Share

133. Bali

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 05:23:49

Jam 7 malam.

Kintan tidak bisa berhenti mengukir senyum konyol di wajahnya.

Rasanya seperti ada bunga yang bermekaran di dalam hatinya, yang dinaungi oleh pelangi aneka warna dan awan seputih kapas yang lembut di atasnya.

Haha. Dasar cheesy.

Tapi setiap dia mengingat Iqbal dan apa yang mereka lakukan tadi pagi hingga siang, rasanya dadanya seakan meledak karena bahagia.

"Ngapain cengar-cengir sendiri? Gila ya?" sembur Rani melihat ekspresi Kintan yang terlihat seperti orang yang tidak waras di matanya.

Bukannya tersinggung, Kintan malah melebarkan tangannya dan memeluk Rani yang sedang duduk di sampingnya. "Ih, kamu! Orang lagi bahagia kok dibilang gila, sih?!" protesnya gemas sambil menciumi pipi manajernya itu.

"Geliii iih... jangan cium-cium ah!!" jerit Rani kesal sambil mendorong kening Kintan dengan telunjuknya.

Mereka semua baru saja selesai makan malam di rumah Kintan.

Rani dan kedua anaknya Cindy dan Clara, menginap di rumah Kintan mulai malam ini hingga lima hari ke depan,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   134. Aku Mengingatmu

    Setibanya di Bali, pesawat pribadi Iqbal tidak landing di bandara komersil, melainkan di bandara pribadi milik FlashJet cabang Bali.Kintan baru mengetahui kalau selain di Jakarta, FlashJet juga memiliki bandara pribadi di Bali, Lombok, Singapore, Thailand dan Malaysia, Jepang, dan Shanghai. Sementara di negara lain, private jet akan menumpang landing di bandara komersil sesuai dengan lokasi negara yang dituju.Iqbal juga berencana menambah armada serta bandara di negara lain, terutama di destinasi-destinasi wisata populer.Kintan mengira mereka akan dijemput oleh seorang driver yang akan mengantarkan ke hotel yang dituju, namun wanita itu benar-benar terkejut saat melihat sebuah mobil Aston Martin Rapide berwarna jet black terparkir di depan bandara.Dua orang kru bandara membawakan koper-koper mereka dan memasukkannya ke dalam mobil sport itu, lalu memberikan kuncinya pada Iqbal.Kintan tidak tahu mereka akan menginap di hotel mana, karena Iqbal memang tidak memberitahukannya. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Duda dan Janda Bertetangga   135. Ingatan Yang Kembali

    "Aku mengingatmu."***Ingatan bertubi-tubi yang masuk ke dalam pikirannya membuat Kintan merasa pusing dan mual. Seperti ada yang mengaduk-aduk perutnya, dan membuatnya memuntahkan seluruh isinya.Iqbal mengelus pelan leher dan bahu Kintan yang sedang menunduk di kloset kamar mandi, wanita itu tidak berhenti muntah sejak setengah jam yang lalu, hingga akhirnya perutnya benar-benar kosong dan hanya cairan lambung yang keluar.Seharusnya Iqbal bahagia karena akhirnya ingatan Kintan telah kembali.Sekarang wanita itu akan mengingat awal pertemuan mereka saat bertetangga di apartemen tiga tahun yang lalu, dan bagaimana cinta perlahan hadir diantara mereka.Namun kenyataannya, ingatan yang kembali itu harus dibayar dengan rasa sakit yang dialami oleh Kintan. "Sabar ya, Sayang. Aku sudah memanggil Dokter ke sini," ucap Iqbal khawatir. Tadinya ia mau membawa Kintan ke rumah sakit, tapi wanita itu terus saja menolaknya.Setelah beberapa saat, akhirnya reaksi muntah Kintan pun mulai mereda.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   136. Pertemuan Pertama

    "Kita sudah pernah bertemu satu sama lain... jauh sebelumnya dari pertemuan di apartemen, Iqbal." *** 18 TAHUN YANG LALU... "Iyaaa... tahu, Yessita itu kan sepupuku. Nggak usah cemburu kayak gitu jugalah," ucap Iqbal kalem. Satu tangannya sibuk menyetir mobil, sementara yang satu lagi memegang ponsel yang menempel di telinganya. Iqbal baru saja mengantar sepupunya Yessita ke kampus untuk mengikuti tes. Si bodoh itu lupa kalau jadwalnya telah dimajukan, dari yang seharusnya jam 1 siang diubah menjadi jam 10 pagi, jadi dia merengek minta diantarkan Iqbal karena dia nggak bisa ngebut saat membawa mobil. Iqbal terpaksa menunda janjinya dengan Rani untuk survey gedung pernikahan mereka, dan hal itu membuat tunangannya itu ngambek dan cemburu. "Okay, Ran. Aku masih di jalan nih. Nanti kalau sudah dekat rumahmu, aku telepon lagi, ya." Lalu Iqbal pun cepat-cepat memutuskan sambungan telepon itu agar bisa lebih fokus mengemudi. Sambil menghembuskan napas lelah, ia berusaha untuk menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   137. Sweet Surprise

    Iqbal masih diam mematung setelah beberapa saat Kintan selesai bercerita tentang masa lalu. Masa lalu yang telah lama terlupa dari benaknya dan terbenam jauh di dalam ingatannya.Iqbal pun berusaha mengingatnya kembali. Memundurkan ingatannya ke delapan belas tahun yang lalu, dengan mengesampingkan kenangan-kenangan yang menyakitkan dan penuh luka, hanya berfokus pada kejadian waktu itu saja.Saat ia terlambat menjemput Rani untuk mencari gedung pernikahan mereka...Ya... ia ingat sekarang.Iqbal menatap lekat Kintan yang sedang tersenyum hangat padanya. Kintan, adalah si gadis bermata bening itu? Dia... gadis itu??Napas Iqbal pun seketika terasa sesak. Ya Tuhan. Waktu itu ia bahkan ingin membiarkan Kintan dan tidak menolongnya! Hampir saja Kintan menjadi korban human trafficking, jika saja waktu itu Iqbal mengurungkan niatnya untuk tidak peduli dan pergi.Iqbal ingat, setelah preman-preman itu pingsan, ia segera mengubungi pamannya yang seorang polisi dan meminta tolong untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   138. Tamu Istimewa

    Katya membawa sekeranjang besar parcel buah dan bubur ayam hangat untuk Kintan, karena mendengar kalau sepupu suaminya itu mual dan muntah-muntah hebat akibat memorinya yang telah kembali.Dengan sabar dan telaten, wanita muda itu pun menyuapi bubur ayam yang terasa nikmat dan menghangatkan perut Kintan yang kosong."Sejak kapan kalian berdiri di depan pintu?" tanya Kintan penasaran setelah menelan sesendok bubur."Kira-kira lima belas menit yang lalu, sejak kamu bilang kalau sudah pernah bertemu dengan Iqbal sebelumnya," sahut Katya riang tanpa beban."Ibram tadinya ingin menunggu di luar, tapi... aku masih penasaran dengan ceritamu, hehe... maaf ya. Kamu nggak marah kan?" tukas Katya polos, sambil nyengir dan terus menyuapi Kintan tanpa merasa bersalah sedikit pun, karena telah mengganggu momen privasi Kintan dan Iqbal.Tentu saja Kintan tidak akan pernah bisa marah pada wajah secantik dan sepolos ini. Ah, dia jadi melirik Ibram. Kintan saja yang sama-sama wanita tak sanggup memara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   139. Mr. Bond

    Jam 7 malam.Iqbal dan Kintan sedang bersiap-siap untuk hadir dalam acara malam ini, ketika ponsel Iqbal yang berada di atas nakas pun tiba-tiba berdering.Sambil mengangkat telepon dari bawahannya yang sedang menyampaikan laporan, Iqbal memperhatikan Kintan yang sangat mempesona malam ini, dengan gaun hitam Dolce and Gabbana yang kemarin ia pilih bersama Nia.Iqbal memang menyuruh sekretarisnya itu untuk ikut membantu Kintan menemukan gaun yang ia suka, agar Nia bisa membujuknya untuk mencari gaun di butik terkenal.Meskipun sempat ada drama ngomel-ngomel dan penolakan keras karena Kintan yang kaget melihat harga gaunnya yang mencapai delapan puluh juta, namun Nia berhasil meyakinkan kekasih bosnya itu bahwa gaun yang ia pilih sangat cocok di tubuhnya, dan Iqbal sama sekali tidak akan pernah keberatan dengan harganya.Haha. Nia memang bisa diandalkan untuk soal bujuk-membujuk. Apalagi mereka juga sesama wanita. Kalau saja Kintan pergi dengannya, bisa dipastikan mereka berdua malah b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   140. Plan B

    "Apa saya tidak akan diperkenalkan dengan pasanganmu yang menawan ini, Iqbal?"Iqbal hanya tersenyum dingin menanggapi lelaki licik itu. Sorot matanya menatap Sanjaka penuh peringatan, namun ucapannya memang ramah meskipun tetap saja kaku. "Perkenalkan ini Kintan. Kintan, ini Sanjaka Arsenio, kolegaku dulu di AD-Hype."Kintan bisa merasakan hawa panas yang keluar dari tubuh Iqbal, seakan ada teko air mendidih di sampingnya. Iqbal pasti tidak menyukai lelaki yang sedang tersenyum lebar ini.Sejujurnya Kintan juga tidak menyukainya, karena senyum lelaki itu menakutkan. Jenis senyum yang hanya melibatkan bibir, namun tak tampak sama sekali di matanya yang terlihat kosong dan hampa."Halo, Pak Sanjaka," sapa Kintan padanya. "Senang berkenalan dengan Anda."Lalu mereka pun berbasa-basi sebentar, sebelum Iqbal akhirnya membawa pergi Kintan masuk ke dalam gedung."Kamu tidak menyukai orang itu, ya?" tembak langsung Kintan saat mereka berjalan masuk dan mencari tempat duduk."Jangan dekat-d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   141. Menemukan Katya

    Sepeninggal Ibram yang terburu-buru untuk mencari keberadaan istrinya, Iqbal menatap lekat Kintan yang bertelanjang kaki sambil menenteng heelsnya, lalu tatapannya pun jatuh pada kaki Kintan yang kotor dan penuh dengan goresan luka.Sambil mendesah pelan, Iqbal meraih dan menggendong tubuh kekasihnya itu menuju sofa, lalu mendudukkannya dengan perlahan di sana. Kemudian ia berlutut di depan Kintan sambil menatap wajah cantik yang terlihat sangat cemas itu.Iqbal tersenyum. "Jangan takut, Katya akan baik-baik saja," ucapnya meneduhkan. "Aku obati kakimu dulu, ya?"Kintan masih diam saat Iqbal mengobati luka-luka di kakinya. Pikirannya jauh melayang, menerka-nerka apa yang terjadi dengan Katya dan apa yang menyebabkan wanita itu tiba-tiba pergi begitu saja dengan wajah yang begitu sedih dan terluka."Iqbal...""Hmm?""Apa menurutmu Katya sudah mengetahui soal perasaan Ibram padaku?" tanya Kintan dengan suara parau dan tatapan kosong. "Apa Sanjaka memberikan bukti soal itu pada Katya?"I

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   25. Morning Kiss

    Hari ini Katya sudah merasa jauh lebih baik.Ia terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa segar dan kuat, tapi yang ia butuhkan sekarang adalah mandi. Katya melihat ke samping, dan mendapatkan pemandangan yang membuat hatinya sejuk : Ibram yang masih tertidur pulas di atas sofa yang bisa dibuka menjadi bed. Kakinya yang panjang tampak menggelantung di pinggiran sofa karena tidak cukup menampung. Matanya terpejam rapat sementara bibirnya sedikit terbuka. Dengan celana training dan kaus santai, Ibram terlihat berbeda dari yang biasa Katya lihat. Wajah tampan yang biasanya dingin dan datar tanpa ekspresi, sekarang malah terlihat polos tanpa dosa seperti malaikat. 'Tampannya kekasihku.'Katya pun menatap Ibram lekat-lekat. Ingin rasanya ia menyurukkan wajahnya di dada bidang itu sambil memeluk lehernya. Apakah Ibram akan terbangun? Ya. Ia pasti terbangun. Jadi Katya hanya bisa memandang sosok itu dengan penuh cinta dari tempat tidurnya, karena tidak ingin membangunkan Ibram d

  • Duda dan Janda Bertetangga   24. Dendam Ibram

    Langkah kaki seorang perawat yang masuk ke dalam kamar, membuat Katya cepat-cepat menjauhkan tangannya yang semula sedang mengelus rahang maskulin Ibram. Ia malu, saat perawat mudah itu menatap Katya dan Ibram sambil mengulas senyum. "Bu Katya Lovina? Bagaimana perasaanmu saat ini, sudah merasa lebih baik?" tanyanya sambil memasangkan alat pengukur tekanan darah dan suhu tubuh pada Katya.Katya mengangguk. "Saya sudah merasa sehat kok suster. Boleh kan, keluar sekarang?" tanyanya penuh harap."Sabar, Sayang. Kurasa lebih baik kalau kamu di sini satu hari lagi, agar tubuhmu lebih fit," tukas Ibram sambil menggenggam erat tangan Katya."Menurut dokter juga begitu, Nona Katya. Anda diminta untuk istirahat dulu sehari." Lalu perawat itu pun melihat hasil tekanan darah dan temperatur tubuh Katya."Oke. Untuk suhu tubuh sudah normal, hanya tekanan darahnya saja yang masih agak rendah. Istirahat yang cukup dan makanlah makanan yang bergizi, Nona," saran perawat tersebut. "Saya permisi dul

  • Duda dan Janda Bertetangga   23. Curiga

    "Aku minta ibu bercerai dengan lelaki itu." Silvia tertegun, tidak menyangka kalau persyaratan yang diminta Katya adalah bercerai dengan suaminya. Wanita itu pun kemudian mengulas senyum tipis. "Katya, ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. Ibu tidak mungkin bisa tiba-tiba menceraikan suami ibu," bujuknya. Katya mengangguk pelan dengan raut yang datar. Ia sudah tahu kalau ibunya tidak akan pernah mau bercerai. "Baik, kalau begitu lupakan. Aku minta agar ibu jangan pernah menampakkan diri lagi, terutama di hadapan Sienna. Dia harus konsentrasi untuk penyembuhannya. Jika ia melihat ibu, aku khawatir Sienna tidak fokus dan juga jadi berharap terlalu tinggi pada ibu, padahal kenyataannya hanyalah berharap pada sesuatu yang sia-sia," tegas Katya. Ia merasa lelah dipermainkan seperti ini. Lalu Katya pun kembali ke tempat duduknya, dengan membelakangi Silvia. Sekarang ia merasa tidak bisa menangis lagi karena air matanya terasa kering, sekering

  • Duda dan Janda Bertetangga   22. Syarat

    "IBU?" Katya tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ibunya ada di sini, di rumah sakit? Apakah ia sedang berhalusinasi karena terlalu sedih? Ibram menoleh ke belakangnya, mengikuti tatapan terpaku Katya pada seorang wanita berambut coklat seleher yang tadi dipanggilnya ibu.Warna rambut wanita itu dan matanya begitu mirip dengan Katya. Begitu pun warna kulitnya yang putih. Ibram mengerutkan dahi, bolak-balik menatap Katya dan wanita di depannya. Wanita ini, apa benar ibunya Katya? Yah, memang ada kemiripan wajah antara keduanya. Tapi ada apa tiba-tiba saja ia muncul setelah menghilang sekian lama? Katya pun beranjak berdiri dengan tubuh kaku dan pandangan yang terus melekat pada wanita yang dipanggilnya ibu, diikuti oleh Ibram yang juga berdiri. Wanita itu kemudian berjalan mendekati Katya, dengan satu tangannya terulur ke wajah Katya. "Anakku... Katya," ucapnya lirih penuh damba. Ibram yang dari tadi masih terdiam menyaksikan semuanya, sekarang mulai bersuara. Ia pun b

  • Duda dan Janda Bertetangga   21. Seseorang Yang Tidak Disangka

    Ibram membalikkan tubuh Katya hingga kembali menghadapnya. Namun berbeda dengan sebelumnya, kali ini lelaki itu hanya diam mematung memandangi Katya.Katya menatap Ibram yang tiba-tiba terdiam seperti melamun. "Kenapa?" tanya Katya heran. Ibram pun menatap mata Katya, dan mencium kelopaknya lembut. "Aku baru menyadari sesuatu," ucapnya sambil kembali mencium kelopak mata Katya yang satunya."Menyadari apa?" tanya Katya lagi dengan suara serak, menikmati sentuhan bibir Ibram di matanya."Menyadari, kalau aku tidak akan sanggup hidup tanpamu, Katya. Jangan pernah pergi dariku, apapun yang terjadi di kemudian hari. Aku siap. Siap untuk mencintaimu seumur hidupku."Katya terperanjat. Perkataan Ibram yang diucapkan dengan nada yang sangat lembut itu telah menembus ke dalam hatinya. Hangat. Hatinya pun seketika menjadi hangat, bagaikan menangkup segelas susu panas di musim penghujan.Perutnya juga terasa aneh. Namun aneh yang menyenangkan, bagaikan ada seribu kepak sayap kupu-kupu beterb

  • Duda dan Janda Bertetangga   20. Rumah Pantai

    Ibram memasuki rumahnya yang berada di pinggir pantai sambil tetap membawa Katya di atas bahunya, tidak menghiraukan teriakan gadis itu yang terus saja meminta untuk diturunkan. Katya merasa pusing sekali karena Ibram sama sekali tidak mau mengubah posisi gendongannya itu. Kepala Katya terus menghadap ke bawah, dan ia merasa mau muntah sekarang. "Ibram, tolong turunkan aku. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar," keluh Katya dengan suara lirih. "Sabar, sayang. Aku akan menurunkanmu sesampainya di kamar kita," sahut Ibram kemudian. Ibram menaiki tangga menuju ke lantai dua, membuat Katya makin pusing karena terguncang-guncang seiring dengan langkah kaki Ibram yang menaiki setiap anak tangga. Dan seketika penglihatannya pun gelap. Gadis itu tak sadarkan diri. Ibram membuka pintu kamar yang paling besar di lantai dua, dan merebahkan Katya di ranjang besar bernuansa modern. Rumah ini begitu berbeda dengan rumah yang ia tempati bersama Adel. Terlihat sekali perbedaan mencolok

  • Duda dan Janda Bertetangga   19. Love or Obsession

    "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram dengan suaranya yang parau dan sarat akan emosi di dalamnya. Katya benar-benar kaget. Ia tidak menyangka kalau Ibram membawanya ke sini untuk melamarnya! Untuk sesaat ia benar-benar bingung dan tidak tahu harus berkata apa. Katya menyentuh lembut tangan Ibram yang menangkup wajahnya, dan memberikan senyum lembut pada lelaki itu. Katya bisa merasakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ibram sehingga membuatnya melontarkan pertanyaan itu. "Ibram, kenapa tiba-tiba sekali? Ada apa sebenarnya?" Ibram pun kembali mencium bibir Katya, kali ini penuh kelembutan dan perasaan. "Karena aku ingin memilikimu seutuhnya. Aku ingin membawamu dan juga adikmu masuk ke dalam keluargaku bersama Adel. Aku ingin kamu hanya melihatku, hanya memikirkanku, dan selalu menantikan kehadiranku." Ibram melepaskan tangannya dari wajah Katya, lalu meraih telapak tangan gadis itu dan mengecupnya lembut. "Jadilah milikku selamanya." Katya menghela napas. "Tidak."

  • Duda dan Janda Bertetangga   18. Teman / Lawan

    Rahang Ibram sontak mengeras ketika mendengar ucapan David padanya. Dia bilang... telah mencium Katya?? BRENGSEK!! Raut wajah Ibram berubah menjadi begitu kelam, sorot matanya yang tajam dan menakutkan itu pun hanya tertuju pada satu orang, yaitu David Satria. Ibram melangkahkan kakinya dengan tergesa dan merenggut kerah kemeja David dengan kedua tangannya. "Kenapa kau melakukan itu, David? KENAPA, BRENGSEK?!" Lalu dengan sekuat tenaganya, Ibram menghantam wajah David dengan kepalan tangannya, membuat David terjerembab dan darah segar mengucur deras dari hidungnya. Namun entah setan apa yang telah merasukinya, Ibram malah kembali menarik kerah baju David untuk menyentaknya berdiri, dan kembali memukulinya tanpa ampun. Setelah menerima beberapa pukulan, akhirnya David pun sempat mengelak, menahan tangan Ibram dengan tangannya, tapi kemudian Ibram malah kembali memukulnya dengan tangannya yang lain. Perkelahian ini sangat tidak seimbang. David yang tidak pernah

  • Duda dan Janda Bertetangga   17. Konfrontasi

    Ngopi bersama Nathan ternyata jauh lebih menyenangkan daripada yang Katya bayangkan sebelumnya. Suasana yang awalnya canggung perlahan mencair. Meskipun awalnya ketus dan dingin, Ibram akhirnya luluh juga oleh keramahan Nathan, yang dengan sikap supelnya mampu membuat siapa pun merasa nyaman.Ketika jarum jam menunjukkan pukul lima sore, Nathan pun berpamitan. Ia menjabat tangan Ibram dengan penuh hormat, lalu menjabat tangan Katya. Dan durasi jabat tangan itu membuat Ibram menegang. "Baik, saya pamit dulu. Terima kasih, Pak Ibram, Katya." Nathan tersenyum hangat, melambaikan tangan, lalu beranjak pergi.Ibram memperhatikan punggung Nathan yang menjauh dengan mata tajam, sementara Katya masih tersenyum kecil memandangi lelaki itu. Hati Ibram pun langsung memanas saat menyadarinya, dan sebelum Katya menyadari apa yang terjadi, kedua tangan Ibram menutup mata Katya dengan tegas."Ibram! Apa-apaan sih?" protes Katya kesal, matanya gelap tertutup telapak tangan besar kekasihnya."Jan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status