Beranda / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 33. Perayaan Kemenangan

Share

33. Perayaan Kemenangan

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 14:19:22
Khalil, Iqbal, Gea dan Khafi sedang berada di atas podium, merayakan kemenangan Khalil yang gemilang sebagai juara 1 pada lomba pidato Bahasa Inggris.

Mereka meloncat-loncat dan mengayunkan satu tangan dengan gaya serempak sambil bernyanyi lagunya Queen 'We are the champion' dengan heboh, membuat semua orang tertawa dan bahkan banyak yang merekam kejadian itu dengan ponsel.

Sementara Kintan yang duduk di kursi penonton hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu.

Bahkan sekarang sang MC yang juga salah satu guru di sekolah pun ikut-ikutan bernyanyi dan mengayunkan tangan bersama mereka!

Saat tadi Khalil menerima piala sebagai juara 1, Iqbal dan Gea yang sedang menggendong Khafi langsung berteriak heboh, dan tiba-tiba saja mereka ikut naik ke atas panggung.

Kintan kaget sekali, saat melihat bapak dan anak perempuannya yang sama-sama tengil itu dengan santainya ikut merayakan kemenangan Khalil di sana.

Puas bernyanyi, Iqbal pun menyerahkan mic kembali kepada MC.
Black Aurora

Eaaa sambung besok deh wkwkwk... btw, hari ini 4 bab lagi yeaayy

| 8
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   34. Jubah Pink

    "Pakai itu, dan jangan pakai apa-apa lagi di dalamnya," ucap Iqbal dengan nada semanis madu, namun dengan sorot mata sepanas bara api yang berkobar dengan liar. Lalu ia pun mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku, dan menaruhnya di atas meja rias di sebelah pintu kamar Kintan. "Ini kunci apartemenku. Jangan lama-lama, Kintan. Dan jangan membuatku rindu," ucapnya sambil menyunggingkan senyum tampan yang mempesona sekaligus menggoda, seraya menatap sekujur tubuh Kintan yang mulai merona. Damned. Ia ingin sekali melahap Kintan sekarang juga, namun sayangnya kamar wanita itu tidak kedap suara seperti kamarnya. Kintan menelan ludah yang terasa berat, serta mengerjap-kerjapkan matanya yang mulai berkabut karena karena hasrat. Sial. Bahkan ucapan Iqbal yang seperti itu saja sudah membuat tubuhnya menggigil penuh antisipasi. Kintan tidak tahu kenapa ia menjadi seperti ini, begitu mudah terpicu hanya dengan ucapan provokatif atau sentuhan kecil dari Iqbal. Bahkan kini sekujur tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Duda dan Janda Bertetangga   35. Pindah

    Kintan terbangun dengan perasaan yang campur-aduk, setelah percintaannya yang begitu panas dan penuh gelora dengan Iqbal semalam. Tubuhnya terasa kacau dan tulangnya seperti hancur berantakan, namun hatinya serasa meledak dalam kebahagiaan. Ia tidak pernah merasakan kegiatan bercinta yang bisa sedahsyat itu, dan bahkan bisa berkali-kali seperti itu dalam semalam! Perlahan ia pun mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas ranjang, dan merasakan sedikit nyeri di area kewanitaannya. Uh. Iqbal dan tubuhnya yang besar itu membuatnya seperti seorang perawan lagi, merasakan nyeri sehabis bercinta. Untung sekarang hari minggu, sehingga ia bersantai dulu pagi ini. Kintan menoleh pada nakas di samping tempat tidurnya, dan mengernyit saat melihat ada beberapa obat dan secarik kertas di situ. Ia meraih kertas serta membaca tulisan di dalamnya. 'Maaf kalau aku sedikit kasar padamu, sayang. Minumlah obat anti nyeri ini kalau ada keluhan, ya? Semalam begitu menakjubkan, Kintan. I lov

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Duda dan Janda Bertetangga   36. Kompromi

    Jam 09.50 malam Kintan kembali ke apartemennya dan melihat Khalil serta Khafi yang belum juga tidur. Mereka tampak masih asik main dan menonton televisi. "Khalil, Khafi kok belum tidur? Sudah hampir jam sepuluh," tegurnya. "Mama dari mana?" tanya Khalil tiba-tiba. "Dari... bawah. Ada perlu sebentar," bohong Kintan. "Mama, Khafi mau donat," seru Khafi ketika ia melihat iklan donat di televisi. "Besok ya, Sayang. Sekarang tidur dulu, yuk," ajak Kintan sambil mencium puncak kepala anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Setelah mencuci muka, sikat gigi, dan memakai piyama, Khalil dan Khafi pun segera menuju tempat tidur. "Ma, besok kita ke makam Papa yuk," cetus Khalil tiba-tiba, sambil menutupi dirinya dengan selimut bergambar bola. Kintan yang sedang menyelimuti Khafi, sontak menoleh dan menatap anak sulungnya itu. "Khalil kangen Papa, ya?" Khalil hanya membalas pertanyaan Mamanya dengan senyuman tipis di bibirnya, membuat jantung Kintan tiba-tiba berdetak keras. ‘Pasti Khal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Duda dan Janda Bertetangga   37. Voice Note

    Iqbal menepati janjinya.Entah bagaimana ia bisa mempengaruhi Direksi perusahaan, dan membuat mereka setuju untuk mengganti dirinya dengan orang lain yang akan ditempatkan di Abu Dhabi.Namun, Iqbal harus tetap harus berangkat dalam rangka dinas selama selama tiga minggu, untuk melatih penggantinya tersebut serta untuk menghadap dan melapor langsung kepada CEO di sana.Gea yang lebih dahulu mengetahui kabar tersebut dari Papanya, langsung berlari ke apartemen sebelah untuk menemui Kintan dan memeluk tubuhnya erat. Kemudian sambil mengecup pipi wanita itu, anak remaja itu pun berbisik, "Tante, tau nggak? Sekarang Papa yang malah menyuruh Gea untuk memanggil dengan sebutan ‘Mama Kintan’, bukan ‘Tante Kintan’ lagi. Katanya, Papa mau secepatnya menikahi Tante Kintan sepulangnya dari Abu Dhabi."Kintan merasa wajahnya pun merah bagaikan tomat mendengar ucapan Gea. Ia merasa malu tapi sekaligus juga berbunga-bunga.Kintan bahagia ketika mendengar Iqbal yang hanya dinas ke Abu Dhabi selama

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Duda dan Janda Bertetangga   38. Jalan Yang Panjang Untuk Kembali Padamu

    Iqbal sangat gelisah.Sudah seharian ini Kintan tidak menjawab telepon atau pun video call darinya. Bahkan puluhan pesan yang ia kirim pun masih bertanda centang dua abu-abu, yang artinya belum dibaca.Apa yang terjadi?Oh iya. Ia akan coba menelepon Yessita untuk meminta tolong agar memeriksa keadaan Kintan. Iqbal pun melihat jam yang melingkar di tangannya. Masih jam 12 siang waktu Abu Dhabi, berarti sekitar jam 3 sore di Jakarta. Perbedaan waktu antara dua negara ini hanya tiga jam.Iqbal pun menelepon Yessita, beberapa kali deringan terdengar namun tidak diangkat, sampai akhirnya terdengar suara operator yang meminta maaf karena nomor tersebut tidak dapat dihibungi.Iqbal pun mendesah keras. Baru tiga hari ia berada di Abu Dhabi, dan sekarang tiba-tiba Kintan sudah menghilang begitu saja. Apa sebaiknya dia menelepon Gea? Ah, tidak. Nanti anak itu akan khawatir. Apalagi dia sedang bersama Rani.Lalu sekarang apa yang harus ia lakukan?***Kintan terbangun di rumah sakit dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Duda dan Janda Bertetangga   39. POV Iqbal

    "Kintan, perkenalkan pria ini namanya Kak Iqbal…" Yessita sedang memperkenalkanku dengan wanita yang sangat cantik. Yang selalu membuatku ingin meletakkan seluruh dunia di kakinya, dan seluruh hatiku di tangannya. Entah untuk di jaga atau pun dihancurkan, itu terserah padanya. Toh, hatiku pun telah hancur berkeping-keping saat ini. Wanita itu pun mengangguk dan tersenyum padaku. Bukan senyum menggoda seperti yang biasa ia berikan hanya untukku. Bukan pula senyum manis seperti saat dia melepasku untuk menjalankan dinas ke Abu Dhabi. Tapi senyuman asing yang diberikan oleh seseorang sebagai rasa hormat. Aku pun merasa tidak sanggup melihatnya. Kenapa ia tersenyum? Bukankah tubuhnya penuh luka? "Halo," ucap wanita cantik itu dengan suara yang begitu kurindukan. Aku ingin sekali merengkuh tubuhnya untuk menghirup aroma bunga dari kulit dan rambutnya, tapi amnesia sialan itu telah menghalangiku untuk melakukannya. "Halo," jawabku singkat. Aku terus menatapnya dengan leka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Duda dan Janda Bertetangga   40. Sstt... Jangan Bilang Yessita!

    ***Beberapa saat sebelumnya*** Kintan sedang bermimpi. Memimpikan seorang lelaki yang sedang tersenyum cerah padanya, dan menggandeng tangannya sambil berjalan menyusuri pantai di sore hari. Mereka berjalan bertelanjang kaki, merasakan pasir lembut yang membelai telapak dan air laut yang kadang menyapa mereka dengan ombaknya. Suasananya begitu indah, namun sunset yang berada dibelakang lelaki itu membuat bayangan gelap, sehingga Kintan tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Kintan hanya bisa melihat dan merasakan tubuhnya yang tinggi dan kokoh, genggaman eratnya yang hangat dan senyumnya yang menawan. Lelaki itu membisikkan sesuatu padanya, entah apa, tapi membuat Kintan tersenyum dan tertawa bahagia. Lalu lelaki itu pun mencium bibirnya dengan lembut, membuat Kintan seakan terbang melayang. Dan Kintan pun membalasnya dengan kelembutan yang sama, memberikan dirinya utuh untuk dicintai dan mencintai. Namun setelah beberapa saat, ciuman lembut itu tiba-tiba berubah menjad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Duda dan Janda Bertetangga   41. Putus

    Hah?? Memberikan bukti?? “Aku yang akan menilai apa kamu benar-benar mencintai Yessi,” tambah Kintan lagi seraya melipat tangannya di dada.“Oke. Kamu mau bukti apa?” Iqbal pun akhirnya mengalah dan memutuskan untuk mengikuti permainan ini walaupun terasa sangat menggelikan baginya, yang terpenting Kintan tidak membenci dan menjauhinya.“Coba cium Yessi,” ucap wanita itu mengejutkan. Kali ini Iqbal yang menatap Kintan seakan wanita itu sudah gila. Ya benar saja!!! Hei, harus bagaimana ini???Iqbal tersenyum hambar pada Kintan yang sedang melipat tangannya di dada. “Masa iya, aku harus mencium Yessita di depan kamu? Nanti dia jadi malu, Kintan.”"Cih. Malu sih sudah pasti. Tapi sebagai seorang wanita, pasti juga ada perasaan berbunga-bunga jika dicium secara spontan dan penuh cinta di hadapan orang lain," tukas Kintan dengan sangat yakinnya.“Dan Yessi pasti juga senang kalau kamu tiba-tiba menciumnya di depanku,” tambahnya lagi.Iqbal pun seketika tertawa dalam hati mendengarnya. ‘A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status