Beranda / Romansa / Duda dan Janda Bertetangga / 25. Day One In Love... And Fight

Share

25. Day One In Love... And Fight

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 07:51:12

"Ma, sore ini Jayden ulang tahun dan katanya mau dirayakan di rumahnya. Aku kepengen datang Ma, boleh ya?" pinta Khalil, anak sulung Kintan sambil mengunyah sandwich tunanya.

Jayden adalah teman sekelasnya di sekolah.

Mereka semua sedang berkumpul untuk sarapan bersama di meja makan. Khalil sudah rapi memakai seragam sekolahnya, sementara Khafi masih tertidur pulas.

Mungkin dia kelelahan kemarin setelah bermain dengan kakaknya.

Kintan memasak sandwich tuna, milkshake coklat untuk Khalil dan Khafi, serta orange juice untuknya.

"Rumahnya di mana?" tanya Kintan pada putra sulungnya itu.

"Katanya Jayden, nanti akan di share lokasinya ke Mama," sahut Khalil lagi. "Boleh kan Ma?"

Kintan mengangguk ragu. "Ya, nanti Mama anterin ke rumah Jayden. Tapi sore ini Mama ada pekerjaan di panti asuhan. Khalil nggak apa-apa kan, kalau Mama tinggal sendiri di rumah Jayden? Mama nggak bisa ikut menemani di sana."

Khalil mengangguk. "Iya, nggak apa-apa. Kan Khalil nggak sendirian, ada Jayden dan teman
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Duda dan Janda Bertetangga   26. Cooling Down

    Kintan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Apa? Beli apartemen? "Kamu sudah gila ya? Buat apa beli apartemen lagi?" Cicit Kintan tak habis pikir. "Karena aku tidak suka jika nanti dia menggunakan apartemen ini sebagai alasan untuk menemuimu. Dan aku juga tidak suka membayangkan bahwa dia punya kunci cadangan sehingga setiap saat bisa masuk ke sini sesuka hatinya!" bentak Iqbal tanpa sadar. "Mama?? Om Iqbal??" Seketika Kintan dan Iqbal menoleh cepat pada suara kecil yang memanggil mereka. Itu Khafi, yang sedang manyun karena terbangun sambil menggosok-gosokkan matanya. "Khafi," Kintan langsung menghampiri anak itu dan menggendongnya. "Khafi jadi bangun, ya? Maaf ya." Khafi pun kemudian menatap Iqbal yang masih membisu. "Om Iqbal, malah ya sama Mama?" *maksudnya "marah", Khafi masih cadel nggak bisa bilang R* Iqbal menggeleng dan seketika memaksakan untuk mengulas senyum di bibirnya. "Om Iqbal nggak marah kok. Om kan sayang sama Mamanya Khafi," terang Iqbal dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Duda dan Janda Bertetangga   27. Menyentuh Hati

    Wajah Kintan yang menyentuh seprai halus tertoleh ke arah samping, dan kedua tangannya berada di atas kepalanya yang dikunci oleh tangan Iqbal. Tubuhnya terperangkap di bawah tubuh lelaki itu, membuatnya benar-benar tidak dapat bergerak.Iqbal mengusap pelan rambut panjang Kintan yang wangi, merasakan teksturnya yang begitu halus lalu menghirupnya dalam-dalam sambil memejamkan mata.‘Hmm... wanita ini, seluruh tubuhnya benar-benar beraroma bunga, sama seperti object yang sering ia lukis.’Kintan yang sangat cantik dan beraroma bunga. Apa wanita seperti ini nyata?Iqbal menghirup serta mengecup daun telinga Kintan, lalu mengulum bagian lembutnya, membuat wanita itu terkesiap dan merasa geli. "Iqbal...," desahnya, parau dan pelan."Hm..?" Iqbal hanya menjawab dengan mengguman, karena sekarang sibuk menghirup dan menyecap aroma leher Kintan."Please... aku juga ingin menyentuhmu..." ucapan lirih yang penuh permohonan itu sama sekali tidak membuat Iqbal merasa ingin mengabulkannya. Kin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   28. Cinta

    Kintan pun seketika terdiam. Apakah ia harus menjawab ucapan Iqbal barusan? Namun sejujurnya, Kintan tidak tahu apakah cinta yang ia rasakan kepada Iqbal, ataukah hal lain... meskipun ia tidak menampik bahwa ia memang sangat menginginkan Iqbal. Apakah karena gairah? Atau karena lelaki ini yang luar biasa tampan?Seketika Kintan mengingat momen-momen saat anak-anaknya begitu akrab dengan Iqbal. Saat Khafi rewel, Iqbal hanya memeluk dan membelikannya es krim, lalu anak itu pun tertidur pulas dalam pelukan Iqbal.Lalu saat Khalil mengira Iqbal adalah Kemal dan memeluk lelaki itu dengan erat dalam tidurnya. Juga saat anak sulungnya itu begitu antusias saat Iqbal mengantarnya ke sekolah.Kintan sungguh bersyukur dan terharu pada kebaikan dan kasih sayang tulus dari Iqbal kepada anak-anaknya.Tapi… apakah dia mencintai Iqbal??Tidak.Sayangnya… belum ada cinta di hatinya, dan Kintan pun seketika merasa bersalah karenanya.Melihat Kintan yang mendadak terdiam seperti melamun, Iqbal pun me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   29. Setelah Kita Bercinta

    Iqbal terbangun dari tidur lelapnya, dan baru menyadari bahwa Kintan ternyata sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia memukul keningnya sendiri sambil mengerang kesal, mengutuk diri kenapa malah tidak terbangun saat wanitanya pergi. Sial, padahal ia ingin sekali memandangi wajah mempesona Kintan setelah puas bercinta. Pasti pipinya yang lembut itu bersemu merah jika Iqbal menatapnya dengan lekat. Haha. Kintannya yang pemalu seperti anak perawan, namun ternyata sangat panas dan menggairahkan di atas ranjang. Iqbal pun melamun sambil senyum-senyum sendiri saat visual dan semua momen-momen panas tadi terbersit kembali di dalam otaknya. Seketika ia membenamkan wajahnya di atas bantal untuk meredam tawa bahagianya yang konyol. Ia tak peduli, meski kini dirinya pun merasa kembali seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta. Aah... Kintan. Kintannya yang cantik, sensual dan seharum bunga. *** Jam 11.30 siang. Kintan sedang bersiap-siap untuk menjemput Khalil dari sekolah, saat bel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   30. Penjelasan Yang Membingungkan

    Iqbal pun menatap kembali anak itu, yang masih saja mengamatinya secara seksama dengan mata sipitnya yang polos.Pria itu pun tersenyum kecil. "Nama kamu siapa, gadis kecil?""Namaku Jemma, om. Aku adiknya Jayden. Umurku 5 tahun," ucapnya sambil membuat angka dengan kelima jarinya."Nanti kalau sudah besar aku mau menikah dengan Khalil," tambahnya lagi dengan informasi yang mengagetkan, membuat Iqbal sulit menahan tawanya.‘Haah... dasar anak jaman sekarang. Kecil-kecil sudah bilang nikah aja.’"Oh ya?" Iqbal makin tertarik untuk bercakap-cakap dengan anak ini.Jemma mengangguk dengan penuh semangat, membuat kuncirannya ikut bergoyang mengikuti gerakan kepalanya. "Kalau sekarang kami masih tunangan dulu." Ia menunjukkan cincin ungu pink berglitter emas dengan figur my little pony di atasnya. "Nanti kami akan menikah di Disneyland. Terus kami punya anak dua saja. Satu laki-laki, satu lagi perempuan," lanjutnya panjang lebar."Kalau Om jadi Papanya Khalil, berarti Om adalah mertua Jem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   31. Diskusi Dengan Gea

    "Iqbaal!!" pekik lirik Kintan, saat lelaki itu membaringkan tubuh wanitanya di atas ranjang, lalu naik ke atas tubuh Kintan."Hmm... jadi sudah mulai berani nge-prank calon suami kamu ya?? Sekarang terima hukumanmu, Sayang..." tukas Iqbal sambil menggigit dan menghisap leher seharum bunga yang dari tadi ia impikan.‘Ha?? Calon suami??’Kintan mendesah nikmat, melupakan sejenak keinginan untuk protesnya atas ucapan Iqbal barusan."Iqbal... uh... jangaan... nanti ketahuan.. mmm.... anak-anak... " sekuat tenaga Kintan berusaha untuk menolak gairah meluap-luap yang ditawarkan Iqbal. Bukannya Kintan tidak mau, tapi ia hanya takut kalau sampai anak-anak dan Mbok Yani tahu."Jangan buang-buang waktu lagi kalau begitu, kita quickie saja, Sayang," bisik Iqbal penuh hasrat di telinga Kintan, dengan jemarinya yang menyusuri rok selutut yang dikenakan Kintan dan langsung menyibaknya. Iqbal menatap lekat pada kain kecil penutup inti gairah Kintan. Ingin sekali ia bermain-main dahulu di situ, mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   32. Suporter Khalil

    Iqbal sedang sarapan santai di hari Sabtu. Pagi ini mereka berencana akan ikut ke sekolah Khalil untuk mengantarnya ikut lomba pidato Bahasa Inggris."Pa. Kalau nanti Tante Kintan jadi istri papa, Gea mau panggil mommy aja ah. Biar keren, hehe," celutuk Gea sambil berandai-andai. Ia nyengir sendiri membayangkan saat mereka berlima berada dalam satu rumah. Huuft... semoga hal itu cepat terjadi! Gea sudah tidak sabar bisa mendapatkan seorang ibu seperti Kintan, dan adik laki-laki yang lucu dan menggemaskan seperti Khalil dan Khafi.Yang pasti, ia tidak akan kesepian lagi, begitu pun dengan papanya. Mengingat kembali ke belakang, membuat Gea menarik napas pelan. Mengingat Papanya sudah banyak menderita karena Mama. Gea ingat sekali saat mereka baru bercerai. Berminggu-minggu Papa terlihat pucat dan tidak berselera untuk makan, namun selalu tersenyum pada Gea seakan semua baik-baik saja."Doain ya, Ge. Supaya Kintan mau menjadi istri Papa segera," ucap Iqbal sebelum menghirup kopinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   33. Perayaan Kemenangan

    Khalil, Iqbal, Gea dan Khafi sedang berada di atas podium, merayakan kemenangan Khalil yang gemilang sebagai juara 1 pada lomba pidato Bahasa Inggris. Mereka meloncat-loncat dan mengayunkan satu tangan dengan gaya serempak sambil bernyanyi lagunya Queen 'We are the champion' dengan heboh, membuat semua orang tertawa dan bahkan banyak yang merekam kejadian itu dengan ponsel. Sementara Kintan yang duduk di kursi penonton hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu. Bahkan sekarang sang MC yang juga salah satu guru di sekolah pun ikut-ikutan bernyanyi dan mengayunkan tangan bersama mereka! Saat tadi Khalil menerima piala sebagai juara 1, Iqbal dan Gea yang sedang menggendong Khafi langsung berteriak heboh, dan tiba-tiba saja mereka ikut naik ke atas panggung. Kintan kaget sekali, saat melihat bapak dan anak perempuannya yang sama-sama tengil itu dengan santainya ikut merayakan kemenangan Khalil di sana. Puas bernyanyi, Iqbal pun menyerahkan mic kembali kepada MC.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Duda dan Janda Bertetangga   52. Akhir Perjalanan Kita

    "Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s

  • Duda dan Janda Bertetangga   51. Penyiksaan

    Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam

  • Duda dan Janda Bertetangga   50. Menikah

    Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah

  • Duda dan Janda Bertetangga   49. Bentuk Tanggungjawab

    Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs

  • Duda dan Janda Bertetangga   48. Mengingat Segalanya

    Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram

  • Duda dan Janda Bertetangga   47. Sentuhan

    'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang

  • Duda dan Janda Bertetangga   46. Hanya Berharap Di Sisimu

    Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi

  • Duda dan Janda Bertetangga   45. Amnesia Retrograde

    Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai

  • Duda dan Janda Bertetangga   44. Seperti Ibram Di Masa Lalu

    Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status