Share

Pacarku Si Ketua OSIS
Pacarku Si Ketua OSIS
Penulis: Adela Ghani

Awal Tak Terduga

Hari itu, sama seperti biasanya, aku melangkahkan kaki ke sekolah dengan setengah hati.

SMA Bintang Raya mungkin sekolah impian banyak orang, tapi bagiku, itu hanya tempat di mana aku menjalani rutinitas yang membosankan.

Aku Nayla Putri, bukan siapa-siapa di sekolah ini. Bukan siswi berprestasi, bukan pula gadis populer. Aku hanyalah satu dari ratusan siswa yang berlalu-lalang di koridor sekolah tanpa meninggalkan jejak berarti.

Tapi hari ini, tanpa aku sadari, semuanya akan berubah.

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana hari itu dimulai. Langit cerah, suasana sekolah ramai seperti biasa.

Teman-temanku sibuk membicarakan banyak hal, mulai dari tugas yang harus dikumpulkan hingga rumor tentang siapa yang sedang naksir siapa.

Aku hanya duduk di bangku kelas sambil mendengarkan obrolan mereka tanpa terlalu banyak ikut campur. Hanya sesekali tersenyum atau mengangguk jika diminta pendapat.

"Nayla, dengerin deh, si Arga ketua OSIS itu makin keren aja, ya?" tanya Maya, sahabatku yang paling bersemangat setiap kali berbicara tentang cowok.

Aku hanya menoleh dan tersenyum tipis. Arga? Siapa yang tidak kenal dengan Arga Pratama? Ketua OSIS yang terkenal kharismatik, tampan, dan tentu saja pintar.

Dia selalu jadi topik hangat di sekolah. Meski tidak pernah berinteraksi langsung dengannya, aku tahu betapa kagumnya banyak siswi pada sosoknya. Termasuk Maya tentunya.

"Tapi serius, Nay. Kamu enggak tertarik gitu?" lanjut Maya, kali ini menatapku serius.

Aku tertawa kecil dan menggeleng. "Aku? Tertarik sama Arga? Hahaha, enggak mungkin, May. Lagian, dia bahkan enggak tahu kalau aku ada di sekolah ini."

Maya mengerutkan kening.

"Jangan pesimis gitu, dong. Kamu juga cantik kok Nay. Lagian, siapa tahu nasib baik lagi berpihak sama kamu."

Aku hanya mengangkat bahu. Nasib baik? Itu mungkin tidak berlaku untukku. Tapi ya, tidak ada salahnya bermimpi sedikit, kan?

Pagi itu berlanjut dengan biasa saja, sampai bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama dimulai, dan aku kembali tenggelam dalam buku catatanku, mencatat setiap hal yang diterangkan oleh guru.

Jam-jam pelajaran berlalu tanpa ada kejadian yang istimewa, sampai akhirnya bel istirahat berbunyi.

Ketika aku sedang asyik membuka kotak makan siangku di kantin bersama Maya, tiba-tiba ada seorang siswa laki-laki yang menghampiriku. Aku tidak mengenalnya, tapi seragamnya menunjukkan dia adalah salah satu pengurus OSIS.

"Nayla Putri?" tanyanya tegas.

Aku mengangkat kepala, sedikit bingung.

"Iya, aku Nayla."

"Kamu diminta untuk datang ke ruang OSIS sekarang. Ada yang ingin berbicara denganmu," katanya lagi, tanpa banyak penjelasan.

Jantungku berdegup kencang. Ruang OSIS? Siapa yang ingin bertemu denganku di sana? Aku melirik Maya yang tampak sama terkejutnya denganku.

"Siapa? Kenapa?" tanyaku pelan, merasa tak ada alasan bagiku dipanggil ke tempat itu.

"Saya hanya diminta untuk menyampaikan pesan. Kamu bisa langsung ke sana sekarang."

Dengan perasaan campur aduk, aku berdiri dari tempat dudukku. Maya tersenyum penuh harap.

"Wah, jangan-jangan ini pertanda bagus, Nay. Mungkin kamu akan masuk OSIS!"

Aku menatapnya skeptis. Aku? Masuk OSIS? Rasanya terlalu mengada-ada. Namun, karena tak ada pilihan lain, aku pun mengikuti arahan siswa itu menuju ruang OSIS.

Ruang OSIS terletak di ujung gedung sekolah, sedikit terpisah dari kelas-kelas lainnya. Selama ini, aku tidak pernah punya alasan untuk masuk ke sana.

Setiap kali melintasinya, aku hanya melihat dari luar, tempat itu selalu terlihat sibuk dan penuh dengan orang-orang yang berwibawa. Seperti Arga.

Ketika aku tiba di depan pintu, napasku sedikit tertahan. Aku tidak tahu apa yang menantiku di balik pintu itu, tapi aku merasa jantungku semakin cepat berdetak.

Aku mengetuk pintu pelan.

"Permisi…"

Pintu terbuka, dan di baliknya, berdiri seorang siswa yang tak lain adalah Arga Pratama. Dia berdiri dengan postur tegap, mengenakan seragam OSIS yang rapi.

Matanya yang tajam menatapku sebentar, lalu dia tersenyum tipis. Senyum yang membuatnya terlihat lebih ramah daripada rumor yang kudengar.

"Nayla Putri kan?" tanyanya, suaranya terdengar tenang dan serius.

Aku mengangguk, mencoba menahan kegugupan yang tiba-tiba menyerang.

"Iya, aku Nayla. Kamu… Arga kan?"

Dia tertawa kecil dan mengangguk.

"Betul. Masuk, silakan duduk. Ada yang ingin kami bicarakan denganmu."

Tanpa banyak berpikir lagi, aku melangkah masuk ke ruangan itu. Di dalam, ada beberapa siswa OSIS lainnya yang sedang sibuk dengan tugas mereka.

Ruangan itu dipenuhi poster kegiatan sekolah dan jadwal rapat. Arga menunjuk kursi di depan mejanya, dan aku pun duduk dengan perasaan tak menentu.

"Kami sedang melakukan beberapa perombakan dalam kepengurusan OSIS," kata Arga membuka pembicaraan.

"Dan setelah mempertimbangkan beberapa nama, kami ingin menawarkan posisi sekretaris OSIS kepadamu."

Jantungku hampir berhenti mendengar kata-katanya. Sekretaris OSIS? Aku bahkan tak pernah terlibat dalam organisasi apapun di sekolah. Mengapa mereka memilihku?

"Tapi… kenapa aku?" tanyaku bingung.

"Aku bahkan tidak pernah ikut kegiatan OSIS sebelumnya."

Arga tersenyum, kali ini sedikit lebih lebar.

"Itu salah satu alasan kenapa kami memilihmu. Kami butuh seseorang yang bisa membawa perspektif baru. Dari catatan prestasi akademismu dan rekomendasi beberapa guru, kami yakin kamu adalah pilihan yang tepat."

Aku menatapnya, masih tidak percaya.

"Aku tidak tahu… Aku tidak pernah berpikir untuk bergabung dengan OSIS."

"Kami tidak butuh jawaban sekarang," kata Arga dengan nada tenang.

"Pikirkan dulu. Tapi kami percaya, kamu punya potensi besar, Nayla."

Aku duduk diam, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Arga, ketua OSIS yang terkenal itu, baru saja memintaku bergabung menjadi sekretarisnya? Ini pasti mimpi kan?

Setelah beberapa saat, Arga melanjutkan.

"Kami ingin mendengar jawabanmu dalam dua hari. Tapi tolong, pertimbangkan ini baik-baik."

Aku mengangguk pelan. Dua hari? Sepertinya itu terlalu cepat untuk mengambil keputusan sebesar ini. Tapi di sisi lain, tawaran ini mungkin adalah kesempatan yang tak akan datang dua kali.

Setelah pembicaraan singkat itu, aku pamit dan meninggalkan ruang OSIS dengan kepala penuh pertanyaan. Saat berjalan kembali ke kelas, Maya sudah menungguku dengan ekspresi penasaran.

"Jadi, apa yang terjadi?" tanyanya antusias.

Aku menatapnya dengan mata penuh kebingungan.

"Mereka… mereka menawariku posisi sekretaris OSIS."

Maya terkejut, lalu senyumnya merekah lebar.

"Kamu bercanda kan? Itu luar biasa Nay!"

"Tapi aku enggak tahu, May. Aku enggak pernah terlibat di OSIS. Kenapa mereka memilih aku?"

Maya memegang bahuku erat.

"Karena mereka melihat potensi kamu, Nay. Kamu harus terima ini! Ini kesempatan besar!"

Aku terdiam, memikirkan kata-kata Maya. Benarkah aku punya potensi yang mereka lihat? Atau mungkin ini hanya kesalahan?

Namun, satu hal yang pasti, sejak pertemuan dengan Arga, hidupku di sekolah tak akan pernah sama lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status