menelan sesendok bubur."Kira-kira lima belas menit yang lalu, sejak kamu bilang kalau sudah pernah bertemu dengan Iqbal sebelumnya," sahut Katya riang tanpa beban."Ibram tadinya ingin menunggu di luar, tapi... aku masih penasaran dengan ceritamu, hehe... maaf ya. Kamu nggak marah kan?" tukas Katya polos, sambil nyengir dan terus menyuapi Kintan tanpa merasa bersalah sedikit pun, karena telah mengganggu momen privasi Kintan dan Iqbal.Tentu saja Kintan tidak akan pernah bisa marah pada wajah secantik dan sepolos ini. Ah, dia jadi melirik Ibram. Kintan saja yang sama-sama wanita tak sanggup memara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   139. Mr. Bond

    Jam 7 malam.Iqbal dan Kintan sedang bersiap-siap untuk hadir dalam acara malam ini, ketika ponsel Iqbal yang berada di atas nakas pun tiba-tiba berdering.Sambil mengangkat telepon dari bawahannya yang sedang menyampaikan laporan, Iqbal memperhatikan Kintan yang sangat mempesona malam ini, dengan gaun hitam Dolce and Gabbana yang kemarin ia pilih bersama Nia.Iqbal memang menyuruh sekretarisnya itu untuk ikut membantu Kintan menemukan gaun yang ia suka, agar Nia bisa membujuknya untuk mencari gaun di butik terkenal.Meskipun sempat ada drama ngomel-ngomel dan penolakan keras karena Kintan yang kaget melihat harga gaunnya yang mencapai delapan puluh juta, namun Nia berhasil meyakinkan kekasih bosnya itu bahwa gaun yang ia pilih sangat cocok di tubuhnya, dan Iqbal sama sekali tidak akan pernah keberatan dengan harganya.Haha. Nia memang bisa diandalkan untuk soal bujuk-membujuk. Apalagi mereka juga sesama wanita. Kalau saja Kintan pergi dengannya, bisa dipastikan mereka berdua malah b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   140. Plan B

    "Apa saya tidak akan diperkenalkan dengan pasanganmu yang menawan ini, Iqbal?"Iqbal hanya tersenyum dingin menanggapi lelaki licik itu. Sorot matanya menatap Sanjaka penuh peringatan, namun ucapannya memang ramah meskipun tetap saja kaku. "Perkenalkan ini Kintan. Kintan, ini Sanjaka Arsenio, kolegaku dulu di AD-Hype."Kintan bisa merasakan hawa panas yang keluar dari tubuh Iqbal, seakan ada teko air mendidih di sampingnya. Iqbal pasti tidak menyukai lelaki yang sedang tersenyum lebar ini.Sejujurnya Kintan juga tidak menyukainya, karena senyum lelaki itu menakutkan. Jenis senyum yang hanya melibatkan bibir, namun tak tampak sama sekali di matanya yang terlihat kosong dan hampa."Halo, Pak Sanjaka," sapa Kintan padanya. "Senang berkenalan dengan Anda."Lalu mereka pun berbasa-basi sebentar, sebelum Iqbal akhirnya membawa pergi Kintan masuk ke dalam gedung."Kamu tidak menyukai orang itu, ya?" tembak langsung Kintan saat mereka berjalan masuk dan mencari tempat duduk."Jangan dekat-d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   141. Menemukan Katya

    Sepeninggal Ibram yang terburu-buru untuk mencari keberadaan istrinya, Iqbal menatap lekat Kintan yang bertelanjang kaki sambil menenteng heelsnya, lalu tatapannya pun jatuh pada kaki Kintan yang kotor dan penuh dengan goresan luka.Sambil mendesah pelan, Iqbal meraih dan menggendong tubuh kekasihnya itu menuju sofa, lalu mendudukkannya dengan perlahan di sana. Kemudian ia berlutut di depan Kintan sambil menatap wajah cantik yang terlihat sangat cemas itu.Iqbal tersenyum. "Jangan takut, Katya akan baik-baik saja," ucapnya meneduhkan. "Aku obati kakimu dulu, ya?"Kintan masih diam saat Iqbal mengobati luka-luka di kakinya. Pikirannya jauh melayang, menerka-nerka apa yang terjadi dengan Katya dan apa yang menyebabkan wanita itu tiba-tiba pergi begitu saja dengan wajah yang begitu sedih dan terluka."Iqbal...""Hmm?""Apa menurutmu Katya sudah mengetahui soal perasaan Ibram padaku?" tanya Kintan dengan suara parau dan tatapan kosong. "Apa Sanjaka memberikan bukti soal itu pada Katya?"I

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   142. Tak Ada Habisnya

    Katya menutup wajahnya dengan kedua tangan dan terisak. Ia merasa sangat bersalah sekarang. Seharusnya ia tidak meninggalkan Ibram ke Milan selama itu. Seharusnya ia bisa terus berada di sisi suaminya yang seorang survivor amnesia dan sangat membutuhkan dukungannya! Dan... tidak seharusnya ia menyalahkan Lula. Hati kecil Katya juga mengatakan bahwa Lula adalah wanita baik-baik, yang tidak mungkin menggoda suami orang lain. Namun kecemburuan dan sakit hati telah membutakan matanya. "Tapi kenapa mereka menutupinya dariku?!" tuntut Katya dengan mata sembab. "Kenapa mereka tidak berusaha untuk jujur dan membuatku percaya bahwa perasaan Ibram tidak nyata? Kenapa mereka memilih jalan yang malah akan menyakitiku??" Iqbal menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengedikkan bahu. "Jangan tanya padaku. Tanyakan saja pada Ibram dan Kintan. Pola pikir mereka itu juga tidak masuk dalam otakku," sahutnya santai. "Cih. Dasar Keluarga Mahesa!" umpat Iqbal, yang sebenarnya ditujukan pada Ibr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   143. The Last Fight (1)

    Iqbal memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah dua lantai bercat kuning. Sesuai arahan GPS, ini adalah rumah kediaman Sanjaka Arsenio yang berlokasi di Bali.Dan Iqbal pun semakin yakin akan hal itu saat melihat mobil Ibram yang sedang parkir di sana, serta Toni ajudan Ibram yang duduk di kap mobil sambil mengawasi rumah itu.Ada dua mobil lain juga di situ, satu berisi dua orang bodyguard Ibram, dan satu lagi berisi dua orang bodyguard milik Iqbal. Mereka semua terlihat waspada.Toni dan bodyguard Iqbal terlihat menundukkan kepala dengan hormat saat Iqbal berjalan melewati mereka, sementara bodyguard Ibram lainnya hanya diam namun menatap Iqbal waspada."Kamu tidak ikut masuk ke dalam, Toni?" tanya Iqbal heran. Biasanya ajudan setia Ibram ini selalu mengekori Tuannya kemana pun."Tuan Ibram yang menyuruhku menunggu di sini, Pak Iqbal," sahut Toni datar.Iqbal mengangguk. "Toni, aku memang bukan bosmu, tapi bolehkah aku minta tolong? Carilah Sanjaka dan bawa dia ke sini," ucapnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   19. Love or Obsession

    "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram dengan suaranya yang parau dan sarat akan emosi di dalamnya. Katya benar-benar kaget. Ia tidak menyangka kalau Ibram membawanya ke sini untuk melamarnya! Untuk sesaat ia benar-benar bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Katya menyentuh lembut tangan Ibram yang menangkup wajahnya, dan memberikan senyum lembut pada lelaki itu. Katya bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibram sehingga membuatnya melontarkan pertanyaan itu. "Ibram, kenapa tiba-tiba sekali? Ada apa sebenarnya?" Ibram pun kembali mencium bibir Katya, kali ini penuh kelembutan dan perasaan. "Karena aku ingin memilikimu seutuhnya. Aku ingin membawamu dan juga adikmu masuk ke dalam keluargaku bersama Adel. Aku ingin kamu hanya melihatku, hanya memikirkanku, dan selalu menantikan kehadiranku." Ibram melepaskan tangannya dari wajah Katya, lalu meraih telapak tangan gadis itu dan mengecupnya lembut. "Jadilah milikku selamanya." Katya menghela napas. "Tidak."

  • Duda dan Janda Bertetangga   18. Teman / Lawan

    Rahang Ibram sontak mengeras ketika mendengar ucapan David padanya. Dia bilang... telah mencium Katya?? BRENGSEK!! Raut wajah Ibram berubah menjadi begitu kelam, sorot matanya yang tajam dan menakutkan itu pun hanya tertuju pada satu orang, yaitu David Satria. Ibram melangkahkan kakinya dengan tergesa dan merenggut kerah kemeja David dengan kedua tangannya. "Kenapa kau melakukan itu, David? KENAPA, BRENGSEK?!" Lalu dengan sekuat tenaganya, Ibram menghantam wajah David dengan kepalan tangannya, membuat David terjerembab dan darah segar mengucur deras dari hidungnya. Namun entah setan apa yang telah merasukinya, Ibram malah kembali menarik kerah baju David untuk menyentaknya berdiri, dan kembali memukulinya tanpa ampun. Setelah menerima beberapa pukulan, akhirnya David pun sempat mengelak, menahan tangan Ibram dengan tangannya, tapi kemudian Ibram malah kembali memukulnya dengan tangannya yang lain. Perkelahian ini sangat tidak seimbang. David yang tidak pernah

  • Duda dan Janda Bertetangga   17. Konfrontasi

    Ngopi bersama Nathan ternyata jauh lebih menyenangkan daripada yang Katya bayangkan sebelumnya. Suasana yang awalnya canggung perlahan mencair. Meskipun awalnya ketus dan dingin, Ibram akhirnya luluh juga oleh keramahan Nathan, yang dengan sikap supelnya mampu membuat siapa pun merasa nyaman.Ketika jarum jam menunjukkan pukul lima sore, Nathan pun berpamitan. Ia menjabat tangan Ibram dengan penuh hormat, lalu menjabat tangan Katya. Dan durasi jabat tangan itu membuat Ibram menegang. "Baik, saya pamit dulu. Terima kasih, Pak Ibram, Katya." Nathan tersenyum hangat, melambaikan tangan, lalu beranjak pergi.Ibram memperhatikan punggung Nathan yang menjauh dengan mata tajam, sementara Katya masih tersenyum kecil memandangi lelaki itu. Hati Ibram pun langsung memanas saat menyadarinya, dan sebelum Katya menyadari apa yang terjadi, kedua tangan Ibram menutup mata Katya dengan tegas."Ibram! Apa-apaan sih?" protes Katya kesal, matanya gelap tertutup telapak tangan besar kekasihnya."Jan

  • Duda dan Janda Bertetangga   16. Sentuhan Penuh Gelora

    “Kamu benar-benar gadis yang nakal,” bisik Ibram dalam suara yang dalam dan penuh ancaman lembut di telinga Katya. Katya tersentak ketika merasakan tangan Ibram menyentuh dan meremas bokongnya tanpa peringatan. Rasa marah bergejolak di dadanya, dan ia segera berusaha melepaskan diri dari pelukan lelaki itu. Namun seolah sudah memperhitungkan perlawanan gadisnya, Ibram justru semakin mempererat cengkeramannya. “Jangan buru-buru kabur, Sayang. Aku belum selesai menghukummu,” gumannya, dalam suara serak dan penuh gairah. Remasan tangannya semakin kuat, dan ia menarik tubuh Katya ke arahnya hingga gadis itu dapat merasakan bagian keras tubuhnya menekan perutnya. Katya menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak yang bergemuruh dalam dirinya. Sensasi panas yang merayap dari ujung kaki hingga tengkuknya membuat pikirannya kacau. “I-Ibram...,” desisnya dengan suara yang nyaris tak terdengar. Alih-alih memberi ruang, Ibram menangkap bibirnya dalam ciuman yang kuat dan menunt

  • Duda dan Janda Bertetangga   15. Dihukum

    Katya melangkah memasuki gedung One Million dengan penuh semangat. Hari ini adalah debutnya sebagai model iklan, dan debar di dadanya tak terbendung. Namun di tengah antusiasme itu, ada sebuah harapan kecil yang terus ia ulangi dalam hati : semoga hari ini ia tidak bertemu dengan Ibram.Perasaan Katya belum sepenuhnya tertata. Membayangkan wajah tampan dan tubuh tegap pria itu saja sudah cukup untuk membuatnya lemah. Ia takut jika bertemu dengannya, dorongan untuk memeluk Ibram dan merasakan kehangatan dada bidangnya akan terlalu sulit ditahan.Malam tadi, mereka akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih. Setelah pergulatan batin yang panjang, Katya memutuskan untuk membuka hatinya. Namun ia memberikan satu syarat yang cukup berat : hubungan mereka harus dirahasiakan untuk sementara waktu.Ia belum siap menghadapi pandangan sinis orang-orang di agensi, terlebih tudingan bahwa dirinya memanfaatkan posisi Ibram sebagai CEO.Ibram tentu saja sangat keberatan dengan syarat itu. Baginya

  • Duda dan Janda Bertetangga   14. Memilih

    Tepat pukul sembilan malam, Katya memerhatikan Adel yang mulai terkantuk-kantuk di sofa. Ia tersenyum kecil, mengulurkan tangan untuk mengusap lembut rambut anak itu sebelum membimbingnya ke kamar tidur. Dengan langkah hati-hati, Katya menidurkan Adel dan menyelimutinya dengan penuh kasih. Beberapa menit telah berlalu dan kini napas Adel terdengar teratur. Sebuah senyuman manis menghiasi bibir mungilnya yang terpejam. Katya menatapnya dengan rasa hangat di dada serta bertanya-tanya, mimpi indah apa yang membuat bocah itu tampak begitu bahagia? Katya meregangkan tubuhnya, mengusir sedikit rasa pegal yang mengendap di bahunya. Hari ini terasa panjang dan cukup melelahkan, setelah banyaknya peristiwa yang terjadi. Ia pun bangkit dengan perlahan, memastikan setiap gerakannya tidak membangunkan Adel dengan berjingkat menuju pintu. Katya membuka dan menutup pintu tanpa suara, meninggalkan ruangan itu dalam keheningan yang damai. Saat kakinya baru saja menyentuh anak tan

  • Duda dan Janda Bertetangga   13. Kehangatan Keluarga

    Meskipun tubuh Katya terasa lemah dalam gendongan Ibram, jemarinya tetap melingkari leher lelaki itu. Seolah memberi isyarat bahwa ia belum ingin berpisah. Hangat tubuh Ibram yang memabukkan, sensasi panas-dingin yang menjalari kulitnya, serta kerasnya otot maskulin yang menyatu dengan kelembutan tubuhnya menciptakan gelombang gairah yang tak tertahankan.Ciuman yang baru saja mereka bagi masih membekas, membuat logikanya berteriak untuk berhenti, tetapi tubuhnya menuntut sebaliknya.Ibram membawa Katya dalam gendongan ala pengantin, langkahnya mantap menapaki tangga menuju lantai dua. Mereka kini berada di ambang pintu sebuah kamar yang hanya beberapa meter dari kamar Adel.“Kamar siapa ini?” Suara Katya serak, berbisik di antara napas yang memburu. Matanya yang berkabut berusaha tetap terjaga dalam pusaran pikirannya.“Kamarku.” Suara Ibram terdengar rendah seperti gumanan. Bibirnya menyentuh telinga Katya, dan napas panasnya yang menyapu lembut membuat gadis itu gemetar.“Tapi… b

  • Duda dan Janda Bertetangga   12. Aku Tidak Bisa Berhenti Kali Ini

    “Adel? Ini Paman.” Gadis kecil dengan rambut hitam legam menoleh dari mejanya. Mata bulatnya langsung berbinar ketika melihat sosok yang berdiri di pintu. “Kakak!” serunya gembira, seraya berlari kecil dan langsung menghambur ke pelukan Katya. Katya tertawa sambil memeluk tubuh mungil itu erat-erat, merasa seolah seluruh kekhawatiran dunia memudar hanya dengan satu pelukan hangat dan tulus dari seorang anak kecil. Adel lalu mencium kedua pipinya, membuat Katya semakin tersentuh. Ibram memiringkan kepalanya, seiring dengan senyum kecil yang kini terukir di wajahnya. Ia selalu terheran-heran dengan reaksi gembira keponakannya bila bertemu Katya. “Hei, Paman juga ada di sini lho. Mana pelukan buat Paman?” sindir Ibram yang pura-pura kesal. "Oh iya, lupa!" Adel terkikik sebelum beralih memeluk Ibram dengan penuh semangat, mencium pipinya dengan suara kecupan keras yang membuat Ibram tertawa. “Kalau sampai lupa lagi, Paman kelitikin sampai besok pagi!” ancamnya sambil

  • Duda dan Janda Bertetangga   11. Rumah Megah Yang Penuh Luka

    "Apa??!! Ke rumah Pak Ibram? Tapi... bukannya Bapak yang bilang kalau saya baru mulai bekerja besok?" Katya membelalakkan mata, suara tingginya memantul di ruang mobil yang sempit . Dia bahkan nyaris menjatuhkan tas kecil yang diletakkannya di pangkuan. "Adel ingin kamu menemaninya tidur malam ini," jawab Ibram tenang, dengan kedua tangannya yang masih di kemudi. "Setelah dia terlelap, aku akan mengantarmu pulang." Katya menggigit bibirnya. Jawaban Ibram itu singkat tapi penuh perintah. Tidak ada ruang untuk menolak. Tapi... kenapa kalau Adel yang meminta dirinya, ia seolah kehilangan kekuatan untuk berkata tidak? Mungkin karena anak itu. Ya, anak itu. Ia selalu merasa kasihan pada Adel. Katya menghela napas dan mengalihkan tatapan ke luar jendela, membiarkan percakapan ini akhirnya menguap begitu saja. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan sebuah gerbang pagar tinggi yang begitu besar dan panjang, seolah menghalangi pandangan ke segala arah. Dari

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status