Share

Sulit Dijelaskan

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-11-15 17:00:33

Mobil sudah melaju meninggalkan komplek masjid. Meluncur di jalan raya menembus siang hari yang lumayan terik. Tidak ada pembicaraan selama perjalanan menuju pulang. Aku diam dan tenggelam dalam pikiranku sendiri. Sedangkan Bang Fahad tampak fokus menyetir.

Hingga aku tersadar bahwa arah jalan yang saat ini dilalui, bukanlah arah jalan pulang menuju rumah Bang Fahad. Rumah Mama Papa juga bukan.

“Ini mau ke mana, Bang?” tanyaku sambil celingukan ke kanan dan kiri.

“Nanti kamu juga tahu,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan yang lurus ke depan. "Ada tempat yang ingin saya tunjukkan. Semoga kamu suka.”

Aku tidak bertanya lebih lanjut, hanya mengikuti perjalanan dengan rasa penasaran. Semakin lama, mobil kini melalui jalanan di kawasan perkebunan teh, hawa dingin mulai terasa, dan terhampar perkebunan teh yang begitu luas, hijau, serta menenangkan.

Udara segar segera menyambut ketika jendela mobil
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lhinna
lanjut ka, tambah seru ini , happy endingnya ...
goodnovel comment avatar
Siti Hasanah
makin seru,semoga Chiara cepat jatuh hati sama Fahad dan setia ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Siapkah untuk Jatuh?

    Bang Fahad perlahan melepaskan ciumannya, membiarkan dahiku tetap bersandar di bahunya. Aku masih memejamkan mata, mencoba mengendalikan detak jantung yang berdentam tak karuan. Seperti ada percikan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhku, membangkitkan perasaan yang selama ini coba kutepis. “Chi,” panggilnya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. “Saya tahu, hubungan kita mungkin masih sangat sulit kita terima, tapi … saya ingin mencoba untuk saling memahami, sedikit demi sedikit.” Aku membuka mata dan mendongak, menatapnya. Sorot matanya begitu tulus, lembut, dan penuh harapan. Ada kehangatan yang mengalir di antara kami, membuatku tak mampu berkata-kata. Aku hanya diam, membiarkan perasaan ini perlahan mengalir, meski jauh di sudut hati, bayangan Rakana masih menyelinap. Bang Fahad menarik selimut lebih rapat, memastikan aku tidak kedinginan. Angin malam yang dingin seperti hilang ditelan kehangatan yang ia berikan. “Chi,” ia memulai lagi, suaranya bergetar pelan. “Di awal

    Last Updated : 2024-11-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bad Kisser

    Bang Fahad melepaskan tangannya perlahan, seolah memberiku ruang untuk bernapas. Sorot matanya tetap tertuju padaku, namun kali ini lebih lembut, seperti sedang menunggu aku bicara. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan kekacauan dalam pikiranku. Hubungan ini terasa rumit, bahkan untuk sekadar dipahami. Antara masa lalu yang menahan dan masa kini yang mencoba menyentuhku dengan harapan baru, aku merasa terjebak di tengahnya. “Apa Abang pernah merasa takut? Takut kalau kita ini cuma ... salah jalan? Atau mungkin sebenarnya... kita nggak pernah ditakdirkan untuk bersama?” Ia tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. “Pernah. Banyak malah.” Jawabannya yang jujur membuatku tertegun. Aku menunggu ia melanjutkan, dan ia melakukannya. “Tapi, Chi, ada satu hal yang saya pelajari dari kehidupan. Kadang, jalan yang kita pikir salah itu justru membawa kita ke tempat yang tepat. Kita nggak akan pernah tahu kalau kita nggak mencoba. Sesuatu yang kita anggap buruk dan tidak kita sukai, b

    Last Updated : 2024-11-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Memancing Keributan

    Aku membelalakkan mata, jantungku berdegup kencang mendengar kalimat terakhirnya. Wajahku memanas, tapi aku tahu ini bukan saatnya bersikap pasif. Entah keberanian dari mana, aku memutuskan untuk membalasnya."Memakan aku, Bang? Hmmm, seperti kue klepon, begitu?" Aku menyipitkan mata, mencoba terdengar santai, meski dalam hati, aku gugup setengah mati.Bang Fahad mengerutkan kening, lalu tertawa kecil. “Kue klepon? Kamu ini ada-ada aja, tapi itu juga salah satu makanan kesukaan saya, lho."“Abang tahu kan, kalau klepon itu manis di luar dan lengket di dalamnya? Mungkin ... aku juga begitu,” ucapku sembari menatapnya tanpa berkedip. Aku sengaja menggeser sedikit tubuhku, mendekatkan wajahku ke wajahnya.Bang Fahad tampak terkejut. Pipinya yang biasanya tegas itu mulai memerah. Ia berdeham pelan, mencoba mengalihkan pandangannya, tapi aku menahan dagunya dengan jemariku.“Jangan pura-pura sibuk lihat gorden, Bang. A

    Last Updated : 2024-11-18
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lebih Hangat

    Gemericik hujan terdengar lembut dari balik jendela. Udara dingin yang menyeruak masuk melalui celah tirai membuatku menggeliat pelan, mencoba mencari kehangatan lebih di balik selimut.Namun, kehangatan itu bukan hanya berasal dari selimut, melainkan dari tubuh seseorang yang masih memelukku erat.Mataku terbuka perlahan, pandanganku langsung jatuh pada wajah Bang Fahad yang masih terlelap. Ada sesuatu yang damai dan menenangkan menelusup dalam hati Garis rahangnya tegas, alisnya yang sedikit berkerut meskipun sedang tidur, dan napasnya yang pelan membuat dadaku terasa hangat. Rasanya aneh mengakui, tapi aku suka melihatnya seperti ini, tanpa kepalsuan, tanpa jarak.Aku memiringkan tubuhku sedikit, menatapnya lebih dekat. Tanganku bergerak pelan, membenarkan rambut di dahinya yang sedikit berantakan. Tapi tiba-tiba matanya mengerjap terbuka, membuatku refleks menarik tangan.“Kamu ngapain, Chi?” tanyanya dengan suara

    Last Updated : 2024-11-19
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jatuh Hati Lebih Cepat

    Aku mendengkus pelan. “Lihat nanti.”“Berarti saya peluk kamu aja terus,” katanya santai sambil memejamkan mata lagi.Aku menyerah, membiarkan kehangatan pelukannya mengalir dalam tubuhku. Di luar, hujan masih turun, tapi di sini, bersama Bang Fahad, semuanya terasa lebih hangat, lebih aman dan entah bagaimana rasanya lebih bahagia. Aku sendiri tidak paham. Namun beberapa saat kemudian, aku berhasil lolos dari pelukan Bang Fahad saat dirinya lengah.Ia mengerang manja dan menyuruhku kembali ke tempat tidur. Aku hanya tertawa kecil sambil menarik selimut ke atas tubuhnya. "Tidur lagi aja, Bang. Aku mau bikin teh hangat," kataku meski tidak yakin aku bisa melakukannya.Dia hanya mengangguk malas, matanya terpejam lagi, tapi aku bisa mendengar gumaman kecil darinya. "Jangan lama-lama, Chi."Aku melangkah ke dapur kecil, menyalakan kompor untuk memanaskan air. Suara hujan di luar terdengar lebih jelas d

    Last Updated : 2024-11-19
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Hujan dan Kenangan

    Hujan turun begitu deras sejak pagi hingga sekarang hampir siang hari, menciptakan irama tenang yang berpadu dengan suara dedaunan basah di sekitar kabin. Aku membuka pintu, duduk pada ambalannya, memandangi kabut tipis yang menyelimuti pepohonan.“Chi, kamu ngapain di situ? Nanti kedinginan.” Suara Bang Fahad terdengar dari arah dapur kecil.Aku menoleh, menemukan dia sedang membawa dua cangkir cokelat panas. Asap tipis mengepul dari cangkir itu, aromanya segera menghangatkan udara.“Lagi liatin hujan, Bang,” jawabku. “Kayaknya bakalan hujan seharian." Dia mengangguk sambil menyerahkan salah satu cangkir kepadaku. “Iya, makanya kita santai aja di sini. Nggak usah mikirin apa-apa. Nikmatin aja waktunya.”“Abang nggak bosan?” tanyaku padanya yang masih berdiri di belakang.Dia tertawa kecil, lalu duduk di sampingku. Tak ayal tubuh kami jadi bersentuhan karena sempit. “Bosan gimana, Chi? Selama ada k

    Last Updated : 2024-11-20
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sisi Lain

    Malam menyapa. Rintik hujan masih terus terdengar hampir tanpa jeda. Seharian aku bersama Bang Fahad di dalam kabin ini. Keperluan makan, diurus Bang Fahad sehingga entah sudah berapa banyak aku makan.Karena aku tidak membawa pakaian ganti, malam ini aku memakai kaos gombrong dan celana boxer selutut milik Bang Fahad yang disimpan sebagai pakaian cadangan di dalam mobilnya.Cahaya lampu di kabin redup, memberikan kehangatan tersendiri di tengah suara gemuruh petir yang sesekali terdengar di kejauhan. Aku duduk bersandar di sofa kecil, selimut tebal melingkupiku. Bang Fahad duduk tak jauh dariku, sibuk memeriksa ponsel dengan alis sedikit mengernyit“Abang lagi ngapain?” tanyaku, memecah keheningan.Dia menoleh seraya tersenyum tipis. “Cek cuaca. Kayaknya besok cuacanya udah normal. Kita bisa check out, Chi. Saya juga harus ke kantor."Aku pun hanya mengangguk mendengar penjelasannya.“Kamu laper gak

    Last Updated : 2024-11-20
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Pesona Pria Matang

    Dua hari menginap, akhirnya pagi hari ini aku dan Bang Fahad pulang. Berjalan masuk ke rumah dengan langkah pelan, udara dingin dari AC menyambut, mengusir sisa hawa lembap dari perjalanan panjang yang dilalui.Aku melepas flatshoes di depan pintu dan menghela napas lega. Bang Fahad berada tepat di sebelahku, sambil wajahnya tenang meski sorot matanya terasa lebih lembut dari biasanya. “Capek?” tanyanya pelan.Aku menggeleng. “Nggak. Tapi senang akhirnya sampai di rumah.”Kata "rumah" itu meluncur begitu saja, tapi begitu aku menyadarinya, rasanya aneh di mulut. Ini rumah Bang Fahad, bukan rumahku. Tapi dia malah tersenyum kecil, seolah kata-kata itu berarti sesuatu baginya.Aku menoleh padanya dengan perasaan canggung yang mendera, tapi Bang Fahad justru mengurai senyum lebar di bibirnya.Tangannya terulur, menyentuh lembut helaian rambutku yang lepas dari ikatannya. “Kamu mulai anggap tempat ini

    Last Updated : 2024-11-20

Latest chapter

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mereka Itu ....

    Seharian kami menghabiskan waktu di luar vila. Hingga tiba malam hari dan rupanya aku sempat tertidur. Aku terbangun karena suara gaduh dari dapur.Begitu keluar dari kamar, aku menemukan Bang Fahad berdiri dengan celemek bunga-bunga dan di tangannya ada mixer yang sedang menyala.“Abang ngapain?” tanyaku sambil menahan tawa.Dia menoleh dengan ekspresi penuh percaya diri, walau sedikit tepung menempel di pipinya. “Saya lagi bikin kue buat istri tercinta.”Mataku menyipit. “Bikin kue? Emang bisa?”“Bisa dong. Bisa gagal juga sih, tapi ... niatnya aja udah manis kan?”Aku tertawa sambil berjalan mendekat. “Tepungnya aja nempel di hidung. Udah kayak badut ulang tahun.”Dia nyengir, lalu tiba-tiba mencolekkan sedikit adonan dalam wadah ke ujung hidungku. “Nah, sekarang kita kembar.”“Bang! Ini lengket tau!” Aku coba membersihkannya, tapi dia malah kabur ke ruang tengah setelah menyemburkan lagi tepung ke arahku, membuatku harus mengejarnya sambil tertawa-tawa.“Kalau kamu bisa nangkep sa

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apapun Terasa Indah

    Usai sarapan dan sedikit bersantai di teras vila, Bang Fahad menggandeng tanganku menuju dermaga kecil di belakang vila. Terdapat sebuah perahu kayu mungil sudah terikat di sana, mengapung tenang di atas danau yang berkilau di bawah sinar matahari siang.“Mau keliling danau pakai perahunya?” tanyanya sambil menatapku penuh semangat.Aku menatapnya ragu. "Abang yakin bisa mendayung? Jangan-jangan baru mulai udah nyangkut di tengah.”Dia tertawa renyah, lalu meraih pelampung untukku. “Kalau bersama kamu, saya mendadak seperti petugas damkar, apapun pasti bisa saya lakukan."Kami lantas naik ke perahu pelan-pelan. Perahu mulai bergerak perlahan, menyisakan riak kecil yang tenang di permukaan air.Aku duduk di ujung yang berhadapan langsung dengan Bang Fahad, sementara dia mulai mengayuh dengan tenang dan teratur.Angin menerpa wajah kami, lembut dan menenangkan. Pemandangan sekeliling terasa seperti lukisan hidup, pepohonan rindang, suara burung dari kejauhan, dan sinar matahari yang men

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Siap Mencintai

    Satu bulan usai malam paling romantis itu, kami akhirnya berangkat. Keadaanku tiap harinya kian membaik. Aku sudah mampu berjalan dengan normal lagi, meski sesekali masih ada sakit yang terasa.Hari ini kamu pergi. Bukan ke luar negeri, bukan pula ke kota besar yang ramai dan gemerlap. Hanya ke sebuah vila tersembunyi di daerah perbukitan, tempat di mana suara alam jauh lebih lantang daripada deru kendaraan. Tempat yang dipilih Bang Fahad sendiri, tempat yang katanya sudah lama ingin ia kunjungi bersamaku.Perjalanan kami ditemani udara sejuk dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah kami. Aku duduk di kursi penumpang sambil sesekali meliriknya, dan setiap kali itu terjadi, Bang Fahad selalu sempat menangkap pandanganku.“Kamu ngelihatin saya terus, kenapa?” tanyanya sambil nyengir, matanya masih fokus ke jalan.Aku mengangkat bahu dengan wajah sok polos. “Salah, ya? Ngelihatin suami sendiri?”Dia tertawa kecil. “Enggak. Cuma takut kamu gak kuat nahan rasa cinta aja, nanti meledak d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menulis Cerita Baru

    Waktu terasa lambat saat aku harus hidup bergantung di kursi roda. Tidak ada hari yang terlewat tanpa obat dan terapi. Tidak ada waktu yang berlalu tanpa bantuan dari Bang Fahad padaku. Hingga detik ini, terhitung sudah lima bulan aku menjalani semuanya. Dukungan dan kesetiaan Bang Fahad tidak perlu diragukan. Dia ada di setiap saat aku membutuhkannya.Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Pelan tapi pasti, aku sudah mulai bisa berjalan meski hanya baru di dalam rumah. Keadaanku berangsur membaik dan semua ini tidak lepas dari dukungan penuh Bang Fahad selama aku menjalani terapi."Saya senang, akhirnya kamu bisa jalan lagi, meski masih pelan-pelan," ucap Bang Fahad saat kami duduk bersama di sofa ruang televisi pagi hari setelah selesai sarapan."Semua karena bantuan Abang juga. Kalau tanpa Abang, aku gak yakin bisa membaik seperti ini," jawabku apa adanya.Bang Fahad tampak menggeleng. "Enggak, Chi. Semua karena usaha dan kegigihan kamu juga.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Harus Sempurna

    Hari demi hari berlalu.Aku belum juga mampu berjalan. Hidupku masih terus bergantung pada kursi roda, tetapi gips yang semula membungkus kakiku sudah dilepaskan. Pergelangan kakiku tidak sempurna bentuknya. Aku masih harus menjalani terapi dan Bang Fahad merawatku dengan sangat telaten selama ini.Seperti pagi ini, dia sudah membawa semangkuk bubur hangat ke kamar dan bersiap menyuapiku. Namun, aku menundanya."Kamu belum laper?" tanya Bang Fahad yang duduk di sisi tempat tidur.Aku menggeleng pelan. "Belum. Tapi ... aku ngerasa gerah banget. Boleh gak minta tolong?"Dia menatapku penuh perhatian. "Boleh, dong. Kamu mau apa?""Aku pengen mandi dulu, mau keramas."Dia mengangguk mantap. "Oke. Ayo, saya bantu."Bang Fahad bergerak cepat menggulung lengan kausnya, mengambil baskom dari lemari kecil, handuk bersih, dan sampo favoritku yang disimpan di rak pojok."Emm, saya gendong aja ya?" tanyanya setelah

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Senja yang Indah

    Pelukan itu masih bertahan.Lama.Seakan tidak ada kata yang lebih tepat selain diam yang saling menyampaikan isi hati. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang tenang, ritmenya menyatu dengan napasku yang perlahan mulai normal kembali. Tak ada luka yang benar-benar hilang, tapi pagi ini aku merasa luka itu mulai sembuh lewat cara yang tak pernah kusangka.Setelah beberapa menit, Bang Fahad melepaskan pelukan. Ia menatapku, dan masih dengan sorot rasa bersalah. "Chi?"Aku mengangkat dagu, menatapnya balik.“Boleh saya mulai dari awal?” tanyanya. “Tidak harus langsung. Tidak perlu buru-buru. Tapi ... boleh saya temani kamu dari awal lagi? Belajar ulang tentang kamu, tentang kita?”Jantungku berdetak lebih cepat. Bukan karena gugup, tapi karena pertanyaan itu seperti angin sejuk yang datang setelah badai panjang di musim penghujan.Aku tersenyum kecil. “Mulai dari awal sekali?”D

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lari ke Pelukanmu

    Malam ini seakan menjadi saksi bisu dari dua hati yang pernah patah dan kini saling menopang. Tidak sempurna, tidak juga langsung sembuh. Tapi setidaknya, kami sepakat untuk saling menggenggam.Bang Fahad mengantarku kembali ke kamar. Sesampainya di ranjang, dia membantu dengan lembut saat aku berpindah dari kursi roda. Tak banyak kata, hanya gerakan-gerakan penuh kehati-hatian yang membuat dadaku hangat.Saat aku sudah rebah dan selimut menutupi tubuh, Bang Fahad duduk di sisi ranjang, tak langsung pergi. Tangannya masih menggenggam jemariku erat, seolah enggan melepas."Kalau kamu butuh apa-apa, panggil saya ya," ucapnya pelan.Aku hanya mengangguk. Suaraku seolah tertinggal di ruang doa tadi. Dia kemudian berdiri, tapi sebelum melangkah ke luar, aku menahannya dengan satu kalimat sederhana."Bang ... boleh duduk di sini sebentar lagi?"Dia menoleh. Wajahnya menegang sesaat, sebelum melunak dan kembali duduk di kursi samping tempat tidurku."Sebentar aja, ya?" Aku menatapnya ragu.B

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sembuh Bersama

    Aku merasa ada yang runtuh dari dalam diriku. Tembok tinggi yang aku bangun perlahan mulai retak-retak oleh ucapannya yang penuh harap dan doa yang lirih.Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Mungkin ini bukan karena kasihan. Tapi lebih pada ... aku tak pernah menyangka ada seseorang yang begitu bersungguh-sungguh meminta kesempatan kedua, bahkan ketika dia tahu tak ada jaminan untuk diterima.Tanganku gemetar saat menyentuh pegangan kursi roda. Ingin rasanya aku putar balik, kembali ke kamar dan pura-pura tak pernah mendengar apa pun tadi. Tapi langkahnya yang kini berdiri, menoleh, dan langsung terpaku melihatku di sana membuat semuanya terlambat."Chi?" ucapnya sambil buru-buru mengusap wajah, seolah tak ingin aku melihat bekas air matanya. Dia melipat sajadah dengan cepat, lalu menyalakan lampu ruangan hingga terang benderang. Dia berlari, sampai berjongkok di depan kursi rodaku."Ada apa? Kenapa kamu ke luar kamar? Kamu perlu apa? Air minum kamu habis?" Dia mencecar d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status