David menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang penuh amarah. Tatapannya lekat tertuju pada Katya yang berdiri dengan wajah gugup, seolah pertanyaan barusan adalah tamparan yang tak ia duga. "Katya," suara David terdengar lebih lembut, namun sorot matanya tetap tajam, "apa tadi Ibram menciummu?" Gadis itu terdiam sejenak, darahnya berdesir cepat, seperti ombak yang menghantam tebing. Jantungnya berdegup tak keruan, mencoba merangkai jawaban tanpa terlihat goyah. "Pak David, kenapa bertanya seperti itu?" katanya, suaranya pelan namun penuh rasa waspada. David mendongak, kedua matanya terpejam sejenak sebelum tawa pendek keluar dari bibirnya. Bukan tawa bahagia, tapi itu tawa getir yang membawa luka tersembunyi. "Tentu saja dia menciummu," gumannya lebih kepada dirinya sendiri, namun cukup keras untuk didengar Katya. “Apa?” Katya melotot, mencoba menyangkal. "Tidak, itu tidak seperti yang Pak David pikirkan!" David segera memotongnya dengan nada rendah namun m
Last Updated : 2025-01-11 Read more