Share

26. Cooling Down

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2024-11-26 07:52:48
Kintan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Apa? Beli apartemen?

"Kamu sudah gila ya? Buat apa beli apartemen lagi?" Cicit Kintan tak habis pikir.

"Karena aku tidak suka jika nanti dia menggunakan apartemen ini sebagai alasan untuk menemuimu. Dan aku juga tidak suka membayangkan bahwa dia punya kunci cadangan sehingga setiap saat bisa masuk ke sini sesuka hatinya!" bentak Iqbal tanpa sadar.

"Mama?? Om Iqbal??"

Seketika Kintan dan Iqbal menoleh cepat pada suara kecil yang memanggil mereka.

Itu Khafi, yang sedang manyun karena terbangun sambil menggosok-gosokkan matanya.

"Khafi," Kintan langsung menghampiri anak itu dan menggendongnya. "Khafi jadi bangun, ya? Maaf ya."

Khafi pun kemudian menatap Iqbal yang masih membisu. "Om Iqbal, malah ya sama Mama?"

*maksudnya "marah", Khafi masih cadel nggak bisa bilang R*

Iqbal menggeleng dan seketika memaksakan untuk mengulas senyum di bibirnya. "Om Iqbal nggak marah kok. Om kan sayang sama Mamanya Khafi," terang Iqbal dengan
Black Aurora

hayoo tebaaaq... apakah pak duda dan bu janda akhirnya berhasil jap jip jup~~~ (⁠٥⁠↼⁠_⁠↼⁠)

| 10
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Duda dan Janda Bertetangga   27. Menyentuh Hati

    Wajah Kintan yang menyentuh seprai halus tertoleh ke arah samping, dan kedua tangannya berada di atas kepalanya yang dikunci oleh tangan Iqbal. Tubuhnya terperangkap di bawah tubuh lelaki itu, membuatnya benar-benar tidak dapat bergerak.Iqbal mengusap pelan rambut panjang Kintan yang wangi, merasakan teksturnya yang begitu halus lalu menghirupnya dalam-dalam sambil memejamkan mata.‘Hmm... wanita ini, seluruh tubuhnya benar-benar beraroma bunga, sama seperti object yang sering ia lukis.’Kintan yang sangat cantik dan beraroma bunga. Apa wanita seperti ini nyata?Iqbal menghirup serta mengecup daun telinga Kintan, lalu mengulum bagian lembutnya, membuat wanita itu terkesiap dan merasa geli. "Iqbal...," desahnya, parau dan pelan."Hm..?" Iqbal hanya menjawab dengan mengguman, karena sekarang sibuk menghirup dan menyecap aroma leher Kintan."Please... aku juga ingin menyentuhmu..." ucapan lirih yang penuh permohonan itu sama sekali tidak membuat Iqbal merasa ingin mengabulkannya. Kin

    Last Updated : 2024-11-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   28. Cinta

    Kintan pun seketika terdiam. Apakah ia harus menjawab ucapan Iqbal barusan? Namun sejujurnya, Kintan tidak tahu apakah cinta yang ia rasakan kepada Iqbal, ataukah hal lain... meskipun ia tidak menampik bahwa ia memang sangat menginginkan Iqbal. Apakah karena gairah? Atau karena lelaki ini yang luar biasa tampan?Seketika Kintan mengingat momen-momen saat anak-anaknya begitu akrab dengan Iqbal. Saat Khafi rewel, Iqbal hanya memeluk dan membelikannya es krim, lalu anak itu pun tertidur pulas dalam pelukan Iqbal.Lalu saat Khalil mengira Iqbal adalah Kemal dan memeluk lelaki itu dengan erat dalam tidurnya. Juga saat anak sulungnya itu begitu antusias saat Iqbal mengantarnya ke sekolah.Kintan sungguh bersyukur dan terharu pada kebaikan dan kasih sayang tulus dari Iqbal kepada anak-anaknya.Tapi… apakah dia mencintai Iqbal??Tidak.Sayangnya… belum ada cinta di hatinya, dan Kintan pun seketika merasa bersalah karenanya.Melihat Kintan yang mendadak terdiam seperti melamun, Iqbal pun me

    Last Updated : 2024-11-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   29. Setelah Kita Bercinta

    Iqbal terbangun dari tidur lelapnya, dan baru menyadari bahwa Kintan ternyata sudah tidak ada lagi di sampingnya. Ia memukul keningnya sendiri sambil mengerang kesal, mengutuk diri kenapa malah tidak terbangun saat wanitanya pergi. Sial, padahal ia ingin sekali memandangi wajah mempesona Kintan setelah puas bercinta. Pasti pipinya yang lembut itu bersemu merah jika Iqbal menatapnya dengan lekat. Haha. Kintannya yang pemalu seperti anak perawan, namun ternyata sangat panas dan menggairahkan di atas ranjang. Iqbal pun melamun sambil senyum-senyum sendiri saat visual dan semua momen-momen panas tadi terbersit kembali di dalam otaknya. Seketika ia membenamkan wajahnya di atas bantal untuk meredam tawa bahagianya yang konyol. Ia tak peduli, meski kini dirinya pun merasa kembali seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta. Aah... Kintan. Kintannya yang cantik, sensual dan seharum bunga. *** Jam 11.30 siang. Kintan sedang bersiap-siap untuk menjemput Khalil dari sekolah, saat bel

    Last Updated : 2024-11-27
  • Duda dan Janda Bertetangga   30. Penjelasan Yang Membingungkan

    Iqbal pun menatap kembali anak itu, yang masih saja mengamatinya secara seksama dengan mata sipitnya yang polos.Pria itu pun tersenyum kecil. "Nama kamu siapa, gadis kecil?""Namaku Jemma, om. Aku adiknya Jayden. Umurku 5 tahun," ucapnya sambil membuat angka dengan kelima jarinya."Nanti kalau sudah besar aku mau menikah dengan Khalil," tambahnya lagi dengan informasi yang mengagetkan, membuat Iqbal sulit menahan tawanya.‘Haah... dasar anak jaman sekarang. Kecil-kecil sudah bilang nikah aja.’"Oh ya?" Iqbal makin tertarik untuk bercakap-cakap dengan anak ini.Jemma mengangguk dengan penuh semangat, membuat kuncirannya ikut bergoyang mengikuti gerakan kepalanya. "Kalau sekarang kami masih tunangan dulu." Ia menunjukkan cincin ungu pink berglitter emas dengan figur my little pony di atasnya. "Nanti kami akan menikah di Disneyland. Terus kami punya anak dua saja. Satu laki-laki, satu lagi perempuan," lanjutnya panjang lebar."Kalau Om jadi Papanya Khalil, berarti Om adalah mertua Jem

    Last Updated : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   31. Diskusi Dengan Gea

    "Iqbaal!!" pekik lirik Kintan, saat lelaki itu membaringkan tubuh wanitanya di atas ranjang, lalu naik ke atas tubuh Kintan."Hmm... jadi sudah mulai berani nge-prank calon suami kamu ya?? Sekarang terima hukumanmu, Sayang..." tukas Iqbal sambil menggigit dan menghisap leher seharum bunga yang dari tadi ia impikan.‘Ha?? Calon suami??’Kintan mendesah nikmat, melupakan sejenak keinginan untuk protesnya atas ucapan Iqbal barusan."Iqbal... uh... jangaan... nanti ketahuan.. mmm.... anak-anak... " sekuat tenaga Kintan berusaha untuk menolak gairah meluap-luap yang ditawarkan Iqbal. Bukannya Kintan tidak mau, tapi ia hanya takut kalau sampai anak-anak dan Mbok Yani tahu."Jangan buang-buang waktu lagi kalau begitu, kita quickie saja, Sayang," bisik Iqbal penuh hasrat di telinga Kintan, dengan jemarinya yang menyusuri rok selutut yang dikenakan Kintan dan langsung menyibaknya. Iqbal menatap lekat pada kain kecil penutup inti gairah Kintan. Ingin sekali ia bermain-main dahulu di situ, mem

    Last Updated : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   32. Suporter Khalil

    Iqbal sedang sarapan santai di hari Sabtu. Pagi ini mereka berencana akan ikut ke sekolah Khalil untuk mengantarnya ikut lomba pidato Bahasa Inggris."Pa. Kalau nanti Tante Kintan jadi istri papa, Gea mau panggil mommy aja ah. Biar keren, hehe," celutuk Gea sambil berandai-andai. Ia nyengir sendiri membayangkan saat mereka berlima berada dalam satu rumah. Huuft... semoga hal itu cepat terjadi! Gea sudah tidak sabar bisa mendapatkan seorang ibu seperti Kintan, dan adik laki-laki yang lucu dan menggemaskan seperti Khalil dan Khafi.Yang pasti, ia tidak akan kesepian lagi, begitu pun dengan papanya. Mengingat kembali ke belakang, membuat Gea menarik napas pelan. Mengingat Papanya sudah banyak menderita karena Mama. Gea ingat sekali saat mereka baru bercerai. Berminggu-minggu Papa terlihat pucat dan tidak berselera untuk makan, namun selalu tersenyum pada Gea seakan semua baik-baik saja."Doain ya, Ge. Supaya Kintan mau menjadi istri Papa segera," ucap Iqbal sebelum menghirup kopinya

    Last Updated : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   33. Perayaan Kemenangan

    Khalil, Iqbal, Gea dan Khafi sedang berada di atas podium, merayakan kemenangan Khalil yang gemilang sebagai juara 1 pada lomba pidato Bahasa Inggris. Mereka meloncat-loncat dan mengayunkan satu tangan dengan gaya serempak sambil bernyanyi lagunya Queen 'We are the champion' dengan heboh, membuat semua orang tertawa dan bahkan banyak yang merekam kejadian itu dengan ponsel. Sementara Kintan yang duduk di kursi penonton hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan karena malu. Bahkan sekarang sang MC yang juga salah satu guru di sekolah pun ikut-ikutan bernyanyi dan mengayunkan tangan bersama mereka! Saat tadi Khalil menerima piala sebagai juara 1, Iqbal dan Gea yang sedang menggendong Khafi langsung berteriak heboh, dan tiba-tiba saja mereka ikut naik ke atas panggung. Kintan kaget sekali, saat melihat bapak dan anak perempuannya yang sama-sama tengil itu dengan santainya ikut merayakan kemenangan Khalil di sana. Puas bernyanyi, Iqbal pun menyerahkan mic kembali kepada MC.

    Last Updated : 2024-11-28
  • Duda dan Janda Bertetangga   34. Jubah Pink

    "Pakai itu, dan jangan pakai apa-apa lagi di dalamnya," ucap Iqbal dengan nada semanis madu, namun dengan sorot mata sepanas bara api yang berkobar dengan liar. Lalu ia pun mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku, dan menaruhnya di atas meja rias di sebelah pintu kamar Kintan. "Ini kunci apartemenku. Jangan lama-lama, Kintan. Dan jangan membuatku rindu," ucapnya sambil menyunggingkan senyum tampan yang mempesona sekaligus menggoda, seraya menatap sekujur tubuh Kintan yang mulai merona. Damned. Ia ingin sekali melahap Kintan sekarang juga, namun sayangnya kamar wanita itu tidak kedap suara seperti kamarnya. Kintan menelan ludah yang terasa berat, serta mengerjap-kerjapkan matanya yang mulai berkabut karena karena hasrat. Sial. Bahkan ucapan Iqbal yang seperti itu saja sudah membuat tubuhnya menggigil penuh antisipasi. Kintan tidak tahu kenapa ia menjadi seperti ini, begitu mudah terpicu hanya dengan ucapan provokatif atau sentuhan kecil dari Iqbal. Bahkan kini sekujur tubuh

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Duda dan Janda Bertetangga   13. Aku Tidak Bisa Berhenti Kali Ini

    “Adel? Ini Paman.” Gadis kecil dengan rambut hitam legam menoleh dari mejanya. Mata bulatnya langsung berbinar ketika melihat sosok yang berdiri di pintu. “Kakak!” serunya gembira, seraya berlari kecil dan langsung menghambur ke pelukan Katya. Katya tertawa sambil memeluk tubuh mungil itu erat-erat, merasa seolah seluruh kekhawatiran dunia memudar hanya dengan satu pelukan hangat dan tulus dari seorang anak kecil. Adel lalu mencium kedua pipinya, membuat Katya semakin tersentuh. Ibram memiringkan kepalanya, seiring dengan senyum kecil yang kini terukir di wajahnya. Ia selalu terheran-heran dengan reaksi gembira keponakannya bila bertemu Katya. “Hei, Paman juga ada di sini lho. Mana pelukan buat Paman?” sindir Ibram yang pura-pura kesal. "Oh iya, lupa!" Adel terkikik sebelum beralih memeluk Ibram dengan penuh semangat, mencium pipinya dengan suara kecupan keras yang membuat Ibram tertawa. “Kalau sampai lupa lagi, Paman kelitikin sampai besok pagi!” ancamnya sambil menggel

  • Duda dan Janda Bertetangga   12. Rumah Megah Yang Penuh Luka

    "Apa??!! Ke rumah Pak Ibram? Tapi... bukannya Bapak yang bilang kalau saya baru mulai bekerja besok?" Katya membelalakkan mata, suara tingginya memantul di ruang mobil yang sempit . Dia bahkan nyaris menjatuhkan tas kecil yang diletakkannya di pangkuan. "Adel ingin kamu menemaninya tidur malam ini," jawab Ibram tenang, dengan kedua tangannya yang masih di kemudi. "Setelah dia terlelap, aku akan mengantarmu pulang." Katya menggigit bibirnya. Jawaban Ibram itu singkat tapi penuh perintah. Tidak ada ruang untuk menolak. Tapi... kenapa kalau Adel yang meminta dirinya, ia seolah kehilangan kekuatan untuk berkata tidak? Mungkin karena anak itu. Ya, anak itu. Ia selalu merasa kasihan pada Adel. Katya menghela napas dan mengalihkan tatapan ke luar jendela, membiarkan percakapan ini akhirnya menguap begitu saja. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di depan sebuah gerbang pagar tinggi yang begitu besar dan panjang, seolah menghalangi pandangan ke segala arah. Dari balik

  • Duda dan Janda Bertetangga   10. Kita Mau Kemana?

    Sore itu, Katya mengunjungi Sienna di rumah sakit. Ia berusaha keras mengesampingkan insiden ciuman tak terduga yang terjadi sebelumnya. Bukan saatnya memikirkan hal itu, sekarang yang terpenting adalah kesehatan adiknya. Tapi… pikirannya terus melayang kembali ke sana, membuat kepalanya pening. "Aku dan Bibir Murahanku," sebuah novel karya Katya Lovina. Katya mendengus sebal. "Hebat, bisa-bisa jadi best seller tuh!" gumannya dengan nada sarkastik. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Namun pikirannya terus melantur ke arah yang tak menentu. Semakin lama, bayangan Ibram dan David justru semakin memenuhi kepalanya, mengusik dengan caranya masing-masing. Dengan gelisah, Katya mempercepat proses berdandannya, berharap bisa segera mengenyahkan kedua pria itu dari pikirannya, setidaknya untuk sisa hari ini. *** Katya membuka pintu kamar rumah sakit tanpa mengetuk, membuat Sienna terlonjak kaget. "Ih, kukira dokter Daniel!" seru Sienna dengan nada s

  • Duda dan Janda Bertetangga   9. Dua Ciuman Dari Dua Pria

    David menarik napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang penuh amarah. Tatapannya lekat tertuju pada Katya yang berdiri dengan wajah gugup, seolah pertanyaan barusan adalah tamparan yang tak ia duga. "Katya," suara David terdengar lebih lembut, namun sorot matanya tetap tajam, "apa tadi Ibram menciummu?" Gadis itu terdiam sejenak, darahnya berdesir cepat, seperti ombak yang menghantam tebing. Jantungnya berdegup tak keruan, mencoba merangkai jawaban tanpa terlihat goyah. "Pak David, kenapa bertanya seperti itu?" katanya, suaranya pelan namun penuh rasa waspada. David mendongak, kedua matanya terpejam sejenak sebelum tawa pendek keluar dari bibirnya. Bukan tawa bahagia, tapi itu tawa getir yang membawa luka tersembunyi. "Tentu saja dia menciummu," gumannya lebih kepada dirinya sendiri, namun cukup keras untuk didengar Katya. “Apa?” Katya melotot, mencoba menyangkal. "Tidak, itu tidak seperti yang Pak David pikirkan!" David segera memotongnya dengan nada rendah namun m

  • Duda dan Janda Bertetangga   8. Surprised Kiss (2)

    Ibram menangkap kedua tangan Katya yang hendak mendorong dada bidangnya agar menjauh. Tanpa melepaskan ciumannya, kedua tangan Katya ditariknya ke atas, ke puncak kepala gadis itu. Uh, Katya semakin terlihat sangat seksi dengan kedua lengan terangkat seperti itu. Tubuh Ibram pun semakin mendesak dan menekan tubuh Katya, membuat gadis itu bisa merasakan sesuatu yang keras menekannya di bawah sana. Meski belum sepenuhnya tersadar, gadis itu berusaha menyentak tangannya yang telah dikunci Ibram di kepalanya, namun sia-sia karena lelaki itu menggenggamnya dengan begitu erat. Karena terpojok dan sulit bergerak, yang bisa ia lakukan hanya berupaya untuk menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan kanan dengan tujuan melepaskan diri dari serbuan bibir lelaki itu yang rupanya telah membuat otaknya ikut korslet. Ibram pun akhirnya melepaskan bibirnya, membuat Katya sedikit bernapas lega. Namun itu rupanya hanya sesaat. Di saat Katya mengira akhirnya akal sehat telah dimiliki oleh lelak

  • Duda dan Janda Bertetangga   7. Surprise Kiss

    Sudah tahu kan, kalau cewek yang sedang PMS itu tingkat kebaperannya bertambah menjadi 100 kali lipat?Itulah yang dirasakan Katya sekarang. Sekarang Katya sedang menahan dongkol karena ucapan Pak David tentang perasaannya pada dirinya, yang malah membuat gadis itu ini jadi ingin melahap makanan sebanyak-banyaknya.Tiba-tiba Katya merasakan sepasang tangan kecil dan lembut menutup matanya dari arah belakangnya. "Coba tebak, siapa aku?" suara imut dan cempreng khas anak-anak itu membuat Katya tersenyum. "Siapa ya?? Ooh iya... pasti Princess Jasmine!" tebak Katya berlagak sok yakin. Ia sengaja menyebut salah satu tokoh kartun itu karena pernah melihat tulisan karakternya di sepatu Adel.Suara cekikikan ceria pun terdengar. "Masa Jasmine sih! Itu kan cuma film kartun," protesnya. Adel melepaskan kedua tangannya dari mata Katya tapi tetap tidak beranjak dari belakang tubuh gadis itu. Katya memegang kedua tangan Adel dan mendongak menatap mata anak kecil itu yang berada di atasnya.An

  • Duda dan Janda Bertetangga   6. POV Ibram

    Gadis itu berbicara dengan David akrab sekali di lobby, dan Ibram pun mengerutkan dahinya. Ia heran melihat senyum dan tawa yang keluar dari Katya yang terlihat tulus dan santai. Apa jangan-jangan mereka telah saling mengenal? Brissa menggamit lengan Ibram. "Kita mau makan di mana?" tanyanya lembut. "Hmm?" Ibram masih menatap lekat sosok Katya dan David. "Bagaimana kalau di hotel Grand Heaven?" Itu adalah sebuah Hotel bintang lima yang sangat terkenal. "Steak-nya enak banget di situ. Ok!" sahut Brissa antusias. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan mau makan di mana saja, asalkan dengan Ibram. "Kita ajak David juga," cetus Ibram kemudian, membuat Brissa terdiam kecewa. Gagal sudah makan siang berdua dengan Ibram! "Ibram, kamu mau makan siang di luar juga?" sahut David heran ketika Ibram menyapanya di lobby. Tidak biasanya lelaki ini mau makan siang di luar. Biasanya Ibram makan di ruangannya, karena dia memang terkenal workaholic. "Ya, Adel mengajak makan di Grand Heaven. A

  • Duda dan Janda Bertetangga   5. Makan Siang

    "Aku masih berpikir apakah akan mempertahankan atau melepasmu dari One Million." Ibram pun berucap dengan tiba-tiba dan membuat Katya terkejut. What? Dia masih dendam rupanya! Wajah Katya pun mulai pucat. Waduh, sepertinya sekarang ia harus mulai memohon agar lelaki ini tidak membatalkan kontraknya. "Pak Ibram, begini..." "Baik. Kamu akan tetap mendapatkan kontrak di sini, tapi dengan satu syarat : jadilah pengasuh untuk Adelia, keponakanku," cetus Ibram tegas. Dan saat ini juga, lelaki itu menatap dalam dan tajam pada Katya, menunggu jawaban gadis itu. Katya menelan ludahnya dan mendehem dengan gugup. "Maaf, Pak Ibram. Tapi saya rasa... saya tidak bisa melakukan hal seperti itu." Serta-merta Ibram pun mengangkat kedua alisnya yang lebat dan hitam. "Kenapa tidak? Aku bahkan akan menggajimu tiga puluh lima juta sebulan! Dan tugasmu hanya menemani Adelia saja. Pekerjaan yang begitu ringan dengan bayaran begitu besar," ucapnya mengimi-imingi. "Dan kamu pun bisa tetap menj

  • Duda dan Janda Bertetangga   4. Membawanya Ke Dalam Hidup Adel

    Katya pun mengerutkan keningnya bingung karena tiba-tiba otaknya tidak bisa berpikir jernih. "Maaf, tadi barusan Pak Ibram bertanya apa?" Lelaki itu menahan senyumnya melihat kebingungan di mata Katya. Ia pun melepaskan tangannya dari bahu gadis itu, dan berjalan menuju telepon di meja untuk menghubungi seseorang. "Zi, dimana Adel?" "Adel di lantai atas, pak. Tadi Toni sedang membujuknya agar tidak terus-menerus menangis," jawab Zizi di seberang sana. "Bawa Adel ke ruanganku sekarang." Lalu Ibram menutup teleponnya. "Ambil ini, dan duduklah kembali di sofa." Lelaki itu memberikan minuman boba yang tadi telah dia minum kepada Katya. Katya menuruti perintah Ibram dan bergegas duduk di sofa dengan minuman boba dalam genggamannya. Adel sebentar lagi akan datang. Tak berapa lama, pintu ruangan itu pun terbuka, diikuti dengan sesosok anak kecil berkuncir satu yang sedang bercucuran air mata dan berlari menghambur ke arah Ibram. "Paman! Hiks... hiks..." Ibram memeluk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status