Home / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU: Chapter 71 - Chapter 80

149 Chapters

Cuma Tiga Kata

Tatapan kami bertemu. Bang Fahad belum memulai kembali sarapannya. Dia justru meraih tanganku lalu mengecupnya cukup lama."Kamu bukan orang asing. Kamu istri saya. Mungkin dulu kita memang hanya orang asing yang tidak saling mengenal, tapi sekarang kamu adalah seseorang yang menjadi prioritas dalam hidup saya," ucapnya lembut."Saya juga bukan manusia sempurna, Chi. Saya nggak selalu tahu bagaimana caranya menunjukkan rasa peduli, cinta atau apapun itu. Tapi saya mau kamu tahu satu hal, saya nggak akan pernah menyerah untuk belajar memahami kebersamaan kita dan kehadiran kamu dalam hidup saya," sambungnya membuat hatiku berdesir.Ternyata, pria berumur memang berbeda. Tidak gamblang bilang cinta dan sayang, tidak mudah mengakui perasaan tapi dia bisa lebih menjaga pasangannya.Laki-laki yang masih mengenakan piyama tidurnya itu menatapku, terlihat sedikit gugup dengan tatapan yang kugunakan untuk menggodanya. Dia kembali
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Setengah Pingsan

Layar televisi dibiarkan menyala. Jam dinding menunjuk di angka tujuh malam. Makan malam sudah siap di meja makan. Sedangkan aku berkutat dengan laptop dan buku-buku untuk mempersiapkan diri mengikuti tes sebelum diterima kuliah lagi, setelah siang tadi aku melakukan pengumpulan berkas sebagai salah satu syarat administratif dan melakukan pembayaran."Rajinnya istri saya, sampai suaminya pulang enggak disambut."Aku menoleh dan melihat Bang Fahad berjalan mendekat. Aku yang duduk lesehan di bawah sofa hanya tersenyum lebar tanpa ada niatan bangkit. Hingga akhirnya Bang Fahad menghempas bobotnya pada sofa di belakangku."Maaf, Bang. Aku lagi persiapan buat tes nanti, semoga aja lolos," ucapku lalu membereskan buku-buku dan mematikan layar laptop.Tampak Bang Fahad melonggarkan kancing kemejanya. "Ada kesulitan?"Aku menggeleng. "Sejauh ini gak ada.""Sudah selesai?" tanyanya lagi.Aku me
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Kado Anti-mainstream

Setelah menikmati makan malam, aku mengangkat piring-piring kotor ke bak wastafel dan mencucinya segera. Sedangkan Bang Fahad masih duduk di meja makan, lanjut memakan kue klepon pemberian Rakana. Semoga saja kue itu bersih tanpa campuran apapun yang Rakana tambahkan."Kapan tes masuk universitasnya, Chi?" tanya Bang Fahad di meja makan sana."Hari Sabtu jam sepuluh, Bang.""Sudah menguasai materinya?"Aku mengangguk pelan. "Aku ambil jurusan yang sama dengan kuliah sebelumnya. So far, ga ada masalah.""Hmmm. Baguslah. Oh ya, tolong bawakan teh hangat, ya?" pintanya."Iya, Bang." Aku yang sudah selesai dengan piring-piring kotor tadi, langsung mengeringkan tangan. Lalu membuatkan teh hangat permintaan Bang Fahad.Aku kembali ke meja makan, tapi entah bagaimana, kakiku tersandung ujung meja. Air dalam gelas tumpah, mengarah tepat pada Bang Fahad di hadapanku. Setengah air tehnya, tumpah
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Saya Akan Menunggunya

Aku menelan saliva mendengar ucapan Bang Fahad yang terdengar santai tapi juga serius."Cucu ...? Ma—maksud a—bang anak bayi?" tanyaku terbata-bata."Huumm. Mama Papa saya belum punya cucu. Mereka sudah sangat ingin menjadi Oma dan Opa. Pasti mereka senang kalau saya bisa memberikan mereka cucu."Aku kembali menelan ludah. "E ... tapi, Bang. Itu 'tuh bukan sembarang kado. Tapi itu makhluk hidup. Menghadirkannya gak mudah. Harus diadon dulu. Emm, maksudku harus diproses dan itu bukan kue donat yang sudah diketahui takaran adonannya." Astaga, ngomong apa sih aku ini?Bang Fahad malah terkekeh. "Iya, kamu benar sekali. Kita tidak bisa asal-asalan membuat adonannya. Kita harus pakai ilmu biologi, fisiologi, genetika bahkan melibatkan ilmu psikologi agar bisa menghasilkan embrio yang berkualitas dan melahirkan generasi bernilai."Astaga.Sudah seperti perencanaan proyek besar saja memakai berbagai macam ilmu.Aku membasahi bibir yang terasa kering. "Ta—tapi, Bang, a—aku—"Ucapanku menggant
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Tidak Bisa Memungkiri

Film berlangsung kurang lebih sekitar sembilan puluh menit. Aku bersama Bang Fahad lantas keluar dari gedung teater, berbarengan dengan para pengunjung lain. Menyusuri mall yang mulai sepi karena waktu memang makin malam.Sejak keluar dari teater, Bang Fahad tidak melepaskan pegangan tangannya padaku. Entah kenapa, aku juga tidak mau menariknya. Membiarkan tangan besarnya itu menuntunku menyusuri lantai mall untuk segera menuju parkiran lalu pulang. Sampai tiba-tiba langkahnya terhenti begitu saja."Kenapa, Bang?" tanyaku yang masih berdiri di sebelahnya.Bang Fahad menoleh padaku tapi tak lama. Ia menggerakkan kembali kepalanya hingga menoleh ke arah yang berbeda. Aku melongokkan kepala, ingin tahu apa yang dia lihat. Dan aku malah melotot dibuatnya."Abang!" Aku memekik. Sedangkan Bang Fahad menatapku lagi dengan satu sudut bibir tertarik. Menciptakan senyuman jahil di wajahnya."Beli yuk, Chi?" ajaknya membuatk
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Mulai Mengisi Ruang Hati

Aku terbangun karena rasa haus yang tiba-tiba menyerang. Mataku membuka perlahan, mencoba menyesuaikan diri dengan ruangan yang hanya diterangi cahaya temaram dari lampu tidur. Aku mengerjap beberapa kali, menatap sekeliling yang terasa aneh.Perlahan aku lantas bangkit, mengerutkan kening sambil memperhatikan detail ruangan. Tempat tidur ini lebih besar, lemari pakaian di sudut juga lebih besar dari yang biasa kulihat. Di atas meja kecil dekat tempat tidur, ada beberapa barang pribadi milik Bang Fahad—jam tangan, kunci motor, dan beberapa buku kecil.Ini kamar utama, kamar yang ditempati Bang Fahad.Seketika wajahku memanas. Bagaimana bisa aku tidur di sini?Ingatanku berusaha mengulang kejadian sebelumnya. Yang terakhir kuingat, aku tertidur di motor saat pulang dari bioskop. Aku juga ingat, jika Bang Fahad yang menggendongku dari garasi hingga masuk rumah.Jadi, dia memindahkanku ke sini? Kenapa malah ke kamarn
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Gak Mau Lihatin ke Saya, gitu?

Matahari pagi menyusup lewat celah gorden. Aku baru saja kembali ke dalam rumah usai mengantar Bang Fahad berangkat dengan mobilnya.Aku langsung menuju dapur dan membereskan meja makan bekas kami sarapan. Jika awalnya aku merasa tidak suka dan merasa sudah seperti pembantu karena harus mengurus rumah ini, tapi perlahan aku jadi mulai terbiasa.Selesai dengan piring kotor dan gelas bekas sarapan, aku membersihkan lantai rumah serta sofa menggunakan vacum cleaner. Setelah semua selesai, barulah aku kembali ke kamarku dan langsung mandi.Air dingin yang mengalir, berhasil mengusir lelah dan lengket yang tersisa di kulit. Setelah tubuhku bersih dan terasa begitu segar, aku melilitkan handuk dan meninggalkan kamar mandi.Membuka lemari pakaian untuk memilih baju, tapi mataku langsung berhenti pada sesuatu di dalamnya.Aku tertegun memandanginya.Paper bag hitam kecil berisi pakaian dinas malam yang Bang Fahad beli
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Belum Bisa Diwujudkan

Aku terdiam. Rasanya darahku mengalir lebih cepat dari biasa, wajahku memanas hingga tak bisa kututupi. Aku memegangi ujung selimut lebih erat, seolah kain itu benteng terakhir yang melindungiku dari sorot matanya yang dalam. "A—aku cuma iseng aja, Bang. Cuma ... coba-coba, kok," jawabku lantas mengigit bibir. Tidak tahu harus merespon bagaimana, merasa bodoh karena lupa mengunci pintu dan bisa-bisanya malah mencoba pakaian kurang bahan ini."Terus gimana hasilnya? Gimana bayangan kamu dalam cermin? Uhh ... pasti seksi sekali istri saya ...." Bang Fahad berujar membuatku tertunduk dan tersipu."Apa ... memberikan orang tua saya seorang cucu sudah mulai kamu setujui?"Aku memalingkan wajah, berusaha menghindari tatapannya yang membuatku semakin salah tingkah. Rasanya seperti seluruh tubuhku terbakar hanya karena kata-katanya. "Bang! Udah deh. Keluar dulu, ya? Aku mau ganti baju," pintaku akhirnya, mencoba mengalihkan situasi.Bang Fahad malah terkekeh. Seakan-akan ada yang lucu dari u
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

I Wanna To Kiss You

Langit malam membentang dengan keindahan yang memikat. Gelap pekat namun bertabur cahaya bintang yang berkilauan bak berlian di hamparan beludru hitam. Bulan menggantung megah. Memancarkan sinar keperakan yang lembut. Awan tipis melayang perlahan terkadang melintas di depannya, menciptakan bayangan halus yang menari-nari di langit.Angin malam berhembus. Di kejauhan, kerlap-kerlip lampu kota terlihat seperti lautan cahaya yang tak berujung. Di bawah naungan langit malam, mobil Bang Fahad melaju, membelah jalanan kota yang tidak begitu padat.Selesai dari toko florist tadi, Bang Fahad mengajakku makan malam di luar karena kebetulan ia ingin menikmati makanan ala resto. Selesai dari resto, ia juga mampir dulu ke masjid di pusat kota sehingga kami baru pulang pukul delapan malam.Setibanya di rumah, Bang Fahad tidak melepaskan rangkulan tangannya dari pinggangku sejak turun dari mobil dan meninggalkan teras garasi. Seakan aku tidak boleh pergi
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bisa Segera Hamil

Namun, dengan sisa kesadaran yang kupunya, aku memberanikan diri untuk menahan dada Bang Fahad, mencoba menciptakan jarak di antara kami. Nafasku terengah saat bibirnya akhirnya menjauh, tetapi ia masih menatapku dengan mata yang menyala penuh perasaan.Bang Fahad tidak langsung menjawab. Tangannya yang masih menyentuh pipiku perlahan turun, menelusuri rahang hingga akhirnya ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajahku. "Maaf. Saya terlalu terbawa suasana," katanya lembut, suaranya penuh penyesalan, meski matanya menunjukkan sesuatu yang lain.Aku hanya mampu menelan ludah. Tidak bisa berkata apa-apa."Ayo tidur. Besok kita harus bangun pagi," lanjutnya sambil perlahan berbaring kembali ke posisinya semula.Aku mengangguk kecil, mencoba mengatur napas. Namun, tubuhku masih terasa bergetar, bukan karena takut, melainkan karena efek dari sentuhan dan ciuman tadi. Aku berbaring membelakangi Bang Faha
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status