Home / Fiksi Remaja / Pacarku Si Ketua OSIS / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pacarku Si Ketua OSIS: Chapter 1 - Chapter 10

35 Chapters

Awal Tak Terduga

Hari itu sama seperti biasanya, aku melangkahkan kaki ke sekolah dengan setengah hati. SMA Bintang Raya mungkin sekolah impian banyak orang. Tapi bagiku, itu hanya tempat di mana aku menjalani rutinitas yang membosankan. Aku Nayla Putri, bukan siapa-siapa di sekolah ini. Bukan siswi berprestasi, bukan pula gadis populer. Aku hanyalah satu dari ratusan siswa yang berlalu-lalang di koridor sekolah tanpa meninggalkan jejak berarti. Tapi hari ini, tanpa aku sadari semua kehidupanku akan berubah. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana hari itu dimulai. Langit cerah, suasana sekolah ramai seperti biasa. Teman-temanku sibuk membicarakan banyak hal, mulai dari tugas yang harus dikumpulkan hingga rumor tentang siapa yang sedang naksir siapa. Aku hanya duduk di bangku kelas sambil mendengarkan obrolan mereka tanpa terlalu banyak ikut campur. Hanya sesekali tersenyum atau mengangguk jika diminta pendapat. "Nayla dengerin deh, si Arga ketua OSIS itu makin keren aja, ya?" tanya Maya,
Read more

Keputusan yang Berat

Dua hari berlalu lebih cepat dari yang kubayangkan, namun rasanya kepalaku masih penuh dengan kebingungan. Aku masih belum bisa memutuskan, apakah akan menerima tawaran menjadi sekretaris OSIS atau tidak. Sepintas, mungkin itu terlihat seperti kesempatan emas terutama di mata Maya yang terus-menerus mengingatkanku bahwa ini bisa jadi momen yang bisa mengubah hidupku. Tapi di sisi lain, aku merasa bimbang. OSIS bukan hal yang pernah kubayangkan akan aku masuki. Pagi itu aku duduk di tepi tempat tidurku sambil menatap layar ponsel yang menampilkan pesan dari Maya. Maya: “Nay, kamu udah bikin keputusan belum? Plis jangan nolak! Ini kesempatan langka!” Aku menghela napas panjang, kemudian meletakkan ponselku di atas meja. Aku belum sempat menjawab pesan Maya karena aku masih memikirkan jawaban untuk diriku sendiri. Ketika sampai di sekolah, suasananya tampak seperti biasa. Ada keramaian siswa di lorong, canda tawa, dan obrolan yang cukup riuh. Tapi hari ini, semuanya terasa l
Read more

Awal dari Tekanan

Aku memandang tumpukan kertas yang kini memenuhi meja belajarku. Ada beberapa catatan rapat sebagai tugas-tugas yang harus kukerjakan sebagai sekretaris OSIS, serta ada jadwal kegiatan yang akan diadakan dalam beberapa minggu ke depan. Kepalaku mulai berdenyut. Sejak kapan hidupku jadi serumit ini? Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Rasanya baru kemarin aku menjalani hari-hari biasa tanpa harus memikirkan hal-hal yang rumit seperti sekarang. Sekolah, belajar, dan sesekali ngobrol dengan Maya di kantin. Tapi sekarang, aku punya tanggung jawab baru, tanggung jawab yang entah siap atau tidak aku emban. "Kamu bisa Nayla," bisikku pada diri sendiri, seolah meyakinkan diri. Aku memang sudah memutuskan untuk menerima tawaran sebagai sekretaris OSIS, jadi sekarang yang bisa kulakukan hanyalah menjalani dan membuktikan bahwa aku tidak salah memilih. Arga dan timnya telah memberikan kepercayaan kepadaku, dan aku tak ingin mengecewakan mereka atau diriku sendiri.
Read more

Tanda yang Tak Terduga

Pagi itu seperti biasa aku tiba di sekolah dengan membawa tumpukan berkas di dalam tas. Rasanya semakin lama hari-hariku lebih dipenuhi dengan dokumen OSIS di banding buku pelajaran. Tapi entah kenapa, meski aku masih merasa kewalahan ada sedikit rasa bangga yang mulai tumbuh di hatiku. Setidaknya, aku berhasil menyelesaikan beberapa tugas penting tanpa membuat kekacauan besar. Namun, di balik semua itu ada satu hal yang akhir-akhir ini membuat pikiranku terganggu yaitu Arga. Semenjak rapat sore itu, aku mulai merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara dia memperlakukanku. Setiap kali dia berbicara denganku, tatapannya terasa lebih hangat. Apakah ini hanya imajinasiku? Atau... apakah dia benar-benar mulai memperhatikanku? “Pagi Nayla,” suara yang sudah sangat kukenal tiba-tiba terdengar dari belakangku. Aku menoleh dan mendapati Arga berdiri di sana dengan senyum khasnya. Seperti biasa, dia terlihat tenang dan percaya diri. Senyumnya itu selalu berhasil membuat jantungku berd
Read more

Perhatian yang Mencuri Hati

Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat. Aku semakin tenggelam dalam rutinitas sekolah dan OSIS. Tetapi ada sesuatu yang berbeda yang mengiringi langkahku setiap harinya yaitu perhatian Arga. Entah sejak kapan, dia mulai sering memperhatikan hal-hal kecil tentangku. Dari cara dia berbicara, cara dia tersenyum, hingga setiap gerakan sederhana yang dia lakukan saat berada di dekatku. Semuanya terasa lebih istimewa buatku. Pagi ini saat aku sedang berjalan menuju kelas, Arga tiba-tiba menghampiriku dengan langkah cepat. Wajahnya berseri-seri, seperti seseorang yang sudah lama menunggu kesempatan untuk bertemu. “Pagi Nayla!” sapanya dengan senyuman hangat dan lagi-lagi menghiasi wajahnya. Aku menoleh dan tersenyum padanya. “Pagi juga Arga. Kok kelihatannya semangat banget?” Dia tertawa kecil sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Aku baru beli ini, dan aku langsung kepikiran buat kasih ke kamu.” Aku mengernyit bingung dengan kata-katanya. Dari tangannya, dia mengeluar
Read more

Hati yang Semakin Terikat

Hari-hari setelahnya, perhatian Arga terasa semakin intens. Setiap pagi, dia selalu menyapa dengan senyum yang seolah-olah hanya untukku. Dia tak pernah melewatkan kesempatan untuk bertanya tentang keadaanku, menawarkan bantuan, atau sekadar memastikan aku baik-baik saja. Meski awalnya aku merasa canggung, semakin hari, perhatian itu mulai kurasakan sebagai bagian dari rutinitasku. Aku mulai mengharapkan kehadirannya di setiap kesempatan bahkan tanpa kusadari. Pagi ini pun seperti biasa, aku tiba di sekolah lebih awal untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan OSIS yang tertunda. Saat aku sedang sibuk mengatur dokumen, pintu ruang OSIS terbuka. Aku sudah bisa menebak siapa yang datang bahkan sebelum mendongak. “Nayla, udah sarapan belum?” tanya Arga sambil berjalan ke arahku membawa sekotak makanan di tangannya. Aku mendongak, tersenyum padanya. “Belum. Masih sibuk ngerjain laporan ini. Kenapa?” Dia meletakkan kotak makanan itu di mejaku dan mendorongnya ke arahku. “Aku ta
Read more

Antara Harapan dan Ragu

Setelah percakapan sore itu di taman, suasana antara aku dan Arga terasa berbeda. Meski kami belum resmi menjadi sepasang kekasih, ada sesuatu yang tidak lagi sama. Ada ketegangan manis di antara kami, ketegangan yang selalu muncul setiap kali kami saling bertatapan atau berbicara.Meski perasaan kami sudah jelas, ada sesuatu yang menahan kami untuk melangkah lebih jauh, entah itu keraguan atau ketakutan akan perubahan yang mungkin terjadi.Hari-hari berlalu, dan perasaan itu semakin membuatku tidak tenang. Di satu sisi, aku bahagia karena tahu Arga juga merasakan hal yang sama denganku.Tapi di sisi lain, aku merasa seperti sedang berdiri di ambang jurang, menunggu saat yang tepat untuk melompat. Dan entah kenapa, meski aku ingin melompat, aku juga takut akan apa yang terjadi setelahnya.Pagi itu, saat aku tiba di sekolah, aku melihat Arga sedang berdiri di depan gerbang. Dia tampak menungguku. Jantungku berdebar kencang saat aku berjalan mendekatinya.“Nayla,” sapanya lembut saat ak
Read more

Ketika Dina Mulai Menyadari

Angin sore yang sejuk menyapu wajahku ketika aku dan Arga duduk di bangku taman sekolah yang tersembunyi itu.Tempat yang dia bilang sebagai "tempat favoritnya" kini menjadi lokasi di mana perasaanku semakin tidak terkendali.Setelah Arga mulai menyatakan perasaannya padaku sebelumnya, perasaan antara kami seolah semakin nyata. Meskipun statusnya belum terikat dalam sebuah hubungan yang resmi.Namun, di tengah percakapan kami yang santai, takdir sepertinya ingin bermain sedikit dengan suasana.Ketika kami sedang berbicara dengan lebih intim, seseorang tiba-tiba muncul. Dina sebagai wakil ketua OSIS yang juga teman dekatnya Arga mendadak berada di hadapan kami."Arga? Nayla?" Suara Dina terdengar mengejutkan, sehingga menciptakan suasana tiba-tiba menjadi kaku.Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang jelas saat melihat kami berdua duduk bersama di tempat tersembunyi ini.Aku bisa merasakan aliran darahku mengalir cepat. Aku segera menegakkan tubuhku berusaha terlihat biasa, meskipun hat
Read more

Peringatan Dina

Pagi itu, udara dingin menyelimuti sekolah. Aku merasa aneh, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres.Mungkin perasaan cemas dari semalam masih membekas di benakku. Pertemuan dengan Dina yang terasa begitu janggal terus terbayang-bayang, seolah membuat langkahku menuju ke sekolah terasa lebih berat.Begitu tiba di depan pintu ruang OSIS, aku melihat Dina sedang berdiri di sana untuk menungguku. Sejenak, aku merasa ragu untuk melangkah lebih dekat. Namun, aku tahu cepat atau lambat aku harus menghadapi ini.“Nayla,” panggil Dina dengan nada yang lebih serius dari biasanya begitu aku semakin mendekat.Aku tersenyum kecil, berusaha tetap tenang.“Iya, Dina? Ada apa?”Dina menarik napas dalam, seolah sedang mempersiapkan dirinya untuk mengatakan sesuatu yang besar.“Kita perlu bicara. Sekarang!”Aku bisa merasakan udara di sekitar kami mendadak berubah, seolah-olah tekanan aneh mulai mengelilingi kami.Dina bukan orang yang suka berbasa-basi dan cara bicaranya membuatku semakin cemas. T
Read more

Arga Menyatakan Perasaannya

Senja mulai turun melukiskan langit dengan warna jingga yang memudar. Aku duduk di bangku taman sekolah, tempat di mana aku dan Arga sering menghabiskan waktu bersama.Suara desiran angin dan daun-daun yang berguguran memberikan ketenangan, namun hari ini rasanya ada sesuatu yang berbeda. Hati ini berdegup lebih cepat dari biasanya.Arga duduk di sebelahku, pandangannya tertuju pada hamparan pepohonan yang mengelilingi taman.Kami hanya berdua di sini, dalam keheningan yang entah mengapa terasa nyaman. Namun, keheningan itu tidak berlangsung lama.“Nayla,” Arga memanggil namaku dengan nada lembut namun tegas.Aku menoleh, mataku bertemu dengan matanya yang berkilau di bawah cahaya senja. Ada sesuatu dalam tatapannya yang berbeda dari biasanya yaitu sesuatu yang lebih dalam.“Ada yang mau aku omongin,” lanjutnya. Suaranya sedikit bergetar, seperti sedang menyembunyikan perasaan yang selama ini dia pendam.Jantungku mulai berdegup kencang. Apa ini momen yang selama ini aku tunggu? Aku
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status