Share

101. Teman Kencan

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 10:43:53

"Hai, Kintan," Arga menyapanya dengan ramah dari arah belakangnya.

'Jangan menoleh, Kintan. Jangan menoleh, jangan menoleh!!! Cepat pergi ke kamarmu dan kunci pintunya rapat-rapat!'

Suara hati Kintan yang terus saja bergaung di otaknya itu otomatis membuat Kintan pusing, karena sekarang ia pun bingung harus bagaimana.

Tapi ya nggak mungkin juga kan, Kintan langsung kabur begitu saja!

Akhirnya dengan perlahan dan dengan senyum kaku di wajahnya, Kintan pun membalikkan badan dan menatap Arga.

Sorot dari manik gelap Arga pun terpaku pada wanita yang terlihat sangat memukau di hadapannya itu. Dengan tatapan memuja, ia menatap lekat Kintan yang ayu bagai bidadari.

Kintan berdandan sangat cantik hari ini, juga memakai kebaya sewarna kulit yang membalut pas tubuh rampingnya.

Arga menahan napas saat tatapannya kembali berlabuh pada bagian dada yang melekuk lembut, penuh dan sangat sensual di matanya, membuat Arga berusaha keras menahan hasratnya untuk menarik tubuh wanita itu masuk ke dalam k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   102. Dilema Arga

    "Apa kabarmu?" tanya wanita itu sambil tersenyum pada Arga setelah melepas pelukan di antara mereka. Noor Sabina memiliki mata hijau yang bercahaya, sewarna dengan tunik dan celana panjang yang ia kenakan. Seuntai syal tenun khas Lombok menjuntai di lehernya, menjulur di kedua sisi tubuhnya. Ia menggelung rambutnya yang coklat terang dengan tusuk sanggul modern yang cantik. Arga tersenyum dengan lesung pipinya. "Kabarku sangat baik, Sabine. Bagaimana kabarmu? Kukira sekarang kamu sedang sibuk di New York dan tidak dapat hadir di sini." Wanita itu pun mendesah pelan. "Fred memaksaku mengambil cuti dari galeri untuk ke Indonesia sekaligus liburan," sahutnya sambil tertawa. Fred Baker adalah suaminya yang asli Amerika. "Oh iya, kenalkan ini Kintan Larasati dari agensiku, dia sekaligus pemilik The Kinlar's Gallery di Singapore." Akhirnya Arga pun mengenalkan Kintan setelah berbasa-basi beberapa saat. Noor Sabina menjabat hangat tangan Kintan yang terulur padanya, lalu menatap Kintan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Duda dan Janda Bertetangga   103. Terhanyut Gairah

    Arga mengusap darah yang mengucur deras dari hidungnya. Matanya berkunang-kunang dan pipinya terasa kebas akibat pukulan telak dari Ibram di wajahnya yang bertubi-tubi. Ia tahu sekarang kalau CEO ini telah memanfaatkan dirinya. Memanfaatkan kelemahannya karena menyukai seorang wanita bernama Kintan Larasati. Penyesalan mendalam pun tak dapat ia hindari lagi. Betapa bodohnya seorang Arga! Kenapa ia tidak mencurigai motif di balik permintaan Ibram itu? Seharusnya ia curiga saat Ibram memberinya obat tidur untuk Kintan, dan menyuruhnya untuk meniduri sepupunya itu! Bukankah itu sangat aneh? Tapi saat itu Arga tidak memusingkannya sama sekali, karena begitu menginginkan Kintan. Logikanya telah terbutakan oleh hasrat menggebu-gebu untuk memiliki wanita yang sangat ia sukai itu. Arga sekarang sadar kalau bosnya ini sepertinya memang punya gangguan mental. Sepertinya ia juga menginginkan Kintan yang notabene adalah sepupunya! Ibram ingin menyingkirkan satu-satu saingannya dengan mene

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Duda dan Janda Bertetangga   104. Kedatangan Iqbal

    "Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Kintan dengan suaranya yang terdengar sangat menghanyutkan. Ibram memicing tajam menatap sepupunya itu dengan pertanyaannya yang terdengar absurd di telinganya. 'Huh, memeluk?? Aku bahkan ingin menyantapmu, Lula!!' Lalu tiba-tiba Kintan pun tersenyum manis, dan senyumnya yang polos dan lembut itu membuat Ibram benar-benar terpana. DAMNED!! Persetan dengan dengan segalanya, aku akan melahap wanita ini sekarang! Seketika itu pula Ibram meraih serta membenamkan kesepuluh jarinya di dalam rambut hitam Kintan yang kusut dan basah terkena air, serta menarik kepala wanita itu mendekat untuk mengecup bibir manis merayu yang membuatnya lupa diri. Saat jarak antara dua bibir yang saling mendamba itu pun semakin mendekat, tiba-tiba terdengar nada denting suara ponsel yang membuat kedua insan itu terkejut. Suara itu berasal dari kemeja biru navy milik Ibram yang tadi telah dilempar sembarangan olehnya dan sekarang teronggok di lantai kamar mandi. Ibram m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Duda dan Janda Bertetangga   105. Sang CEO FastJet

    "Yang pasti, Pak Iqbal Bimasakti, CEO FastJet itu, akan segera tiba di sini dalam satu jam untuk bertemu dengan calon istrinya," tukas Toni.Ibram mendengus kesal. Kedatangan Iqbal akan membuat semua rencananya gagal. Ibram harus memutar otak mencari cara baru untuk memisahkan Kintan dari Iqbal."Bagaimana dengan anak-anak mereka?" tanya Ibram lagi. "Apa Iqbal meninggalkan mereka begitu saja?""Mereka dititipkan pada orang tua anda, Tuan.""Apaa??!!""Anak Pak Iqbal dan Nyonya Lula dititipkan kepada orang tua Anda," sahut Toni lagi."Mana mungkin! Orang tuaku sudah kembali ke Amerika kemarin!" bantah Ibram."Tidak, Tuan Ibram. Mereka telah memundurkan jadwal keberangkatan ke Amerika hingga minggu depan," terang Toni lagi.Wajah tampan Ibram pun berubah menjadi sangat gelap dan kelam mendengarnya. Kedua tangannya terkepal kuat, dan pelipis serta gerahamnya bergerak-gerak."SIALAN!!"PRAAANNG!!!Ibram meraih vas bunga dari atas meja dan dengan geram melemparkannya ke dinding hingga bend

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Duda dan Janda Bertetangga   106. Kintan Yang Berbeda

    "Dilecehkan? Apa maksudmu?!" Ibram berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kamar mandi, namun ia hanya berdiri di depan pintunya. "Sepertinya Lula telah diberi obat tidur yang dicampur dengan obat perangsang," ucapnya dengan suara desahan berat. "Arga ingin mengambil kesempatan rupanya. Untung saja aku mencurigai Lula dan Arga yang tiba-tiba menghilang dari acara malam pembukaan." Raut Iqbal pun seketika mengeras, dan tinjunya semakin kuat mengepal. Ia harus memukul sesuatu untuk melampiaskan amarah yang meletup-letup di dadanya, dan dinding di sampingnya pun akhirnya menjadi sasaran. BUUUGGHHH!!! Amarah yang memuncak disertai kemampuan beladiri membuat dinding kokoh itu retak terkena hantaman dari kepalan tangan Iqbal. Dan saat ia menarik tangannya, beberapa serpihan dinding itu pun langsung ikut jatuh dan berhamburan ke atas lantai, menyisakan kerusakan yang cukup parah. Ibram menaikkan satu alisnya ke atas. Wow. Mengerikan juga pria ini. Jika saja waktu itu Iqbal me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Duda dan Janda Bertetangga   107. Apakah Anda Yakin?

    Kintan dan Iqbal sedang berlomba.Lomba dalam saling memberikan kehangatan, saling mencurahkan gairah dan melampiaskan panasnya hasrat membara yang membuncah di dalam dada mereka.Kintan menjerit saat Iqbal telah membuatnya terbuai dan melayang. Iqbal mengerang keras saat merasakan Kintan yang balik menggoda tubuhnya.Jeritan dan erangan nikmat terus terdengar bersahutan menghiasi malam yang gelap, seakan menjadi nyanyian penghantar sebelum terlelap.Ketika kegiatan panas mereka telah usai entah untuk yang keberapa kalinya, Kintan pun berbaring sambil memejamkan matanya. Napasnya masih deru memburu, serupa dengan napas lelaki di sampingnya.Hasrat yang tadi meledak-ledak di tubuhnya kini perlahan memudar. Kesepuluh jemari kakinya menggelung, merasakan desir-desir kenikmatan yang masih tertinggal di tubuhnya."Kintan..." Iqbal membuka suara dengan napas yang masih tersengal. Pandangannya terarah ke depan menatap langit-langit, lalu perlahan menolehkan kepalanya pada wanita cantik yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Duda dan Janda Bertetangga   108. What's Wrong With Me?!

    Kintan terbangun saat mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Sambil mengerjap-kerjapkan kelopak matanya yang terasa sangat berat, ia melirik jam besar dari anyaman rotan yang tergantung di dinding. Sudah jam 07.00. Ya ampun, Kintan tidak pernah bangun sesiang ini! Wanita itu buru-buru bangun, namun meringis dan menggigit bibirnya karena merasakan sebersit nyeri di bagian bawah tubuhnya. Saat ia hendak memeriksa apa yang terjadi, Kintan menjerit ketika menyadari tubuhnya yang tanpa busana! Ia benar-benar shock sampai refleks berdiri dari ranjang, dengan mengabaikan nyeri yang terasa semakin hebat karena gerakan tiba-tibanya itu. "Sayang?" sebuah suara serak dari arah ranjang mengagetkan Kintan. Kintan pun melotot melihat Iqbal yang tiba-tiba berada di ranjangnya dengan rambut kusut dan mata sayu masih mengantuk. "IQBAL??? Kamu... kenapa di sini?? Kamu di... Lombok?!" Meskipun Kintan kaget melihat tunangannya itu yang tiba-tiba berada di ranjangnya, namun ia merasa lega juga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Duda dan Janda Bertetangga   109. Model

    Iqbal menggendong Kintan masuk ke dalam kamar mandi, namun dilihat dari tatapan nakal mata coklat cemerlang pria itu yang terus saja tertuju pada seluruh tubuh Kintan, tentu saja niatnya bukan hanya sekedar untuk mandi.Jujur saja, sebenarnya tubuh bagian bawah Kintan masih terasa perih setelah semalam mereka bercinta dengan berbagai gaya serta manuver, dan juga mengulanginya hingga berkali-kali. Milik Iqbal dengan ukurannya yang besar itu membuat Kintan kewalahan, meskipun juga sangat nikmat.Entah kerasukan setan apa semalam, namun Kintan tidak pernah bercinta sebanyak itu sebelumnya. Intensitas bercinta mereka yang maksimal ditambah dengan berbagai macam gaya tak pelak membuat organ intimnya sedikit nyeri di pagi hari.Dan pagi ini Iqbal masih ingin mengulanginya lagi??Baru membayangkannya saja sudah membuat Kintan meringis. "Sayang, aku benar-benar lelah. Kita mandi saja, ya?" rengeknya. "Tubuhku juga masih terasa nyeri."Iqbal terdiam. Sesaat dia tidak tega mendengar ucapan Kint

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status