Home / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU: Chapter 61 - Chapter 70

131 Chapters

Jebakan Maut

Mama Tari terdiam cukup lama, ekspresi wajahnya masih menunjukkan penolakan. Aku bisa melihat ada amarah yang belum sepenuhnya reda, tapi di balik itu, ada konflik batin yang nyata.“Had, kamu gak pernah berubah dari dulu, selalu jadi anak yang bisa mama dan papa andalkan,” ujar Mama Tari dengan nada yang lebih lembut tapi tetap keras kepala. “Mama gak bisa memaksa diri untuk menerima mereka. Mama gak sanggup, apalagi setelah semua yang Raka lakukan. Gak hanya mencoreng nama baik keluarga, tapi juga membuktikan mama dan Papa sudah gagal mendidik dia.”Bang Fahad menggeleng pelan. “Aku gak minta Mama menerima mereka sekarang, Ma. Aku cuma berharap Mama bisa memberikan waktu. Lagipula, aku juga gak tahu sampai kapan Raka bertahan di kantor. Kalau dia bikin masalah lagi, aku sendiri yang akan menanganinya," tegasnya. "Dan ... Mama sama Papa gak pernah gagal mendidik kami, kalian adalah orang tua terhebat untukku dan Raka. Mama jangan pernah berkata
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Memainkan Peran

"Jangan lupa segera urus pendaftaran kamu buat lanjut kuliah. Saya pergi dulu." "Hati-hati, Bang." Kaca mobil pun kembali dinaikkan. Aku melambaikan tangan saat mobil Bang Fahad meluncur menuju gerbang pagar. Aku baru kembali ke dalam rumah setelah kendaraan roda empatnya benar-benar keluar. Membereskan meja makan yang sedikit berantakan sarapan bersama beberapa saat sebelumnya. Hingga meja makan telah bersih dan aku termenung sendirian menatap permukaan meja. Pikiranku dipenuhi tentang apa yang telah aku lewati bersama Bang Fahad. Kebersamaan dua malam kemarin yang di luar rencana memang terasa lain. Aku menemukan sosoknya yang berbeda. Sangat berbeda. Dia yang ternyata lembut, manis dan juga hangat. Entah ke mana perginya sikap dingin, ketus dan sering menyudutkanku kemarin-kemarin. Aku tersenyum kecil mengingat momen-momen di Bobocabin. Sesuatu di dalam diriku terasa berbeda setelah dua malam itu. Tapi aku menepisnya cepat, mengingatkan diriku bahwa ini hanya kebetulan, mungkin
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Have a Nice Dream

Jam tujuh malam, aku duduk sendirian di sofa ditemani siaran televisi yang menyala di depan sana. Layar laptop terbuka dalam kondisi padam teronggok di atas meja. Aku baru saja menyelesaikan pendaftaran untuk kuliah seperti yang diminta Bang Fahad pagi tadi.Drrrt Drrrt Drrrt.Ponselku berbunyi diiringi vibrasinya. Tanganku terulur mengambil benda pipih tersebut hingga bisa melihat siapa yang menghubungiku."Siapa ini?" Aku bergumam karena nomor yang tertera justru nomor tidak dikenal.Meski ragu, aku tetap menerimanya."Halo ...?""Halo, Chi?""I—ni siapa?""Kamu bisa tebak ini suara siapa?"Keningku mengernyit saat menyadari siapa pemilik suara di seberang sana. "Bang Fahad?""Iya, ini saya. Satu jam lagi saya pulang. Kamu masak apa untuk makan malam kita? Atau ... kamu mau saya belikan sesuatu saat pulang nanti?"Aku menggigit bibir.
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Akan Terasa Nikmat

Rakana menerjang tubuhku. Hingga aku jatuh terlentang di tempat tidur dengan dirinya di atasku. Kesadaran yang belum sepenuhnya utuh dalam raga, serta tubuh yang tak siap saat terbangun dari tidur, membuatku tak cukup bertenaga untuk melawannya. "Raka! Kamu gila!" bentakku kesal dengan sikap Rakana yang makin berani. Rakana mencengkeram pergelangan tanganku, menahan gerakanku yang mencoba melepaskan diri. Wajahnya mendekat, menatapku dengan ekspresi penuh tekad yang nyaris gila. "Iya, aku gila. Aku gak mau kehilangan kamu! Kamu gak pantas jadi istri abangku! Kamu pantasnya bersamaku! Kamu ngerti itu kan?! Kenapa kamu malah jadi abai sama aku, Chi? Kenapa?" Suaranya meninggi. Aku berusaha menarik tanganku, tapi tubuh Rakana yang lebih kuat membuatku kewalahan. "Raka, cukup! Aku gak suka cara kamu begini!" Aku membentaknya, meski suaraku sedikit gemetar. "Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Chi. Kenapa kamu gak bisa mengerti juga?" Kali ini suaranya melemah. Napasnya terengah-engah, su
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Kamu Menyakitiku

Tanganku terkepal, gemetar di antara ketakutan dan kemarahan yang membuncah, tapi untuk berontak, aku kesulitan karena tenaga Rakana yang terlalu kuat. "LEPASKAN AKU, RAKA!" Jeritanku memenuhi kamar, menggema dengan nyaring, cukup untuk membuat Rakana berhenti sejenak. "Aku bilang jangan melawan. Semakin kamu melawan, semua akan terasa makin sakit. Coba kamu rileks, Sayang." "Jangan panggil aku sayang! Aku jijik!" Entah kenapa, aku merasa mual saat Rakana memanggil dengan sebutan seperti barusan. Rakana mendecak. "Coba kamu tenang dan jangan terus melawan seperti ini. Aku gak menyakiti kamu, Chi. Aku hanya ingin menyentuh kamu. Kenapa kamu keras kepala sekali?" Aku memejamkan mata. Mencoba tenang seperti yang ia bilang. Hingga kepalaku mampu sedikit berpikir, bahwa menghadapi Rakana memang harus dengan ketenangan. Kalau aku melawan, yang ada dia makin keras menahanku. Aku menarik napas panjang. Berhenti melawan dan membuat tubuhku se-rileks mungkin. "Apa mau kamu?" tanyaku kem
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

My Sweety Cherries

Aku tidak sempat berpikir lebih jauh ketika tiba-tiba tangan Rakana mencengkeram lenganku dengan kuat. Tubuhku rasanya kaku, kepalaku menoleh seketika, dan saat itu aku bisa melihat jelas wajah Rakana yang begitu dekat. Nafasnya terasa hangat, tetapi malah membuat tengkukku merinding."Chi, aku nggak peduli. Kalau aku nggak bisa memiliki kamu dengan cara baik-baik, aku akan lakukan dengan caraku sendiri," desisnya rendah, hampir seperti geraman.Aku menggeleng lemah. "Enggak, Raka. Tolong ... jangan lakukan apapun," bisikku dengan suara nyaris tak terdengar.Air mataku jatuh lebih deras, membasahi pipi. Tapi Rakana masih bergeming. Dia hanya memandangku dengan sorot mata yang kelam, penuh obsesi."Jangan menangis, Chi. Aku tidak suka melihat kamu bersedih. Aku tidak menyakiti kamu, aku hanya ingin menyentuh kamu. Apa itu salah?" tanyanya dengan tatapan yang berubah sendu."Aku jijik sama kamu, Raka. Pergi"
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Saya Ada buat Kamu

Aku terdiam, kata-katanya membuat pikiranku berputar. Apa mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidur begitu lelap semalam? Ataukah ini hanya kebetulan? Rasanya ada yang janggal, tapi aku juga tidak tahu itu apa."Kenapa nanya gitu, Chi?" tanyanya, kali ini tatapannya kembali fokus padaku. "Ada yang mengganggu tidur kamu semalam?"Aku terkesiap. Ada dorongan untuk menceritakan semuanya, tentang Rakana yang semalam begitu mendesakku hingga batas, tentang ketakutan dan rasa tak berdaya yang kurasakan. Tapi bibirku kelu, tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun."Enggak, Bang. Cuma ... cuma nanya aja," jawabku akhirnya, mencoba tersenyum tipis untuk menutupi kebohongan kecil itu.Bang Fahad memandangku beberapa detik, matanya menyiratkan keraguan. "Kalau ada apa-apa, jangan dipendam sendiri. Kamu bisa cerita ke saya."Aku hanya mengangguk kecil, meski dalam hati aku tahu aku masih terlalu takut untuk membicarakannya.
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Nyaman dan Dihargai

Jemarinya yang besar dan hangat menggenggam tanganku dengan lembut, membuatku terpaku. Tatapannya mendalam, seakan mencari sesuatu di mataku. Aku menelan ludah, mencoba mengalihkan pandangan, tapi dia terlalu dekat.“Chiara,” panggilnya pelan.“Iya, Bang?”Dia tidak langsung menjawab. Sebaliknya, jemarinya perlahan-lahan menarik tanganku ke dadanya, tepat di atas degup jantungnya. Aku tertegun, merasakan ritmenya yang kuat juga stabil.“Dengar ini?” tanyanya lembut. Aku mengangguk kecil, meski bingung kemana arah pembicaraannya. “Jantung saya nggak pernah berdetak sekencang ini sebelumnya, Chi.”Aku terdiam, mencerna ucapannya yang terdengar tidak biasa dan entah apa maksudnya.Dia melanjutkan. “Gak tahu kenapa, setiap kali kamu ada di dekat saya, rasanya beda.""Beda gimana?"Bang Fahad mengangkat bahu. "Saya juga gak bisa menjelaskan." Genggaman tangannya makin erat. Bah
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Tuduhan

Hari ini kami habiskan hanya di rumah. Hingga malam menjelang dan seperti biasa, aku mengisi kamar tamu sedang Bang Fahad di kamar utama. Sudah hampir jam sebelas malam, tapi aku masih terjaga. Aku berharap, kejadian semalam tidak akan terjadi lagi. Rakana tidak akan menggangguku dan dia menyadari bahwa perbuatannya salah. Aku juga berharap Rakana bisa mengerti, bahwa aku tidak akan kembali lagi padanya, karena sudah mulai menerima pernikahanku bersama Bang Fahad. Sekali lagi aku melihat waktu pada layar ponsel. Sudah jam sebelas lewat lima menit. Aku membenahi selimut dan mencari posisi yang paling nyaman untuk mulai tidur. Akhirnya, tengkurap menjadi pilihan. Tok Tok Tok. Belum sampai sedetik mataku memejam, pintu kamar terdengar diketuk. Refleks mataku kembali terbuka dengan cepat dan menoleh pada daun pintu. Ketukan kembali terdengar dan aku belum berniat
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bukan Sekedar Orang Asing

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Bang Fahad. Nafasku tercekat, dadaku berdebar kencang."Abang berpikir serendah itu tentang aku?" Suaraku lirih, tapi ada kemarahan yang tak bisa kusembunyikan.Bang Fahad hanya menatapku dingin. "Kalau bukan begitu, lalu kenapa saya jadi seperti ini? Tidur terlalu nyenyak hingga kehilangan kendali waktu itu bukanlah kebiasaan saya. Sebelum kamu ada di rumah ini, saya tidak pernah begini. Pasti ada yang gak beres."Aku menghela napas panjang, mencoba meredam gejolak dalam hatiku. "Bang, aku gak tahu apa yang terjadi sama abang. Tapi aku bersumpah, aku gak pernah melakukan apa pun yang abang tuduhkan itu. Lagipula, kenapa aku harus repot-repot mengatur skenario seperti itu? Kalau aku mau bersama Rakana, aku tidak akan bertahan dalam pernikahan ini!"Matanya menyipit, seolah menganalisis setiap kata yang kuucapkan. "Kamu tahu, kata-kata bisa saja bohong."Aku memejamkan mata sejenak, menenangkan diriku yang nyaris kehilangan
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status