Home / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 106. Kintan Yang Berbeda

Share

106. Kintan Yang Berbeda

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-12-18 06:54:08
"Dilecehkan? Apa maksudmu?!"

Ibram berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kamar mandi, namun ia hanya berdiri di depan pintunya. "Sepertinya Lula telah diberi obat tidur yang dicampur dengan obat perangsang," ucapnya dengan suara desahan berat.

"Arga ingin mengambil kesempatan rupanya. Untung saja aku mencurigai Lula dan Arga yang tiba-tiba menghilang dari acara malam pembukaan."

Raut Iqbal pun seketika mengeras, dan tinjunya semakin kuat mengepal. Ia harus memukul sesuatu untuk melampiaskan amarah yang meletup-letup di dadanya, dan dinding di sampingnya pun akhirnya menjadi sasaran.

BUUUGGHHH!!!

Amarah yang memuncak disertai kemampuan beladiri membuat dinding kokoh itu retak terkena hantaman dari kepalan tangan Iqbal. Dan saat ia menarik tangannya, beberapa serpihan dinding itu pun langsung ikut jatuh dan berhamburan ke atas lantai, menyisakan kerusakan yang cukup parah.

Ibram menaikkan satu alisnya ke atas. Wow. Mengerikan juga pria ini.

Jika saja waktu itu Iqbal me
Black Aurora

eaaa menang banyak Pak Iqbal 🙈😁

| 6
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rey Val
booom lagi ya thuorrr hari ini... ditunggu lanjutan'y..... semangat thuor nulisny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Duda dan Janda Bertetangga   107. Apakah Anda Yakin?

    Kintan dan Iqbal sedang berlomba.Lomba dalam saling memberikan kehangatan, saling mencurahkan gairah dan melampiaskan panasnya hasrat membara yang membuncah di dalam dada mereka.Kintan menjerit saat Iqbal telah membuatnya terbuai dan melayang. Iqbal mengerang keras saat merasakan Kintan yang balik menggoda tubuhnya.Jeritan dan erangan nikmat terus terdengar bersahutan menghiasi malam yang gelap, seakan menjadi nyanyian penghantar sebelum terlelap.Ketika kegiatan panas mereka telah usai entah untuk yang keberapa kalinya, Kintan pun berbaring sambil memejamkan matanya. Napasnya masih deru memburu, serupa dengan napas lelaki di sampingnya.Hasrat yang tadi meledak-ledak di tubuhnya kini perlahan memudar. Kesepuluh jemari kakinya menggelung, merasakan desir-desir kenikmatan yang masih tertinggal di tubuhnya."Kintan..." Iqbal membuka suara dengan napas yang masih tersengal. Pandangannya terarah ke depan menatap langit-langit, lalu perlahan menolehkan kepalanya pada wanita cantik yang

    Last Updated : 2024-12-19
  • Duda dan Janda Bertetangga   108. What's Wrong With Me?!

    Kintan terbangun saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Sambil mengerjap-kerjapkan kelopak matanya yang terasa sangat berat, ia melirik jam besar dari anyaman rotan yang tergantung di dinding. Sudah jam 07.00. Ya ampun, Kintan tidak pernah bangun sesiang ini! Wanita itu buru-buru bangun, namun meringis dan menggigit bibirnya karena merasakan sebersit nyeri di bagian bawah tubuhnya. Saat ia hendak memeriksa apa yang terjadi, Kintan menjerit ketika menyadari tubuhnya yang tanpa busana! Ia benar-benar shock sampai refleks berdiri dari ranjang, dengan mengabaikan nyeri yang terasa semakin hebat karena gerakan tiba-tibanya itu. "Sayang?" sebuah suara serak dari arah ranjang mengagetkan Kintan. Kintan pun melotot melihat Iqbal yang tiba-tiba berada di ranjangnya dengan rambut kusut dan mata sayu masih mengantuk. "IQBAL??? Kamu... kenapa di sini?? Kamu di... Lombok?!" Meskipun Kintan kaget melihat tunangannya itu yang tiba-tiba berada di ranjangnya, namun ia merasa lega juga

    Last Updated : 2024-12-19
  • Duda dan Janda Bertetangga   109. Model

    Iqbal menggendong Kintan masuk ke dalam kamar mandi, namun dilihat dari tatapan nakal mata coklat cemerlang pria itu yang terus saja tertuju pada seluruh tubuh Kintan, tentu saja niatnya bukan hanya sekedar untuk mandi.Jujur saja, sebenarnya tubuh bagian bawah Kintan masih terasa perih setelah semalam mereka bercinta dengan berbagai gaya serta manuver, dan juga mengulanginya hingga berkali-kali. Milik Iqbal dengan ukurannya yang besar itu membuat Kintan kewalahan, meskipun juga sangat nikmat.Entah kerasukan setan apa semalam, namun Kintan tidak pernah bercinta sebanyak itu sebelumnya. Intensitas bercinta mereka yang maksimal ditambah dengan berbagai macam gaya tak pelak membuat organ intimnya sedikit nyeri di pagi hari.Dan pagi ini Iqbal masih ingin mengulanginya lagi??Baru membayangkannya saja sudah membuat Kintan meringis. "Sayang, aku benar-benar lelah. Kita mandi saja, ya?" rengeknya. "Tubuhku juga masih terasa nyeri."Iqbal terdiam. Sesaat dia tidak tega mendengar ucapan Kint

    Last Updated : 2024-12-19
  • Duda dan Janda Bertetangga   110. Curiga

    "Anda bisa masuk tanpa undangan, jika berkenan menjadi model untuk lukisan saya, Iqbal."Iqbal ingin tertawa mendengar permintaan wanita yang bernama Sabine ini. Apa katanya? Model?? Tidak pernah seumur hidupnya menjadi model untuk lukisan atau model pemotretan. Dulu sewaktu SMA memang ia pernah dapat tawaran untuk menjadi model katalog baju, tapi ia menolak. Iqbal merasa tidak bisa bergaya di depan kamera."Maaf, Nyonya. Saya rasa saya tidak punya skill sebagai model," tolak Iqbal halus."Tentu saja dia mau, Nyonya!" sambung Rani menggebu-gebu sambil memelototkan matanya diam-diam kepada Iqbal. "Jangan khawatir, saya akan membujuknya."Setelah Sabine pamit untuk masuk lebih dulu ke dalam tempat acara, Rani menarik tangan Iqbal dan Kintan untuk berbicara di tempat yang agak sepi."Iqbal, Noor Sabina itu adalah seniman yang paling dihormati di Asia! Dia sangat baik hati karena sudah mau berkolaborasi dengan Kintan yang notabene masih seniman baru. Please, dukung tunanganmu dong!" tuka

    Last Updated : 2024-12-20
  • Duda dan Janda Bertetangga   111. Ibuku

    "Maksudku, apa kamu nggak berpikiran darimana uang sebanyak itu dia dapat? Nggak curiga? Atau jangan-jangan dia dipecat gara-gara korupsi?" Kintan memicingkan matanya kesal pada wanita cantik berambut seleher dan berwajah eksotis di sampingnya itu. Nalurinya sebagai tunangan Iqbal pun mulai merasa gusar atas tuduhan Rani yang tanpa dasar. Seenaknya saja menuduh Iqbal korupsi! "Ran, jangan suka nuduh ya! Mungkin saja gajinya Iqbal sebagai Direktur Pemasaran memang besar!" tukas sengit Kintan yang membela tunangannya. "Cih. Ya pasti besarlah, namanya juga Direktur! Cuma bila dibandingkan dengan aset-aset yang sudah ia beli, rasanya itu nggak sebanding. Coba deh kamu iseng hitungin semua yang ia miliki," tantang Rani sambil menatap tajam wanita di sampingnya itu. Kintan pun terdiam. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ada pertanyaan yang sama seperti yang Rani utarakan tadi, terutama setelah Iqbal juga dengan gampangnya mendonasikan sepuluh milyar untuk galerinya. Bel

    Last Updated : 2024-12-20
  • Duda dan Janda Bertetangga   112. Iqbal Yang Berbeda

    Saat Iqbal akhirnya tiba dan duduk di samping Kintan, lelaki itu pun langsung mendekap tunangannya serta mengecup puncak kepala Kintan, dengan sengaja menunjukkan kepemilikannya pada Darren. Tatapan Iqbal tajam menusuk ke arah lelaki berparas bule yang masih saja melingkarkan lengannya di bahu Rani dengan santai. Namun dengan kurang ajar matanya malah masih lekat mengamati Kintan, barulah kemudian mengalihkan pandangannya pada Iqbal. Ia sama sekali tidak peduli dengan sorot dingin dan mengintimidasi dari mata coklat Iqbal. Untuk sejenak kedua lelaki berparas tampan itu pun melemparkan tatapan yang saling menilai. "Darren, kenalkan ini Iqbal, tunangan Kintan." Rani pun membuka suara. "Halo," sapa Darren tanpa mengulurkan tangannya, sementara Iqbal hanya mengukir senyum samar dari bibir pink pucatnya. "Darren ini adalah anaknya Noor Sabina," tutur Rani lagi memberitahu Iqbal yang hanya diam. Tiba-tiba Rani membelalakkan mata dan menunjuk arah panggung dengan antusias. "Lihat, luk

    Last Updated : 2024-12-20
  • Duda dan Janda Bertetangga   113. Iqbal Yang Berbeda (2)

    Iqbal telah membuka blazer putih Kintan yang telah basah karena terkena noda darah wanita itu di bagian pundaknya, juga membuka atasan kuning mengkilat di balik blazer. Kini yang tersisa hanyalah bra maroon berenda tanpa tali, sehingga pundaknya yang berdarah terkena gigitan ganasnya Iqbal pun terekspos dengan jelas, begitu juga dengan gundukan kembar milik Kintan yang menggiurkan. Tangan Iqbal tak tahan untuk mulai bergerak di bukit lembut itu, meremasnya dengan keras hingga membuat Kintan mengernyit kesakitan, sementara lidahnya dengan rakus terus menjilati darah yang menetes di pundak Kintan hingga kering. Tak berapa lama kemudian alirannya pun akhirnya berhenti serta lukanya mulai menutup. Kintan hanya diam dan terpaku, seumur hidup tak pernah melihat dan merasakan hal seperti ini sebelumnya. Selain Iqbal, ia hanya pernah bercinta dengan suaminya yang telah meninggal, Kemal, dan lelaki itu juga tidak pernah bertindak sekasar ini. Kintan benar-benar bingung atas perubah

    Last Updated : 2024-12-21
  • Duda dan Janda Bertetangga   114. Sisi Gelap Iqbal

    Hari telah beranjak sore, saat Kintan terbangun dari ketidaksadaran dirinya. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan lemas, serta hantaman nyeri kembali ia rasakan di tubuh bagian bawahnya seperti tadi pagi.Bahkan untuk sekedar bangun pun ia tidak sanggup lagi, tubuhnya gemetar dan menggigil sekarang. Keringat dingin membasahi keningnya, terus menetes hingga wajahnya. 'Apa... apa yang terjadi? Kenapa tubuhku serasa remuk?'Kelopak matanya terasa berat, dan Kintan memutuskan untuk melanjutkan istirahatnya saja. Toh, ia tidak memiliki tenaga untuk sekedar bergerak pun.Tiba-tiba Kintan merasa tubuhnya seperti melayang. 'Apa ini? Apa aku sedang terbang?'Dengan sangat perlahan, Kintan membuka mata, dan melihat Iqbal yang ternyata sedang menggendongnya menuju ke kamar mandi."Iqbal?" tanya lirih Kintan.Tapi Iqbal hanya diam saja, dan membenamkan tubuh Kintan di dalam bathbtub air hangat dengan beraroma bunga mawar yang menyenangkan.Kintan bersyukur karena Iqbal selalu memandikannya sehabis

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status