Home / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU: Chapter 51 - Chapter 60

149 Chapters

Rasa Nyaman dan Teduh

********* Kami akhirnya keluar dari mobil dan berjalan menuju gedung serbaguna di kompleks masjid. Langkahku sempat terhenti saat melihat kerumunan di sekeliling. Rasanya aku sedikit gugup, pasalnya ini pertamakali bagiku mengikuti kajian. Bang Fahad menyadari kecanggungan itu. “Kamu baik-baik aja?” tanyanya lembut dengan tatapan penuh perhatian. Aku mengangguk, mencoba menenangkan diri. Namun, saat kami memasuki gedung, perasaan gugup itu justru makin kuat. Tanpa kusadari, aku mengeratkan genggaman di ujung lengan kemejanya, mencari rasa aman yang mungkin hanya bisa kutemukan darinya saat ini. Bang Fahad tersenyum, dan alih-alih melepaskan peganganku, dia menggenggam tanganku dengan erat. “Gak apa-apa, Chi. Kita mau ikut kajian. Mau cari ilmu dan menambah pengetahuan, bukan mau perang, kamu rileks aja," kelakarnya yang hanya kubalas dengan senyuman. Bagaimanapun, rasa canggung dan gugup itu memang menyerangku. Karena seumur-umur, inilah kali pertamaku mengikuti kegiatan begini.
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Sulit Dijelaskan

Mobil sudah melaju meninggalkan komplek masjid. Meluncur di jalan raya menembus siang hari yang lumayan terik. Tidak ada pembicaraan selama perjalanan menuju pulang. Aku diam dan tenggelam dalam pikiranku sendiri. Sedangkan Bang Fahad tampak fokus menyetir.Hingga aku tersadar bahwa arah jalan yang saat ini dilalui, bukanlah arah jalan pulang menuju rumah Bang Fahad. Rumah Mama Papa juga bukan.“Ini mau ke mana, Bang?” tanyaku sambil celingukan ke kanan dan kiri.“Nanti kamu juga tahu,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan yang lurus ke depan. "Ada tempat yang ingin saya tunjukkan. Semoga kamu suka.”Aku tidak bertanya lebih lanjut, hanya mengikuti perjalanan dengan rasa penasaran. Semakin lama, mobil kini melalui jalanan di kawasan perkebunan teh, hawa dingin mulai terasa, dan terhampar perkebunan teh yang begitu luas, hijau, serta menenangkan.Udara segar segera menyambut ketika jendela mobil
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Siapkah untuk Jatuh?

Bang Fahad perlahan melepaskan ciumannya, membiarkan dahiku tetap bersandar di bahunya. Aku masih memejamkan mata, mencoba mengendalikan detak jantung yang berdentam tak karuan. Seperti ada percikan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku, membangkitkan perasaan yang selama ini coba kutepis. “Chi,” panggilnya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. “Saya tahu, hubungan kita mungkin masih sangat sulit kita terima, tapi … saya ingin mencoba untuk saling memahami, sedikit demi sedikit.” Aku membuka mata dan mendongak, menatapnya. Sorot matanya begitu tulus, lembut, dan penuh harapan. Ada kehangatan yang mengalir di antara kami, membuatku tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam, membiarkan perasaan ini perlahan mengalir, meski jauh di sudut hati, bayangan Rakana masih menyelinap. Bang Fahad menarik selimut lebih rapat, memastikan aku tidak kedinginan. Angin malam yang dingin seperti hilang ditelan kehangatan yang ia berikan. “Chi,” ia memulai lagi, suaranya bergetar pelan. “Di awal
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Bad Kisser

Bang Fahad melepaskan tangannya perlahan, seolah memberiku ruang untuk bernapas. Sorot matanya tetap tertuju padaku, namun kali ini lebih lembut, seperti sedang menunggu aku bicara. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan kekacauan dalam pikiranku. Hubungan ini terasa rumit, bahkan untuk sekadar dipahami. Antara masa lalu yang menahan dan masa kini yang mencoba menyentuhku dengan harapan baru, aku merasa terjebak di tengahnya. “Apa Abang pernah merasa takut? Takut kalau kita ini cuma ... salah jalan? Atau mungkin sebenarnya... kita nggak pernah ditakdirkan untuk bersama?” Ia tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. “Pernah. Banyak malah.” Jawabannya yang jujur membuatku tertegun. Aku menunggu ia melanjutkan, dan ia melakukannya. “Tapi, Chi, ada satu hal yang saya pelajari dari kehidupan. Kadang, jalan yang kita pikir salah itu justru membawa kita ke tempat yang tepat. Kita nggak akan pernah tahu kalau kita nggak mencoba. Sesuatu yang kita anggap buruk dan tidak kita sukai, b
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Memancing Keributan

Aku membelalakkan mata, jantungku berdegup kencang mendengar kalimat terakhirnya. Wajahku memanas, tapi aku tahu ini bukan saatnya bersikap pasif. Entah keberanian dari mana, aku memutuskan untuk membalasnya."Memakan aku, Bang? Hmmm, seperti kue klepon, begitu?" Aku menyipitkan mata, mencoba terdengar santai, meski dalam hati, aku gugup setengah mati.Bang Fahad mengerutkan kening, lalu tertawa kecil. “Kue klepon? Kamu ini ada-ada aja, tapi itu juga salah satu makanan kesukaan saya, lho."“Abang tahu kan, kalau klepon itu manis di luar dan lengket di dalamnya? Mungkin ... aku juga begitu,” ucapku sembari menatapnya tanpa berkedip. Aku sengaja menggeser sedikit tubuhku, mendekatkan wajahku ke wajahnya.Bang Fahad tampak terkejut. Pipinya yang biasanya tegas itu mulai memerah. Ia berdeham pelan, mencoba mengalihkan pandangannya, tapi aku menahan dagunya dengan jemariku.“Jangan pura-pura sibuk lihat gorden, Bang. A
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Lebih Hangat

Gemericik hujan terdengar lembut dari balik jendela. Udara dingin yang menyeruak masuk melalui celah tirai membuatku menggeliat pelan, mencoba mencari kehangatan lebih di balik selimut.Namun, kehangatan itu bukan hanya berasal dari selimut, melainkan dari tubuh seseorang yang masih memelukku erat.Mataku terbuka perlahan, pandanganku langsung jatuh pada wajah Bang Fahad yang masih terlelap. Ada sesuatu yang damai dan menenangkan menelusup dalam hati Garis rahangnya tegas, alisnya yang sedikit berkerut meskipun sedang tidur, dan napasnya yang pelan membuat dadaku terasa hangat. Rasanya aneh mengakui, tapi aku suka melihatnya seperti ini, tanpa kepalsuan, tanpa jarak.Aku memiringkan tubuhku sedikit, menatapnya lebih dekat. Tanganku bergerak pelan, membenarkan rambut di dahinya yang sedikit berantakan. Tapi tiba-tiba matanya mengerjap terbuka, membuatku refleks menarik tangan.“Kamu ngapain, Chi?” tanyanya dengan suara
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Jatuh Hati Lebih Cepat

Aku mendengkus pelan. “Lihat nanti.”“Berarti saya peluk kamu aja terus,” katanya santai sambil memejamkan mata lagi.Aku menyerah, membiarkan kehangatan pelukannya mengalir dalam tubuhku. Di luar, hujan masih turun, tapi di sini, bersama Bang Fahad, semuanya terasa lebih hangat, lebih aman dan entah bagaimana rasanya lebih bahagia. Aku sendiri tidak paham. Namun beberapa saat kemudian, aku berhasil lolos dari pelukan Bang Fahad saat dirinya lengah.Ia mengerang manja dan menyuruhku kembali ke tempat tidur. Aku hanya tertawa kecil sambil menarik selimut ke atas tubuhnya. "Tidur lagi aja, Bang. Aku mau bikin teh hangat," kataku meski tidak yakin aku bisa melakukannya.Dia hanya mengangguk malas, matanya terpejam lagi, tapi aku bisa mendengar gumaman kecil darinya. "Jangan lama-lama, Chi."Aku melangkah ke dapur kecil, menyalakan kompor untuk memanaskan air. Suara hujan di luar terdengar lebih jelas d
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Hujan dan Kenangan

Hujan turun begitu deras sejak pagi hingga sekarang hampir siang hari, menciptakan irama tenang yang berpadu dengan suara dedaunan basah di sekitar kabin. Aku membuka pintu, duduk pada ambalannya, memandangi kabut tipis yang menyelimuti pepohonan.“Chi, kamu ngapain di situ? Nanti kedinginan.” Suara Bang Fahad terdengar dari arah dapur kecil.Aku menoleh, menemukan dia sedang membawa dua cangkir cokelat panas. Asap tipis mengepul dari cangkir itu, aromanya segera menghangatkan udara.“Lagi liatin hujan, Bang,” jawabku. “Kayaknya bakalan hujan seharian." Dia mengangguk sambil menyerahkan salah satu cangkir kepadaku. “Iya, makanya kita santai aja di sini. Nggak usah mikirin apa-apa. Nikmatin aja waktunya.”“Abang nggak bosan?” tanyaku padanya yang masih berdiri di belakang.Dia tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. Tak ayal tubuh kami jadi bersentuhan karena sempit. “Bosan gimana, Chi? Selama ada k
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Sisi Lain

Malam menyapa. Rintik hujan masih terus terdengar hampir tanpa jeda. Seharian aku bersama Bang Fahad di dalam kabin ini. Keperluan makan, diurus Bang Fahad sehingga entah sudah berapa banyak aku makan.Karena aku tidak membawa pakaian ganti, malam ini aku memakai kaos gombrong dan celana boxer selutut milik Bang Fahad yang disimpan sebagai pakaian cadangan di dalam mobilnya.Cahaya lampu di kabin redup, memberikan kehangatan tersendiri di tengah suara gemuruh petir yang sesekali terdengar di kejauhan. Aku duduk bersandar di sofa kecil, selimut tebal melingkupiku. Bang Fahad duduk tak jauh dariku, sibuk memeriksa ponsel dengan alis sedikit mengernyit“Abang lagi ngapain?” tanyaku, memecah keheningan.Dia menoleh seraya tersenyum tipis. “Cek cuaca. Kayaknya besok cuacanya udah normal. Kita bisa check out, Chi. Saya juga harus ke kantor."Aku pun hanya mengangguk mendengar penjelasannya.“Kamu laper gak
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Pesona Pria Matang

Dua hari menginap, akhirnya pagi hari ini aku dan Bang Fahad pulang. Berjalan masuk ke rumah dengan langkah pelan, udara dingin dari AC menyambut, mengusir sisa hawa lembap dari perjalanan panjang yang dilalui.Aku melepas flatshoes di depan pintu dan menghela napas lega. Bang Fahad berada tepat di sebelahku, sambil wajahnya tenang meski sorot matanya terasa lebih lembut dari biasanya. “Capek?” tanyanya pelan.Aku menggeleng. “Nggak. Tapi senang akhirnya sampai di rumah.”Kata "rumah" itu meluncur begitu saja, tapi begitu aku menyadarinya, rasanya aneh di mulut. Ini rumah Bang Fahad, bukan rumahku. Tapi dia malah tersenyum kecil, seolah kata-kata itu berarti sesuatu baginya.Aku menoleh padanya dengan perasaan canggung yang mendera, tapi Bang Fahad justru mengurai senyum lebar di bibirnya.Tangannya terulur, menyentuh lembut helaian rambutku yang lepas dari ikatannya. “Kamu mulai anggap tempat ini
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status