"Gea suka sama mama Kintan, pa. Orangnya baik, lembut dan jago masak. Gea juga sudah menganggapnya... seperti mama kedua."Iqbal pun hanya terdiam mendengar perkataan Gea. Sebenarnya ia sangat sedih mendengarnya. Di usia 11 tahun, Gea memang sudah tidak tinggal lagi dengan ibu kandungnya sendiri, Rani. Mungkin itu yang menyebabkan Gea menyukai Kintan yang keibuan, karena ia memang butuh sosok seorang ibu di sisinya."Terus, apa Kintan nggak keberatan kamu memanggilnya seperti itu?""Sama sekali nggak keberatan kok. Mama Kintan kan baik hati," kilah Gea. "Tapi Papa nggak marah kan?" tanya Gea lagi.Iqbal kembali terdiam. Apakah ia harus marah? Tidak. Hanya saja, itu terasa tidak benar. "Gea, Kintan itu hanya tetangga kita. Sebaiknya kamu tidak memanggilnya mama. Coba kamu pikirkan bagaimana perasaan mamamu Rani jika ia sampai tahu. Dia pasti sedih."Gea tercenung sesaat. "Jadi, menurut papa sebaiknya Gea kembali memanggil Tante Kintan saja ya?"Iqbal mengangguk. "Lebih baik begitu,"
Last Updated : 2024-11-24 Read more