Semua Bab Duda dan Janda Bertetangga: Bab 131 - Bab 140

200 Bab

131. Melampiaskan Kerinduan

"Kintan. Bercintalah denganku." *** Kobaran api yang terlihat di mata coklat cemerlang itu benar-benar menakutkan. Seakan sanggup membumihanguskan segala yang ada di dekatnya hingga habis tak bersisa, dan membuat tubuh Kintan gemetar ketakutan sekaligus berdebar membayangkannya. Namun Kintan tidak bisa memalingkan wajahnya dan pergi, pun menjawab permintaan Iqbal yang membuatnya setengah mati melawan gejolak di dadanya untuk segera lompat ke dalam pelukan hangat dari dada bidang dan kokoh itu. Ia terlalu terpukau pada Iqbal, lelaki yang telah membuatnya jatuh hati, meskipun sampai saat ini pikiran Iqbal masih belum dapat ia selami. Dan dalam pesona mata indah yang penuh hasrat itu, Kintan pun tenggelam. Bagaimana ia bisa menjawab permintaan seksi yang diucapkan dengan suara yang juga seksi seperti itu? Mulut Kintan serasa terkunci. "Kuanggap diammu ini adalah 'YA'," tukas Iqbal, sebelum ia menyerang bibir Kintan dengan brutal. "Iqbal, hmmp...!" Kintan yang tadinya hendak mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

132. Validasi

Kintan terbangun dalam ranjang super besar dalam sebuah ruangan yang super mewah. Keningnya pun berkerut. Dimana aku? Uh. Kepalanya pusing sekali. Ah ya. Dia ingat sekarang. Dia habis bercinta dengan Iqbal. Bodohnya aku. Mana janjimu untuk tidak terbuai rayuan Iqbal sebelum lelaki itu mau berjanji melupakan balas dendamnya? Kintan pun mengutuk dirinya sendiri sambil mengira-ngira jika dirinya berada di dalam kamar di ruangan kerja Iqbal. Seingatnya mereka bercinta di sofa sebelumnya. Tiba-tiba Kintan merasakan ingin ke kamar kecil. Ia pun beranjak berdiri sambil meringis, menahan sedikit perih di bagian bawahnya. Hal yang seringkali ia rasakan sehabis bercinta dengan Iqbal. Uh. Iqbal dengan tubuhnya yang besar itu benar-benar ganas. Kintan menggigit bibirnya dengan wajah merona saat mengingat bagaimana panasnya mereka bercinta tadi. Tapi sekarang ia merasa sangat lega saat kakinya yang terkilir tidak terlalu terasa sakit lagi saat menapak di lantai marmer yang dingin, syukurla
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

133. Bali

Jam 7 malam.Kintan tidak bisa berhenti mengukir senyum konyol di wajahnya.Rasanya seperti ada bunga yang bermekaran di dalam hatinya, yang dinaungi oleh pelangi aneka warna dan awan seputih kapas yang lembut di atasnya.Haha. Dasar cheesy.Tapi setiap dia mengingat Iqbal dan apa yang mereka lakukan tadi pagi hingga siang, rasanya dadanya seakan meledak karena bahagia."Ngapain cengar-cengir sendiri? Gila ya?" sembur Rani melihat ekspresi Kintan yang terlihat seperti orang yang tidak waras di matanya.Bukannya tersinggung, Kintan malah melebarkan tangannya dan memeluk Rani yang sedang duduk di sampingnya. "Ih, kamu! Orang lagi bahagia kok dibilang gila, sih?!" protesnya gemas sambil menciumi pipi manajernya itu."Geliii iih... jangan cium-cium ah!!" jerit Rani kesal sambil mendorong kening Kintan dengan telunjuknya.Mereka semua baru saja selesai makan malam di rumah Kintan. Rani dan kedua anaknya Cindy dan Clara, menginap di rumah Kintan mulai malam ini hingga lima hari ke depan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

134. Aku Mengingatmu

Setibanya di Bali, pesawat pribadi Iqbal tidak landing di bandara komersil, melainkan di bandara pribadi milik FlashJet cabang Bali.Kintan baru mengetahui kalau selain di Jakarta, FlashJet juga memiliki bandara pribadi di Bali, Lombok, Singapore, Thailand dan Malaysia, Jepang, dan Shanghai. Sementara di negara lain, private jet akan menumpang landing di bandara komersil sesuai dengan lokasi negara yang dituju.Iqbal juga berencana menambah armada serta bandara di negara lain, terutama di destinasi-destinasi wisata populer.Kintan mengira mereka akan dijemput oleh seorang driver yang akan mengantarkan ke hotel yang dituju, namun wanita itu benar-benar terkejut saat melihat sebuah mobil Aston Martin Rapide berwarna jet black terparkir di depan bandara.Dua orang kru bandara membawakan koper-koper mereka dan memasukkannya ke dalam mobil sport itu, lalu memberikan kuncinya pada Iqbal.Kintan tidak tahu mereka akan menginap di hotel mana, karena Iqbal memang tidak memberitahukannya. Jadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

135. Ingatan Yang Kembali

"Aku mengingatmu."***Ingatan bertubi-tubi yang masuk ke dalam pikirannya membuat Kintan merasa pusing dan mual. Seperti ada yang mengaduk-aduk perutnya, dan membuatnya memuntahkan seluruh isinya.Iqbal mengelus pelan leher dan bahu Kintan yang sedang menunduk di kloset kamar mandi, wanita itu tidak berhenti muntah sejak setengah jam yang lalu, hingga akhirnya perutnya benar-benar kosong dan hanya cairan lambung yang keluar.Seharusnya Iqbal bahagia karena akhirnya ingatan Kintan telah kembali.Sekarang wanita itu akan mengingat awal pertemuan mereka saat bertetangga di apartemen tiga tahun yang lalu, dan bagaimana cinta perlahan hadir diantara mereka.Namun kenyataannya, ingatan yang kembali itu harus dibayar dengan rasa sakit yang dialami oleh Kintan. "Sabar ya, Sayang. Aku sudah memanggil Dokter ke sini," ucap Iqbal khawatir. Tadinya ia mau membawa Kintan ke rumah sakit, tapi wanita itu terus saja menolaknya.Setelah beberapa saat, akhirnya reaksi muntah Kintan pun mulai mereda.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

136. Pertemuan Pertama

"Kita sudah pernah bertemu satu sama lain... jauh sebelumnya dari pertemuan di apartemen, Iqbal." *** 18 TAHUN YANG LALU... "Iyaaa... tahu, Yessita itu kan sepupuku. Nggak usah cemburu kayak gitu jugalah," ucap Iqbal kalem. Satu tangannya sibuk menyetir mobil, sementara yang satu lagi memegang ponsel yang menempel di telinganya. Iqbal baru saja mengantar sepupunya Yessita ke kampus untuk mengikuti tes. Si bodoh itu lupa kalau jadwalnya telah dimajukan, dari yang seharusnya jam 1 siang diubah menjadi jam 10 pagi, jadi dia merengek minta diantarkan Iqbal karena dia nggak bisa ngebut saat membawa mobil. Iqbal terpaksa menunda janjinya dengan Rani untuk survey gedung pernikahan mereka, dan hal itu membuat tunangannya itu ngambek dan cemburu. "Okay, Ran. Aku masih di jalan nih. Nanti kalau sudah dekat rumahmu, aku telepon lagi, ya." Lalu Iqbal pun cepat-cepat memutuskan sambungan telepon itu agar bisa lebih fokus mengemudi. Sambil menghembuskan napas lelah, ia berusaha untuk menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

137. Sweet Surprise

Iqbal masih diam mematung setelah beberapa saat Kintan selesai bercerita tentang masa lalu. Masa lalu yang telah lama terlupa dari benaknya dan terbenam jauh di dalam ingatannya.Iqbal pun berusaha mengingatnya kembali. Memundurkan ingatannya ke delapan belas tahun yang lalu, dengan mengesampingkan kenangan-kenangan yang menyakitkan dan penuh luka, hanya berfokus pada kejadian waktu itu saja.Saat ia terlambat menjemput Rani untuk mencari gedung pernikahan mereka...Ya... ia ingat sekarang.Iqbal menatap lekat Kintan yang sedang tersenyum hangat padanya. Kintan, adalah si gadis bermata bening itu? Dia... gadis itu??Napas Iqbal pun seketika terasa sesak. Ya Tuhan. Waktu itu ia bahkan ingin membiarkan Kintan dan tidak menolongnya! Hampir saja Kintan menjadi korban human trafficking, jika saja waktu itu Iqbal mengurungkan niatnya untuk tidak peduli dan pergi.Iqbal ingat, setelah preman-preman itu pingsan, ia segera mengubungi pamannya yang seorang polisi dan meminta tolong untuk me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

138. Tamu Istimewa

Katya membawa sekeranjang besar parcel buah dan bubur ayam hangat untuk Kintan, karena mendengar kalau sepupu suaminya itu mual dan muntah-muntah hebat akibat memorinya yang telah kembali.Dengan sabar dan telaten, wanita muda itu pun menyuapi bubur ayam yang terasa nikmat dan menghangatkan perut Kintan yang kosong."Sejak kapan kalian berdiri di depan pintu?" tanya Kintan penasaran setelah menelan sesendok bubur."Kira-kira lima belas menit yang lalu, sejak kamu bilang kalau sudah pernah bertemu dengan Iqbal sebelumnya," sahut Katya riang tanpa beban."Ibram tadinya ingin menunggu di luar, tapi... aku masih penasaran dengan ceritamu, hehe... maaf ya. Kamu nggak marah kan?" tukas Katya polos, sambil nyengir dan terus menyuapi Kintan tanpa merasa bersalah sedikit pun, karena telah mengganggu momen privasi Kintan dan Iqbal.Tentu saja Kintan tidak akan pernah bisa marah pada wajah secantik dan sepolos ini. Ah, dia jadi melirik Ibram. Kintan saja yang sama-sama wanita tak sanggup memara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

139. Mr. Bond

Jam 7 malam.Iqbal dan Kintan sedang bersiap-siap untuk hadir dalam acara malam ini, ketika ponsel Iqbal yang berada di atas nakas pun tiba-tiba berdering.Sambil mengangkat telepon dari bawahannya yang sedang menyampaikan laporan, Iqbal memperhatikan Kintan yang sangat mempesona malam ini, dengan gaun hitam Dolce and Gabbana yang kemarin ia pilih bersama Nia.Iqbal memang menyuruh sekretarisnya itu untuk ikut membantu Kintan menemukan gaun yang ia suka, agar Nia bisa membujuknya untuk mencari gaun di butik terkenal.Meskipun sempat ada drama ngomel-ngomel dan penolakan keras karena Kintan yang kaget melihat harga gaunnya yang mencapai delapan puluh juta, namun Nia berhasil meyakinkan kekasih bosnya itu bahwa gaun yang ia pilih sangat cocok di tubuhnya, dan Iqbal sama sekali tidak akan pernah keberatan dengan harganya.Haha. Nia memang bisa diandalkan untuk soal bujuk-membujuk. Apalagi mereka juga sesama wanita. Kalau saja Kintan pergi dengannya, bisa dipastikan mereka berdua malah b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

140. Plan B

"Apa saya tidak akan diperkenalkan dengan pasanganmu yang menawan ini, Iqbal?"Iqbal hanya tersenyum dingin menanggapi lelaki licik itu. Sorot matanya menatap Sanjaka penuh peringatan, namun ucapannya memang ramah meskipun tetap saja kaku. "Perkenalkan ini Kintan. Kintan, ini Sanjaka Arsenio, kolegaku dulu di AD-Hype."Kintan bisa merasakan hawa panas yang keluar dari tubuh Iqbal, seakan ada teko air mendidih di sampingnya. Iqbal pasti tidak menyukai lelaki yang sedang tersenyum lebar ini.Sejujurnya Kintan juga tidak menyukainya, karena senyum lelaki itu menakutkan. Jenis senyum yang hanya melibatkan bibir, namun tak tampak sama sekali di matanya yang terlihat kosong dan hampa."Halo, Pak Sanjaka," sapa Kintan padanya. "Senang berkenalan dengan Anda."Lalu mereka pun berbasa-basi sebentar, sebelum Iqbal akhirnya membawa pergi Kintan masuk ke dalam gedung."Kamu tidak menyukai orang itu, ya?" tembak langsung Kintan saat mereka berjalan masuk dan mencari tempat duduk."Jangan dekat-d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status