Home / Romansa / Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan / Chapter 451 - Chapter 460

All Chapters of Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan: Chapter 451 - Chapter 460

506 Chapters

Bab 451

Layar LCD langsung pecah, bahkan tidak bisa diperbaiki lagi.Orang tua dari kedua anak itu akhirnya datang. Awalnya mereka memarahi anak-anak mereka, lalu meminta maaf kepada Jeremy. Sekilas, mereka terlihat cukup sopan. Namun, jika mendengar lebih saksama ...."Jeremy, maaf sekali ya. Sekarang kamu sudah sukses, satu TV saja nggak mahal, 'kan? Seharusnya nggak masalah ya?""Anak kecil belum paham apa-apa, sering kali hancurin barang. Kamu nggak mungkin marah sama dua anak kecil yang belum dewasa, 'kan?""Ya, betul banget!"Jeremy tentu saja hanya bisa memaafkan mereka. Dia tidak mungkin meminta mereka mengganti rugi.Namun, Jeremy merasa sangat sedih melihat TV-nya yang rusak. Padahal itu baru dibeli, harganya belasan juta."Sudah, sudah. Kalian pergi tidur saja."....Keesokan paginya, Nadine terbangun karena suara TV yang bising. Dia meraih ponselnya untuk melihat waktu. Belum pukul 6 pagi.Saat berikutnya, dia teringat sesuatu, jadi segera bangkit dan keluar kamar. Benar saja, suar
Read more

Bab 452

"Jangan cari alasan lagi! Aku memang bukan orang kota seperti kalian, jadi nggak terbiasa makan makanan dari luar. Aku ini lebih tua dari kalian lho. Apa salahnya minta kamu buatkan sarapan sekali saja? Kalau kamu nggak mau, aku akan pergi mencari ibu mertuamu dan mengadu!"Sambil berbicara, dia mulai mengeluh. Kadang bilang kepalanya sakit karena marah, kadang bilang dia lapar. Mendengar ini, orang-orang langsung berdiri dan mulai menyalahkan Irene.Irene melihat wajah-wajah menyebalkan mereka. Sepertinya mereka ini sudah biasa saling mendukung dan menggunakan jumlah untuk menindas orang lain."Kamu ingin makan sarapan buatan rumah, 'kan? Ya sudah, aku akan minta Jeremy buatkan. Tunggu sebentar.""Bukan itu maksudku! Kamu nggak ngerti ya? Aku minta kamu yang masak, bukan Jeremy! Laki-laki itu tugasnya cari uang, perempuan itu tugasnya di dapur, itu sudah hukum alam!""Oh, aku paham kok. Tapi ...." Irene tersenyum tipis. "Di rumah kami, aku yang penghasilannya lebih besar daripada Jere
Read more

Bab 453

Chyntia berkeliling terlebih dahulu, lalu tersenyum menyapa para kerabat yang hadir.Setelah itu, dengan tangan terlipat di depan dada, dia menghampiri Irene dan berkata, "Irene, bukannya aku mau komentar, tapi rumah ini berantakan sekali. Kamu nggak beberes sedikit?"Irene sudah mencoba, tetapi setiap kali rumah dibereskan, kondisinya malah lebih kacau dari sebelumnya, bahkan hanya butuh waktu kurang dari 30 menit.Chyntia melanjutkan, "Orang yang nggak tahu pasti mengira kalian pemalas banget. Lihat tuh lantainya, ada lumpur. Meja penuh barang, baunya juga nggak enak. Gimana saja sih? Waduh, handuk ini sudah hitam begini, masih disimpan buat apa? Buat lap toilet ya?"Wanita tua itu datang sambil menarik handuk itu, "Kenapa kamu pegang handuk cuci mukaku?"Chyntia langsung terdiam."Pokoknya, besok pesta ulang tahun Ibu yang ke-80. Kalau kita sendiri yang lihat rumah kotor dan berantakan, masih bisa dimaklumi. Tapi kalau orang luar yang lihat, kalian yang malu. Lebih baik diperhatikan
Read more

Bab 454

Nadine segera membuka laptopnya. Kamar miliknya dilengkapi dengan kamera pengawas. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan rekaman hari ini.Setelah memperbesar tampilan, dia langsung mengenali siapa pelakunya, cucu kesayangan Vera.Nadine langsung turun ke lantai bawah. Vera sedang menonton TV, sementara orang tua si anak duduk di sofa dan makan buah sambil bermain ponsel masing-masing. Anak itu tengah bersiap menghancurkan puzzle milik Jeremy yang sudah diberi bingkai.Mata Nadine menyipit. Saat anak itu hendak menarik puzzle, dia dengan sigap merebutnya. "Kamu masuk ke kamarku, 'kan? Di mana barang di mejaku? Sebelum terlambat, cepat kembalikan."Ekspresi Nadine serius, suaranya sedingin es. Usia anak itu sekitar 5 atau 6 tahun, jadi sudah cukup besar untuk membaca situasi. Melihat wajah Nadine yang tegas, dia tahu situasinya serius. Setelah berpikir sejenak, tiba-tiba ...."Huwee!" Dia menangis sekencang-kencangnya."Ya ampun! Kok tiba-tiba nangis? Jangan nangis. Kalau ada y
Read more

Bab 455

"Selain itu, kenapa kalau dia mengambilnya? Bukankah itu cuma beberapa lembar kertas tak berguna? Kamu mau memukul atau membunuh dia? Katanya kaya, kenapa begitu perhitungan dengan anak kecil?""Lihat, dia sampai ketakutan seperti ini! Kesehatan anakku kurang baik. Di masa depan, dia akan masuk universitas ternama. Gimana kalau matanya rusak karena nangis?"Nadine hanya menonton wanita itu bersandiwara, lalu tersenyum dingin. "Sepertinya aku nggak pernah bilang kalau yang dia ambil itu kertas, 'kan?"Tubuh wanita itu langsung tegang. Sementara itu, Jeremy dan Irene mulai panik."Barang-barang di kamar Nadine itu bukan sembarang kertas, semuanya adalah dokumen penting! Selain itu, Nadine nggak pernah sembarangan menuduh orang. Kalau dia bilang anakmu ambil, pasti ada buktinya. Jadi, lebih baik kalian suruh dia kembalikan biar masalah ini selesai."Wanita itu sama sekali tidak mau mendengarkan. "Kalian kira kalian raja! Hari ini, aku akan buktikan kalau bukan anakku yang ambil. Aku nggak
Read more

Bab 456

Sungguh nyaring."Sebelum kita pergi, apa yang Nenek katakan? Harus patuh, nggak boleh sembarangan ambil barang orang lain! Apa kamu hanya menganggapnya angin lalu? Cepat kembalikan sekarang juga! Apa kamu sudah bosan hidup dan mau masuk penjara? Anak nggak tahu aturan!"Wanita tua itu bergerak dengan cepat, langsung memarahi setelah memukul. Semua orang belum sempat bereaksi.Anak itu tertegun, begitu juga orang tuanya. Bahkan, Nadine juga terdiam di tempat."Huwe .... Nenek memukulku! Huhuhu ...." Anak itu akhirnya sadar dan langsung menangis keras di tempat. Kali ini benar-benar menangis, tanpa dibuat-buat."Aku nggak ambil! Aku juga nggak tahu barang itu di mana!""Coba ulangi lagi? Aku bisa menghajarmu sampai mati!" Wanita tua itu semakin marah dan cemas."Nggak mau bilang! Aku nggak mau bilang!""Berani-beraninya kamu melawan! Cepat kembalikan barang itu!" Wanita tua itu sangat serius kali ini. Dia memukul pantat anak itu beberapa kali.Di tengah keributan, pria dan wanita itu me
Read more

Bab 457

Nadine membuka pintu, lalu melangkah keluar dan memanggil dengan hati-hati, "Kak?"Pria itu menoleh. Detik berikutnya, matanya memancarkan kegembiraan, "Nadine?"Ternyata benar itu Aditya, putra tunggal Jonny dan Riana.Dia tidak membawa payung, kausnya sudah basah sebagian dan ujung rambutnya terus meneteskan air. Nadine segera mengeluarkan tisu dan menyerahkannya."Lap dulu. Sekarang memang musim panas, tapi rambut basah bisa menyebabkan masuk angin.""Terima kasih." Aditya menerima tisu itu, lalu mulai mengelap sambil berkata dengan penuh rasa syukur, "Kamu masih sama seperti dulu, perhatian dan baik hati."Toko buku ini terhubung dengan mal di sebelahnya. Karena sudah bertemu dan hujan masih turun, mereka memutuskan untuk makan siang bersama.Nadine menelepon Irene untuk mengabari bahwa dia tidak akan pulang makan siang. Irene hanya bertanya sedikit, lalu menutup telepon.Di restoran, musik merdu yang mengalun pelan membuat suasana hari hujan yang suram menjadi lebih cerah. Mereka
Read more

Bab 458

Hidangan segera tersaji. Selama makan, ponsel Aditya terus berdering. Yang dibahas adalah urusan bisnis.Setelah akhirnya ada jeda, dia menatap Nadine dengan penuh penyesalan. "Kemarin di pesta ulang tahun Nenek terlalu sibuk, jadi aku nggak sempat menyapamu.""Nggak apa-apa."Aditya adalah cucu tertua Keluarga Wicaksono, sekaligus satu-satunya laki-laki di generasi mereka. Jadi, wajar jika dia harus banyak berinteraksi dengan orang lain."Kudengar kamu sekarang sedang mengambil program pascasarjana di Universitas Brata? Kebetulan aku juga di Kota Juanin. Kalau ada yang perlu dibantu, hubungi saja aku. Nomor ponselku masih yang lama. Kamu masih punya, 'kan?""Ada, ada." Nadine buru-buru mengangguk. "Terima kasih, Kak.""Kamu jadi lebih sungkan sekarang," ujar Aditya.Nadine membalas, "Bukan sungkan, tapi sopan."Aditya terkekeh-kekeh."Kak, sekarang kamu kerja apa di Kota Juanin?"Aditya mengambil makanan sebelum menjawab, "Aku dan beberapa teman membuka perusahaan rumah pintar. Fokus
Read more

Bab 459

Nadine duduk di sofa dan merentangkan kedua tangannya sambil bersandar. Setelah menghela napas lega, dia berucap, "Akhirnya rumah ini kembali terasa seperti rumah.""Tentu saja." Jeremy tertawa ringan. "Tiga petugas kebersihan yang mengerjakannya dari lantai atas sampai lantai bawah. Mereka menghabiskan 3 jam dan diawasi ibumu. Nggak ada satu pun sudut yang terlewatkan."Membahas tentang Irene ...."Eh, Ibu di mana?" Nadine melirik ke kiri dan kanan."Tadi masih nonton TV di sini. Kenapa tiba-tiba hilang?"Saat ini, Irene keluar dari ruang kerjanya dengan memegang ponsel. Wajahnya memerah dan matanya berbinar-binar karena semangat."Meledak!""Hah?" Jeremy kebingungan."Apa yang meledak?" tanya Nadine yang juga heran.Irene menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan diri. "Buku baru! Bukuku yang baru!"Hugo bergerak dengan sangat cepat. Setelah pertemuan merek di Kota Juanin beberapa waktu lalu, Hugo langsung mengatur segala hal terkait penerbitan.Pertama adalah promosi awal
Read more

Bab 460

Hugo berkata dengan penuh semangat, "Enam puluh ribu!"Irene termangu sejenak sebelum bertanya, "Apa maksudnya?""Penjualan harian! Kemarin, penjualan hariannya sudah menembus 60 ribu! Bahkan memecahkan rekor penjualan yang dulu diciptakan The Killer! Dalam 10 tahun … eh, 20 tahun terakhir, belum ada buku yang mencapai rekor seperti ini!""Bu Irene." Hugo menekankan kata-katanya. "Buku barumu meledak!"Benar, buku baru Irene sangat populer sekarang. Hugo awalnya merasa frustrasi. Meskipun sudah siap secara mental bahwa peluncuran buku tidak akan berjalan mulus, dia tidak menyangka hasilnya akan seburuk itu.Seorang editor yang sudah lama bersaing dengannya bahkan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengejeknya, "Kamu sudah tua sampai penilaianmu menurun ya? Kamu sampai nekat menandatangani kontrak besar. Hasilnya apa? Gagal total!"Hugo tidak menanggapi ejekan itu, tetapi dia mulai merenung. Sebenarnya di mana letak masalahnya?Hugo sudah membaca semua buku Irene. Dari pemilihan tema hin
Read more
PREV
1
...
4445464748
...
51
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status