Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 138. Tamu Istimewa

Share

138. Tamu Istimewa

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-12-28 09:08:14

Katya membawa sekeranjang besar parcel buah dan bubur ayam hangat untuk Kintan, karena mendengar kalau sepupu suaminya itu mual dan muntah-muntah hebat akibat memorinya yang telah kembali.

Dengan sabar dan telaten, wanita muda itu pun menyuapi bubur ayam yang terasa nikmat dan menghangatkan perut Kintan yang kosong.

"Sejak kapan kalian berdiri di depan pintu?" tanya Kintan penasaran setelah menelan sesendok bubur.

"Kira-kira lima belas menit yang lalu, sejak kamu bilang kalau sudah pernah bertemu dengan Iqbal sebelumnya," sahut Katya riang tanpa beban.

"Ibram tadinya ingin menunggu di luar, tapi... aku masih penasaran dengan ceritamu, hehe... maaf ya. Kamu nggak marah kan?" tukas Katya polos, sambil nyengir dan terus menyuapi Kintan tanpa merasa bersalah sedikit pun, karena telah mengganggu momen privasi Kintan dan Iqbal.

Tentu saja Kintan tidak akan pernah bisa marah pada wajah secantik dan sepolos ini.

Ah, dia jadi melirik Ibram. Kintan saja yang sama-sama wanita tak sanggup memara
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Duda dan Janda Bertetangga   139. Mr. Bond

    Jam 7 malam.Iqbal dan Kintan sedang bersiap-siap untuk hadir dalam acara malam ini, ketika ponsel Iqbal yang berada di atas nakas pun tiba-tiba berdering.Sambil mengangkat telepon dari bawahannya yang sedang menyampaikan laporan, Iqbal memperhatikan Kintan yang sangat mempesona malam ini, dengan gaun hitam Dolce and Gabbana yang kemarin ia pilih bersama Nia.Iqbal memang menyuruh sekretarisnya itu untuk ikut membantu Kintan menemukan gaun yang ia suka, agar Nia bisa membujuknya untuk mencari gaun di butik terkenal.Meskipun sempat ada drama ngomel-ngomel dan penolakan keras karena Kintan yang kaget melihat harga gaunnya yang mencapai delapan puluh juta, namun Nia berhasil meyakinkan kekasih bosnya itu bahwa gaun yang ia pilih sangat cocok di tubuhnya, dan Iqbal sama sekali tidak akan pernah keberatan dengan harganya.Haha. Nia memang bisa diandalkan untuk soal bujuk-membujuk. Apalagi mereka juga sesama wanita. Kalau saja Kintan pergi dengannya, bisa dipastikan mereka berdua malah b

    Last Updated : 2024-12-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   140. Plan B

    "Apa saya tidak akan diperkenalkan dengan pasanganmu yang menawan ini, Iqbal?"Iqbal hanya tersenyum dingin menanggapi lelaki licik itu. Sorot matanya menatap Sanjaka penuh peringatan, namun ucapannya memang ramah meskipun tetap saja kaku. "Perkenalkan ini Kintan. Kintan, ini Sanjaka Arsenio, kolegaku dulu di AD-Hype."Kintan bisa merasakan hawa panas yang keluar dari tubuh Iqbal, seakan ada teko air mendidih di sampingnya. Iqbal pasti tidak menyukai lelaki yang sedang tersenyum lebar ini.Sejujurnya Kintan juga tidak menyukainya, karena senyum lelaki itu menakutkan. Jenis senyum yang hanya melibatkan bibir, namun tak tampak sama sekali di matanya yang terlihat kosong dan hampa."Halo, Pak Sanjaka," sapa Kintan padanya. "Senang berkenalan dengan Anda."Lalu mereka pun berbasa-basi sebentar, sebelum Iqbal akhirnya membawa pergi Kintan masuk ke dalam gedung."Kamu tidak menyukai orang itu, ya?" tembak langsung Kintan saat mereka berjalan masuk dan mencari tempat duduk."Jangan dekat-d

    Last Updated : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   141. Menemukan Katya

    Sepeninggal Ibram yang terburu-buru untuk mencari keberadaan istrinya, Iqbal menatap lekat Kintan yang bertelanjang kaki sambil menenteng heelsnya, lalu tatapannya pun jatuh pada kaki Kintan yang kotor dan penuh dengan goresan luka.Sambil mendesah pelan, Iqbal meraih dan menggendong tubuh kekasihnya itu menuju sofa, lalu mendudukkannya dengan perlahan di sana. Kemudian ia berlutut di depan Kintan sambil menatap wajah cantik yang terlihat sangat cemas itu.Iqbal tersenyum. "Jangan takut, Katya akan baik-baik saja," ucapnya meneduhkan. "Aku obati kakimu dulu, ya?"Kintan masih diam saat Iqbal mengobati luka-luka di kakinya. Pikirannya jauh melayang, menerka-nerka apa yang terjadi dengan Katya dan apa yang menyebabkan wanita itu tiba-tiba pergi begitu saja dengan wajah yang begitu sedih dan terluka."Iqbal...""Hmm?""Apa menurutmu Katya sudah mengetahui soal perasaan Ibram padaku?" tanya Kintan dengan suara parau dan tatapan kosong. "Apa Sanjaka memberikan bukti soal itu pada Katya?"I

    Last Updated : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   142. Tak Ada Habisnya

    Katya menutup wajahnya dengan kedua tangan dan terisak. Ia merasa sangat bersalah sekarang. Seharusnya ia tidak meninggalkan Ibram ke Milan selama itu. Seharusnya ia bisa terus berada di sisi suaminya yang seorang survivor amnesia dan sangat membutuhkan dukungannya! Dan... tidak seharusnya ia menyalahkan Lula. Hati kecil Katya juga mengatakan bahwa Lula adalah wanita baik-baik, yang tidak mungkin menggoda suami orang lain. Namun kecemburuan dan sakit hati telah membutakan matanya. "Tapi kenapa mereka menutupinya dariku?!" tuntut Katya dengan mata sembab. "Kenapa mereka tidak berusaha untuk jujur dan membuatku percaya bahwa perasaan Ibram tidak nyata? Kenapa mereka memilih jalan yang malah akan menyakitiku??" Iqbal menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengedikkan bahu. "Jangan tanya padaku. Tanyakan saja pada Ibram dan Kintan. Pola pikir mereka itu juga tidak masuk dalam otakku," sahutnya santai. "Cih. Dasar Keluarga Mahesa!" umpat Iqbal, yang sebenarnya ditujukan pada Ibr

    Last Updated : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   143. The Last Fight (1)

    Iqbal memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah dua lantai bercat kuning. Sesuai arahan GPS, ini adalah rumah kediaman Sanjaka Arsenio yang berlokasi di Bali.Dan Iqbal pun semakin yakin akan hal itu saat melihat mobil Ibram yang sedang parkir di sana, serta Toni ajudan Ibram yang duduk di kap mobil sambil mengawasi rumah itu.Ada dua mobil lain juga di situ, satu berisi dua orang bodyguard Ibram, dan satu lagi berisi dua orang bodyguard milik Iqbal. Mereka semua terlihat waspada.Toni dan bodyguard Iqbal terlihat menundukkan kepala dengan hormat saat Iqbal berjalan melewati mereka, sementara bodyguard Ibram lainnya hanya diam namun menatap Iqbal waspada."Kamu tidak ikut masuk ke dalam, Toni?" tanya Iqbal heran. Biasanya ajudan setia Ibram ini selalu mengekori Tuannya kemana pun."Tuan Ibram yang menyuruhku menunggu di sini, Pak Iqbal," sahut Toni datar.Iqbal mengangguk. "Toni, aku memang bukan bosmu, tapi bolehkah aku minta tolong? Carilah Sanjaka dan bawa dia ke sini," ucapnya sa

    Last Updated : 2024-12-30
  • Duda dan Janda Bertetangga   144. The Last Fight (2)

    Ibram hendak menerjang dan memukuli Sanjaka kembali, namun Iqbal dan Toni menahan tubuhnya. "Lepaskan aku!" teriak Ibram keras. "Ibram. Duduklah!" bentak Iqbal kesal. Menyusahkan sekali lelaki ini. Dan dengan dibantu Toni serta beberapa orang bodyguard Iqbal, Ibram pun berhasil duduk di sofa single meskipun dipaksa dengan wajah tertekuk kesal. "Dengar, Sanjaka. Kita sudah sama-sama tahu keburukan masing-masing, kan? Bagaimana jika aku mengajukan penawaran padamu?" Iqbal berkata dengan nada datar dan sorot mata dingin. Sanjaka pun meludah yang bercampur dengan darah. "Aku tidak sudi! Bunuh saja aku, brengsek!" "KERAS KEPALA," sahut Iqbal pelan sambil tersenyum dingin. Ia meraih ponsel dan mengutak-atiknya, lalu menunjukkannya pada Sanjaka. "Lihat ini? Videomu yang sedang bermesraan dengan seorang wanita yang bukan istrimu. Bagaimana jika kukirimkan ke istrimu? Oooh... mungkin lebih baik ke mertuamu saja! Agar mereka memecatmu juga sebagai Direksi di perusahaan keluarga?" Sanjaka

    Last Updated : 2024-12-30
  • Duda dan Janda Bertetangga   145. Satu Permintaan

    Kintan terbangun dari tidur lelapnya saat merasa ada sesuatu yang menggelitik bagian dadanya. "Uh, Iqbal?" Kintan membuka mata dan melihat seraut wajah tampan yang sedang sibuk menikmati dirinya. "Eh, kamu benar-benar Iqbal, kan?" Kintan berusaha mengenalinya sambil membuka mata lebar-lebar. Iqbal mengangkat wajahnya dari dada Kintan dan berdecak kesal. "Lain kali jangan mabuk lagi! Kamu mengira semua lelaki adalah aku, dan itu bahaya!!" Kintan langsung memejamkan matanya saat mendengar suara Iqbal yang keras. "Aduuh... pusing. Ngomongnya biasa aja dong, jangan kenceng-kenceng, ah!" protes Kintan sambil mengurut pelipisnya. Hantaman hangover membuat urat-urat di kepalanya terasa menegang. "Huh. Siapa juga yang mau ngomong?" tukas Iqbal sambil menyeringai ala devil. Ia menggigit pelan puncak pink yang menggemaskan milik Kintan, membuat wanita itu terpekik lirih. Kintan kembali membuka matanya karena baru menyadari sesuatu. "T-tunggu. Kenapa aku tidak memakai baju??" sergahnya s

    Last Updated : 2024-12-30
  • Duda dan Janda Bertetangga   146. Neverending Love

    Kintan rasanya ingin menangis karena bahagia saat melihat semua orang yang dia cintai telah hadir beberapa jam sebelum pernikahannya dengan Iqbal yang super kilat ini. Uhm, koreksi. Sebenarnya nggak kilat juga, sih. Karena Iqbal rupanya diam-diam sudah menyiapkan segala sesuatunya tanpa sepengetahuan Kintan. Mungkin malah Kintan satu-satunya orang yang tidak tahu, karena bagaimana mungkin para tamunya bisa sesiap itu hadir di pernikahannya? Ada Khalil, Khafi, Gea, Rani, Yessi dan Bimo, juga orang tua angkat Kintan serta Paman Fardan dan Bibi Jo. Orang tua Iqbal juga datang, dan beberapa sepupu dekatnya. Fiona, teman Kintan yang mengurus galerinya di Singapura juga hadir. Punya calon suami tukang nyewain pesawat ada untungnya juga, karena semua yang hadir bisa naik dalam satu pesawat dari Jakarta ke Bali. Haha. Tukang sewain pesawat. Iqbal tertawa lepas saat Kintan menyebut pekerjaan Iqbal dengan istilah itu. Pernikahan mereka sangat manis dan sederhana, sesuai keinginan Ki

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status