Beranda / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 8. Surprised Kiss (2)

Share

8. Surprised Kiss (2)

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 07:29:32

Ibram menangkap kedua tangan Katya yang hendak mendorong dada bidangnya agar menjauh.

Tanpa melepaskan ciumannya, kedua tangan Katya ditariknya ke atas, ke puncak kepala gadis itu.

Uh, Katya semakin terlihat sangat seksi dengan kedua lengan terangkat seperti itu.

Tubuh Ibram pun semakin mendesak dan menekan tubuh Katya, membuat gadis itu bisa merasakan sesuatu yang keras menekannya di bawah sana.

Meski belum sepenuhnya tersadar, gadis itu berusaha menyentak tangannya yang telah dikunci Ibram di kepalanya, namun sia-sia karena lelaki itu menggenggamnya dengan begitu erat.

Karena terpojok dan sulit bergerak, yang bisa ia lakukan hanya berupaya untuk menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan kanan dengan tujuan melepaskan diri dari serbuan bibir lelaki itu yang rupanya telah membuat otaknya ikut korslet.

Ibram pun akhirnya melepaskan bibirnya, membuat Katya sedikit bernapas lega. Namun itu rupanya hanya sesaat.

Di saat Katya mengira akhirnya akal sehat telah dimiliki oleh lelak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   9. Dua Ciuman Dari Dua Pria

    David menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang penuh amarah. Tatapannya lekat tertuju pada Katya yang berdiri dengan wajah gugup, seolah pertanyaan barusan adalah tamparan yang tak ia duga. "Katya," suara David terdengar lebih lembut, namun sorot matanya tetap tajam, "apa tadi Ibram menciummu?" Gadis itu terdiam sejenak, darahnya berdesir cepat, seperti ombak yang menghantam tebing. Jantungnya berdegup tak keruan, mencoba merangkai jawaban tanpa terlihat goyah. "Pak David, kenapa bertanya seperti itu?" katanya, suaranya pelan namun penuh rasa waspada. David mendongak, kedua matanya terpejam sejenak sebelum tawa pendek keluar dari bibirnya. Bukan tawa bahagia, tapi itu tawa getir yang membawa luka tersembunyi. "Tentu saja dia menciummu," gumannya lebih kepada dirinya sendiri, namun cukup keras untuk didengar Katya. “Apa?” Katya melotot, mencoba menyangkal. "Tidak, itu tidak seperti yang Pak David pikirkan!" David segera memotongnya dengan nada rendah namun m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Duda dan Janda Bertetangga   10. Kita Mau Kemana?

    Sore itu, Katya mengunjungi Sienna di rumah sakit. Ia berusaha keras mengesampingkan insiden ciuman tak terduga yang terjadi sebelumnya. Bukan saatnya memikirkan hal itu, sekarang yang terpenting adalah kesehatan adiknya. Tapi… pikirannya terus melayang kembali ke sana, membuat kepalanya pening. "Aku dan Bibir Murahanku," sebuah novel karya Katya Lovina. Katya mendengus sebal. "Hebat, bisa-bisa jadi best seller tuh!" gumannya dengan nada sarkastik. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Namun pikirannya terus melantur ke arah yang tak menentu. Semakin lama, bayangan Ibram dan David justru semakin memenuhi kepalanya, mengusik dengan caranya masing-masing. Dengan gelisah, Katya mempercepat proses berdandannya, berharap bisa segera mengenyahkan kedua pria itu dari pikirannya, setidaknya untuk sisa hari ini. *** Katya membuka pintu kamar rumah sakit tanpa mengetuk, membuat Sienna terlonjak kaget. "Ih, kukira dokter Daniel!" seru Sienna dengan nada s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Duda dan Janda Bertetangga   11. Rumah Megah Yang Penuh Luka

    "Apa??!! Ke rumah Pak Ibram? Tapi... bukannya Bapak yang bilang kalau saya baru mulai bekerja besok?" Katya membelalakkan mata, suara tingginya memantul di ruang mobil yang sempit . Dia bahkan nyaris menjatuhkan tas kecil yang diletakkannya di pangkuan. "Adel ingin kamu menemaninya tidur malam ini," jawab Ibram tenang, dengan kedua tangannya yang masih di kemudi. "Setelah dia terlelap, aku akan mengantarmu pulang." Katya menggigit bibirnya. Jawaban Ibram itu singkat tapi penuh perintah. Tidak ada ruang untuk menolak. Tapi... kenapa kalau Adel yang meminta dirinya, ia seolah kehilangan kekuatan untuk berkata tidak? Mungkin karena anak itu. Ya, anak itu. Ia selalu merasa kasihan pada Adel. Katya menghela napas dan mengalihkan tatapan ke luar jendela, membiarkan percakapan ini akhirnya menguap begitu saja. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan sebuah gerbang pagar tinggi yang begitu besar dan panjang, seolah menghalangi pandangan ke segala arah. Dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   12. Aku Tidak Bisa Berhenti Kali Ini

    “Adel? Ini Paman.” Gadis kecil dengan rambut hitam legam menoleh dari mejanya. Mata bulatnya langsung berbinar ketika melihat sosok yang berdiri di pintu. “Kakak!” serunya gembira, seraya berlari kecil dan langsung menghambur ke pelukan Katya. Katya tertawa sambil memeluk tubuh mungil itu erat-erat, merasa seolah seluruh kekhawatiran dunia memudar hanya dengan satu pelukan hangat dan tulus dari seorang anak kecil. Adel lalu mencium kedua pipinya, membuat Katya semakin tersentuh. Ibram memiringkan kepalanya, seiring dengan senyum kecil yang kini terukir di wajahnya. Ia selalu terheran-heran dengan reaksi gembira keponakannya bila bertemu Katya. “Hei, Paman juga ada di sini lho. Mana pelukan buat Paman?” sindir Ibram yang pura-pura kesal. "Oh iya, lupa!" Adel terkikik sebelum beralih memeluk Ibram dengan penuh semangat, mencium pipinya dengan suara kecupan keras yang membuat Ibram tertawa. “Kalau sampai lupa lagi, Paman kelitikin sampai besok pagi!” ancamnya sambil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Duda dan Janda Bertetangga   1. Tetangga Baru

    Kintan menengadah menatap gedung apartemen yang berada di depannya. Cuaca yang cukup terik siang ini, membuat wanita itu menyipitkan mata dan menangkup satu tangan di atas kepala, untuk menghalau sinar matahari yang menyilaukan mata.“Halo, tempat tinggal yang baru! Be nice with us, okay?” Gumannya sembari menyunggingkan senyum. Sambil menghela napas pelan, wanita itu pun berjalan dengan penuh semangat memasuki gedung 23 lantai itu.Kintan memiliki alasan tersendiri saat pindah dari rumah yang selama ini ia tingggali selama bertahun-tahun ke gedung apartemen ini, yaitu agar tidak terganggu dengan tetangga-tetangganya yang mendadak berubah rese dan julid. Terutama, sejak status dirinya yang tiba-tiba menjanda, karena kematian suaminya 6 bulan yang lalu.Ck. Memangnya kenapa sih dengan status janda?? Nggak ngerti deh dengan pemikiran picik mereka, yang seolah alergi dengannya dan merasa kalau Kintan adalah sebuah ancaman bagi suami-suami mereka.Padahal Kintan pun sama sekali tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Duda dan Janda Bertetangga   2. Adaptasi

    "Khal, berenang yuk!" ajak Kintan pada si sulung yang bernama Khalil, yang sedari tadi cuma cemberut menatap ke arah jendela kaca di kamarnya. Jendela yang memperlihatkan pemandangan indah kota di siang hari.Khalil merasa kesal karena harus pindah, karena ia pun menjadi kesepian karena tidak memiliki banyak teman bermain seperti di rumah yang dulu."Kakaaaakk... ayoooo kita belenaaang!!" ajak Kahfi, adiknya yang masih berusia 3 tahun dengan suara cemprengnya yang bikin telinga sakit. "Kakaaakkk dengel gak siiih? Ayooo kitaa lenaaang!"Khalil mendengus kesal. "Iyaaa iyaaa... berisik ah! Tunggu deh, aku ganti baju renang dulu." Lalu anak laki-laki itu pun mengambil baju renang yang sudah disiapkan oleh Kintan di atas tempat tidurnya.Ketika Khalil masuk ke kamar mandi untuk ganti baju, Kintan dan Kahfi langsung melakukan tos berdua."Berhasil!" bisik Kintan sambil tersenyum senang pada anak bungsunya.Kahfi pun nyengir. Mereka memang sengaja membuat Khalil nggak tahan mendengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Duda dan Janda Bertetangga   3. Tetangga Yang Baik Hati

    "Kok sudah pulang?" tegur Iqbal pada Gea, yang tampak baru saja masuk apartemen tak begitu lama darinya.Gea menghempaskan tubuhnya di atas sofa di samping papanya. “Tante Kintan yang meminta aku pulang. Katanya orang tua yang setelah lelah bekerja, ketika pulang perasaan lelah itu akan sirna saat melihat wajah anaknya yang tersenyum menyambut,” ucap Gea sambil menatap papanya."Ck. Tante Kintan bikin aku baper aja!" Gea mencebik sambil memeluk Iqbal manja. “Pa.” “Hm?”"Menurut papa, Tante Kintan cantik kan?""Kamu yang cantik," elak Iqbal sambil mencubit gemas pipi putrinya. "Jangan mulai deh, Ge!" Dengusnya, yang tahu kalau anaknya ini pasti berniat menjodohkan dirinya dengan Kintan.Gea pun nyengir lebar karena taktiknya ketahuan. "Pa, aku boleh main ke rumah Tante Kintan ya, kalau papa sedang bekerja? Aku seneng banget bisa bermain dengan Khalil dan Khafi. Rasanya seperti punya adik sendiri."Iqbal menatap putrinya sambil membelai rambut Gea. Ia tahu Gea kesepian sendirian di ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Duda dan Janda Bertetangga   4. POV Kintan

    Kintan senang sekali, karena sedikit lagi lukisan bunga lili kamar Gea akan selesai lebih cepat dari yang ia kira sebelumnya. Sebelum jam 5 sore juga sepertinya bisa selesai nih, jadi sepertinya dia nggak perlu balik lagi ke apartemen ini. Yah, mudah-mudahan saja Gea suka dengan hasilnya nanti. Saking senangnya, dia pun menari sesuka hati mengikuti irama musik yang menghentak. Sesekali ia mengangkat kedua tangannya yang memegang kuas ke atas, menggoyangkan pinggul dan kepalanya dengan gaya yang seksi. Kintan masih terus saja menggerakkan seluruh tubuhnya, merasa menjadi diri sendiri dan melupakan segalanya untuk saat ini. Hanya menari, mengikuti alunan musik yang dinamis. Tapi… ada yang aneh. Sekilas, ia seperti melihat bayangan seseorang yang tinggi berdiri di depan pintu kamar Gea. Seketika ia pun menoleh, dan terkesiap saat melihat Pak Iqbal yang berdiri diam di sana, menatapnya dengan raut datar dan sukar terbaca. "Aaaaaaaaa!!!" Kintan pun berteriak kaget. ‘

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   12. Aku Tidak Bisa Berhenti Kali Ini

    “Adel? Ini Paman.” Gadis kecil dengan rambut hitam legam menoleh dari mejanya. Mata bulatnya langsung berbinar ketika melihat sosok yang berdiri di pintu. “Kakak!” serunya gembira, seraya berlari kecil dan langsung menghambur ke pelukan Katya. Katya tertawa sambil memeluk tubuh mungil itu erat-erat, merasa seolah seluruh kekhawatiran dunia memudar hanya dengan satu pelukan hangat dan tulus dari seorang anak kecil. Adel lalu mencium kedua pipinya, membuat Katya semakin tersentuh. Ibram memiringkan kepalanya, seiring dengan senyum kecil yang kini terukir di wajahnya. Ia selalu terheran-heran dengan reaksi gembira keponakannya bila bertemu Katya. “Hei, Paman juga ada di sini lho. Mana pelukan buat Paman?” sindir Ibram yang pura-pura kesal. "Oh iya, lupa!" Adel terkikik sebelum beralih memeluk Ibram dengan penuh semangat, mencium pipinya dengan suara kecupan keras yang membuat Ibram tertawa. “Kalau sampai lupa lagi, Paman kelitikin sampai besok pagi!” ancamnya sambil

  • Duda dan Janda Bertetangga   11. Rumah Megah Yang Penuh Luka

    "Apa??!! Ke rumah Pak Ibram? Tapi... bukannya Bapak yang bilang kalau saya baru mulai bekerja besok?" Katya membelalakkan mata, suara tingginya memantul di ruang mobil yang sempit . Dia bahkan nyaris menjatuhkan tas kecil yang diletakkannya di pangkuan. "Adel ingin kamu menemaninya tidur malam ini," jawab Ibram tenang, dengan kedua tangannya yang masih di kemudi. "Setelah dia terlelap, aku akan mengantarmu pulang." Katya menggigit bibirnya. Jawaban Ibram itu singkat tapi penuh perintah. Tidak ada ruang untuk menolak. Tapi... kenapa kalau Adel yang meminta dirinya, ia seolah kehilangan kekuatan untuk berkata tidak? Mungkin karena anak itu. Ya, anak itu. Ia selalu merasa kasihan pada Adel. Katya menghela napas dan mengalihkan tatapan ke luar jendela, membiarkan percakapan ini akhirnya menguap begitu saja. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan sebuah gerbang pagar tinggi yang begitu besar dan panjang, seolah menghalangi pandangan ke segala arah. Dari

  • Duda dan Janda Bertetangga   10. Kita Mau Kemana?

    Sore itu, Katya mengunjungi Sienna di rumah sakit. Ia berusaha keras mengesampingkan insiden ciuman tak terduga yang terjadi sebelumnya. Bukan saatnya memikirkan hal itu, sekarang yang terpenting adalah kesehatan adiknya. Tapi… pikirannya terus melayang kembali ke sana, membuat kepalanya pening. "Aku dan Bibir Murahanku," sebuah novel karya Katya Lovina. Katya mendengus sebal. "Hebat, bisa-bisa jadi best seller tuh!" gumannya dengan nada sarkastik. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Namun pikirannya terus melantur ke arah yang tak menentu. Semakin lama, bayangan Ibram dan David justru semakin memenuhi kepalanya, mengusik dengan caranya masing-masing. Dengan gelisah, Katya mempercepat proses berdandannya, berharap bisa segera mengenyahkan kedua pria itu dari pikirannya, setidaknya untuk sisa hari ini. *** Katya membuka pintu kamar rumah sakit tanpa mengetuk, membuat Sienna terlonjak kaget. "Ih, kukira dokter Daniel!" seru Sienna dengan nada s

  • Duda dan Janda Bertetangga   9. Dua Ciuman Dari Dua Pria

    David menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang penuh amarah. Tatapannya lekat tertuju pada Katya yang berdiri dengan wajah gugup, seolah pertanyaan barusan adalah tamparan yang tak ia duga. "Katya," suara David terdengar lebih lembut, namun sorot matanya tetap tajam, "apa tadi Ibram menciummu?" Gadis itu terdiam sejenak, darahnya berdesir cepat, seperti ombak yang menghantam tebing. Jantungnya berdegup tak keruan, mencoba merangkai jawaban tanpa terlihat goyah. "Pak David, kenapa bertanya seperti itu?" katanya, suaranya pelan namun penuh rasa waspada. David mendongak, kedua matanya terpejam sejenak sebelum tawa pendek keluar dari bibirnya. Bukan tawa bahagia, tapi itu tawa getir yang membawa luka tersembunyi. "Tentu saja dia menciummu," gumannya lebih kepada dirinya sendiri, namun cukup keras untuk didengar Katya. “Apa?” Katya melotot, mencoba menyangkal. "Tidak, itu tidak seperti yang Pak David pikirkan!" David segera memotongnya dengan nada rendah namun m

  • Duda dan Janda Bertetangga   8. Surprised Kiss (2)

    Ibram menangkap kedua tangan Katya yang hendak mendorong dada bidangnya agar menjauh. Tanpa melepaskan ciumannya, kedua tangan Katya ditariknya ke atas, ke puncak kepala gadis itu. Uh, Katya semakin terlihat sangat seksi dengan kedua lengan terangkat seperti itu. Tubuh Ibram pun semakin mendesak dan menekan tubuh Katya, membuat gadis itu bisa merasakan sesuatu yang keras menekannya di bawah sana. Meski belum sepenuhnya tersadar, gadis itu berusaha menyentak tangannya yang telah dikunci Ibram di kepalanya, namun sia-sia karena lelaki itu menggenggamnya dengan begitu erat. Karena terpojok dan sulit bergerak, yang bisa ia lakukan hanya berupaya untuk menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan kanan dengan tujuan melepaskan diri dari serbuan bibir lelaki itu yang rupanya telah membuat otaknya ikut korslet. Ibram pun akhirnya melepaskan bibirnya, membuat Katya sedikit bernapas lega. Namun itu rupanya hanya sesaat. Di saat Katya mengira akhirnya akal sehat telah dimiliki oleh lelak

  • Duda dan Janda Bertetangga   7. Surprise Kiss

    Sudah tahu kan, kalau cewek yang sedang PMS itu tingkat kebaperannya bertambah menjadi 100 kali lipat?Itulah yang dirasakan Katya sekarang. Sekarang Katya sedang menahan dongkol karena ucapan Pak David tentang perasaannya pada dirinya, yang malah membuat gadis itu ini jadi ingin melahap makanan sebanyak-banyaknya.Tiba-tiba Katya merasakan sepasang tangan kecil dan lembut menutup matanya dari arah belakangnya. "Coba tebak, siapa aku?" suara imut dan cempreng khas anak-anak itu membuat Katya tersenyum. "Siapa ya?? Ooh iya... pasti Princess Jasmine!" tebak Katya berlagak sok yakin. Ia sengaja menyebut salah satu tokoh kartun itu karena pernah melihat tulisan karakternya di sepatu Adel.Suara cekikikan ceria pun terdengar. "Masa Jasmine sih! Itu kan cuma film kartun," protesnya. Adel melepaskan kedua tangannya dari mata Katya tapi tetap tidak beranjak dari belakang tubuh gadis itu. Katya memegang kedua tangan Adel dan mendongak menatap mata anak kecil itu yang berada di atasnya.An

  • Duda dan Janda Bertetangga   6. POV Ibram

    Gadis itu berbicara dengan David akrab sekali di lobby, dan Ibram pun mengerutkan dahinya. Ia heran melihat senyum dan tawa yang keluar dari Katya yang terlihat tulus dan santai. Apa jangan-jangan mereka telah saling mengenal? Brissa menggamit lengan Ibram. "Kita mau makan di mana?" tanyanya lembut. "Hmm?" Ibram masih menatap lekat sosok Katya dan David. "Bagaimana kalau di hotel Grand Heaven?" Itu adalah sebuah Hotel bintang lima yang sangat terkenal. "Steak-nya enak banget di situ. Ok!" sahut Brissa antusias. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan mau makan di mana saja, asalkan dengan Ibram. "Kita ajak David juga," cetus Ibram kemudian, membuat Brissa terdiam kecewa. Gagal sudah makan siang berdua dengan Ibram! "Ibram, kamu mau makan siang di luar juga?" sahut David heran ketika Ibram menyapanya di lobby. Tidak biasanya lelaki ini mau makan siang di luar. Biasanya Ibram makan di ruangannya, karena dia memang terkenal workaholic. "Ya, Adel mengajak makan di Grand Heaven. A

  • Duda dan Janda Bertetangga   5. Makan Siang

    "Aku masih berpikir apakah akan mempertahankan atau melepasmu dari One Million." Ibram pun berucap dengan tiba-tiba dan membuat Katya terkejut. What? Dia masih dendam rupanya! Wajah Katya pun mulai pucat. Waduh, sepertinya sekarang ia harus mulai memohon agar lelaki ini tidak membatalkan kontraknya. "Pak Ibram, begini..." "Baik. Kamu akan tetap mendapatkan kontrak di sini, tapi dengan satu syarat : jadilah pengasuh untuk Adelia, keponakanku," cetus Ibram tegas. Dan saat ini juga, lelaki itu menatap dalam dan tajam pada Katya, menunggu jawaban gadis itu. Katya menelan ludahnya dan mendehem dengan gugup. "Maaf, Pak Ibram. Tapi saya rasa... saya tidak bisa melakukan hal seperti itu." Serta-merta Ibram pun mengangkat kedua alisnya yang lebat dan hitam. "Kenapa tidak? Aku bahkan akan menggajimu tiga puluh lima juta sebulan! Dan tugasmu hanya menemani Adelia saja. Pekerjaan yang begitu ringan dengan bayaran begitu besar," ucapnya mengimi-imingi. "Dan kamu pun bisa tetap menj

  • Duda dan Janda Bertetangga   4. Membawanya Ke Dalam Hidup Adel

    Katya pun mengerutkan keningnya bingung karena tiba-tiba otaknya tidak bisa berpikir jernih. "Maaf, tadi barusan Pak Ibram bertanya apa?" Lelaki itu menahan senyumnya melihat kebingungan di mata Katya. Ia pun melepaskan tangannya dari bahu gadis itu, dan berjalan menuju telepon di meja untuk menghubungi seseorang. "Zi, dimana Adel?" "Adel di lantai atas, pak. Tadi Toni sedang membujuknya agar tidak terus-menerus menangis," jawab Zizi di seberang sana. "Bawa Adel ke ruanganku sekarang." Lalu Ibram menutup teleponnya. "Ambil ini, dan duduklah kembali di sofa." Lelaki itu memberikan minuman boba yang tadi telah dia minum kepada Katya. Katya menuruti perintah Ibram dan bergegas duduk di sofa dengan minuman boba dalam genggamannya. Adel sebentar lagi akan datang. Tak berapa lama, pintu ruangan itu pun terbuka, diikuti dengan sesosok anak kecil berkuncir satu yang sedang bercucuran air mata dan berlari menghambur ke arah Ibram. "Paman! Hiks... hiks..." Ibram memeluk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status