Semua Bab Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan: Bab 221 - Bab 230

330 Bab

Bab 221

"Baik." Nadine mengangguk, "Alamat akan aku kirim di grup, nanti aku pergi belanja dulu. Kalian datang saja setelah selesai dengan urusan kalian.""Oke!" Calvin berkata, "Apa kita perlu kasih tahu Arnold?"Kamila menjawab, "Kamu saja yang kasih tahu.""Baiklah." Calvin mengeluarkan ponselnya, "Aku tanya dia sudah selesai kelas atau belum ...."Pukul dua siang, Nadine menutup komputernya, lalu merapikan meja percobaannya dan pergi dengan diam-diam. Baru saja keluar pintu, dia bertemu dengan Arnold."Mau pergi belanja?" tanyanya.Nadine terkejut, "Kamu tahu?""Ya, Calvin sudah kirim pesan. Ayo.""Heh?"Arnold berkata, "Bukannya mau ke supermarket? Aku antar.""Bukannya kamu sibuk hari ini?" tanya Nadine.Arnold menjawab, "Nggak terlalu sibuk."Bisa sibuk, bisa juga tidak, tergantung orangnya."Baiklah, kalau begitu terima kasih." Nadine sempat berpikir apakah perlu naik taksi, tapi tak disangka Arnold muncul di saat yang tepat. Lumayan bisa menghemat ongkos.Ternyata, Nadine bukan hanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Bab 222

Lidah Kamila sampai sedikit kelu dan kesulitan berbicara. Beberapa orang lainnya juga sama terkejutnya."P-Pak ...." Wilfred memandang ke arah Arnold dan Nadine dengan tatapan penuh selidik, seakan menemukan sebuah rahasia besar yang mengejutkan. Sudut bibir Olive sedikit menegang, pandangannya menjadi dingin dan tajam."Arnold, apa ini maksudnya?" Calvin akhirnya sadar dari keterkejutannya dan langsung bertanya.Arnold menjawab santai, "Membantu. Nggak kelihatan?""Kamu bantu sampai masuk ke rumah Nadine? Luar biasa juga kamu ...," ujar Calvin setengah bercanda.Arnold hanya menjawab singkat, "Tetangga dekat lebih baik daripada saudara jauh. Jauh lebih berguna daripada kamu yang cuma datang buat makan.""Tetangga dekat? Maksudnya?"Nadine pun menjelaskan, "Pak Arnold tinggal di sebelah. Rumah kami berhadapan. Kebetulan tadi sore pas aku keluar dari laboratorium dan mau belanja, aku ketemu Pak Arnold. Dia kebetulan bawa mobil, jadi mengantarku ke supermarket.""Oh, jadi begitu ya." Kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Bab 223

Arnold menyesuaikan kacamatanya dengan ekspresinya yang tetap datar. Detik berikutnya, Stendy menyeberangi jalan dan berjalan mendekati Nadine. "Aku tadinya mau ke atas mencarimu, tapi ternyata ketemu di sini.""Ada masalah?""Ada," jawabnya sambil mengangguk, ekspresinya tampak serius. "Kita bisa bicara di tempat lain yang lebih nyaman?"Nadine menoleh ke arah Arnold, sementara Stendy ikut memandang ke arahnya. "Ah, kebetulan sekali, Pak Arnold. Kita ketemu lagi," ujar Stendy.Arnold menjawab santai, "Bukan kebetulan. Kalau kamu datang menemui Nadine, akan sangat mudah bertemu denganku."Stendy terdiam sejenak, matanya menyipit. Arnold membalas tatapannya dengan tenang, tanpa merasa gentar atau menghindar."Setengah jam cukup?" Nadine melirik jam di pergelangan tangannya."Cukup.""Ayo kita ke kedai teh susu di seberang."Di sekitar sana, hanya kedai teh susu dan restoran yang paling banyak. Karena belum masuk jam pulang kelas malam, suasananya masih cukup sepi dan tenang.Nadine dudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Bab 224

Stendy tentu saja bisa melihat perasaan Arnold terhadap Nadine. Mungkin tidak terlihat jelas, tetapi Arnold sudah pasti menyimpan sedikit perasaan terhadap Nadine. Asalkan ada perasaan sedikit saja, Stendy tidak mungkin melewatkannya.Stendy tiba-tiba berhenti melangkah. Nadine yang berjalan setengah langkah di belakangnya, nyaris menabraknya jika dia tidak berhasil menahan diri."Maaf," ujar Stendy sambil menoleh ke bawah dan menatap Nadine. "Aku lupa sesuatu."Nadine mengernyit. "Hah?"Detik berikutnya, sebuah gelas teh susu hangat sudah berada di genggamannya. Hangatnya gelas itu menembus telapak tangannya dan membuat Nadine tertegun."Pegang baik-baik. Kalau tumpah, aku nggak mau tanggung jawab."Nadine memandang teh susu itu dengan heran. "Kapan kamu beli ini?"Sepanjang mereka duduk berhadapan, dia sama sekali tidak melihat Stendy memesan apa pun.Stendy menyunggingkan senyum kecil. "Rahasia.""Oh." Nadine mengangguk, lalu berkata sambil bercanda, "Sepertinya kamu sudah sering pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Bab 225

"Kalau belum cukup, aku masih punya satu informasi lagi. Satu jam yang lalu, kami duduk berdua di kedai teh susu dekat apartemennya sambil mengobrol. Semua ini fakta, silakan dicek kalau nggak percaya ...."Philip melirik ke arah Reagan yang wajahnya tampak muram. Apa masih sempat jika dia mematikan speaker sekarang?Namun, Stendy malah memperburuk situasi, "Sudah dengar jelas belum? Perlu aku ulangi lagi? Biar beberapa orang bisa merekamnya, jadi bisa dibawa pulang dan dipelajari dengan saksama."Philip terdiam. Tolong, itu benar-benar tidak perlu!"Hm ... Sten, kamu sibuk ya? Aku di sini juga ada urusan lain, jadi kututup dulu teleponnya ya." Tanpa menunggu jawabannya, Philip buru-buru memutus panggilan. Stendy tertawa kecil, lalu menekan pedal gas dan mobilnya melesat."Kak Reagan ...." Philip berkata dengan hati-hati, "Jangan dengarkan omongannya. Siapa tahu cuma bualan ...."Reagan tidak menjawab. Ekspresinya datar ketika dia berbalik masuk ke dalam ruang VIP. Philip bergegas meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Bab 226

Reagan menatap Eva dari atas ke bawah, lalu mencibir sinis, "Bukannya katanya perutmu sakit? Dari yang kulihat, kamu baik-baik saja."Tatapan tajam Reagan membuat Eva merasa trik murahan yang dia rencanakan sudah terbaca. "Kalau kamu nggak ada di rumah, aku bahkan nggak punya teman bicara. Aku kesepian ...."Reagan memotong dengan tak acuh, "Kesepian? Pergi baca buku atau kerjakan soal. Kamu kan masih mahasiswa? Nggak ada kelas? Bukannya mau persiapan ujian pascasarjana? Kamu kelihatan santai, tapi Bi Julia lagi sibuk di dapur. Kenapa kamu nggak bantu dia?"Eva terbata-bata, tak tahu harus menjawab apa.Mata Reagan semakin dingin. Trik seperti ini? Sudah terlalu sering dia lihat. Murahan dan tidak kreatif Dia berbalik hendak pergi, tapi tubuh Eva tiba-tiba memeluknya dari belakang dan tangannya melingkari pinggang Reagan dengan erat.Tubuh lembut Eva menempel ke punggungnya, suaranya terdengar lembut dan memelas, "Kak Reagan, jangan pergi. Aku sudah lama nggak ketemu kamu. Aku benar-be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Bab 227

Reagan menendang mangkuk yang terjatuh itu hingga pecah berkeping-keping di lantai. Eva merinding ketakutan."Sudah kubilang, jangan pura-pura di depanku! Kamu punya waktu tiga detik untuk naik ke kamarmu dan menjauh dari pandanganku!"Reagan menunjuk ke arah lantai atas, matanya dipenuhi amarah yang meluap-luap. Eva tak berani membantah. Dengan tubuh gemetar, dia buru-buru naik ke lantai atas.....Makan malam itu, Nadine merasa hubungan antara dirinya dan teman-teman laboratorium semakin akrab. Sebagian besar, tentu saja berkat keahlian memasaknya.Sekarang setiap siang, Nadine sengaja memasak lebih banyak sehingga teman-temannya bisa ikut mencicipi. Sebagai balasan, Kamila dan yang lainnya sering membantunya menjawab pertanyaan sulit tentang metode eksperimen.Namun perubahan yang paling mencolok datang dari Calvin.Sejak Nadine mempelajari teknik hitung cepat yang diajarkan Calvin dengan cepat dan sempurna, penilaian Calvin terhadapnya berubah total. Dia sering mengajak Nadine mend
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Bab 228

Nadine jelas baru bangun tidur. Dia mengenakan piama bergambar beruang kecil. Matanya masih tampak agak merah. Dia menguap perlahan dan reaksinya sedikit lebih lambat dari biasanya."Apa aku membangunkanmu?" tanya Arnold. Rumah tua itu memiliki isolasi suara yang buruk, bahkan langkah kaki di lorong sering terdengar meski pintu tertutup. Arnold berpikir mungkin dirinya yang membuat Nadine terbangun.Nadine mengusap matanya dan menggeleng pelan. "Nggak, aku memang mau bangun sekarang. Sudah jam setengah tujuh."Hari ini dia berencana menemani Natasha berbelanja, jadi dia harus bangun lebih awal untuk membaca jurnal dan mencari referensi. Melihat Nadine yang masih tampak mengantuk, suara Arnold menjadi lebih lembut. "Masih pagi. Kamu bisa tidur lagi kalau mau."Belum selesai bicara, dia malah mendapati Nadine menatapnya dengan penuh perhatian. Arnold tertegun. "Kenapa menatapku begitu?"Nadine bertanya langsung, "Pak Arnold, apa kamu lagi flu?"Arnold terkekeh, "Ketahuan ya?""Suaramu ag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Bab 229

Meskipun kartu yang digunakan adalah kartu tambahan milik Reagan, setidaknya kali ini Eva lebih royal dibanding sebelumnya yang hanya memberikan syal.Keduanya berjalan masuk ke sebuah butik pakaian mewah. Sang pramuniaga yang berpengalaman langsung mengenali Rebecca sebagai pelanggan penting dari penampilannya.Dengan senyum profesional, dia segera menyambut, "Nyonya, ada yang bisa saya bantu? Ini koleksi terbaru kami, elegan dan mewah, sangat cocok dengan aura Anda."Hari ini, Rebecca mengenakan mantel hitam klasik dari Gucci dengan kalung mutiara di lehernya, menonjolkan kesan berkelas dan anggun."Baik, tolong ambilkan dua potong ini. Aku mau coba."Eva yang tadi rela menggigit bibir sambil membayar beberapa tas mahal untuk Rebecca, terlihat tenang dari penampilannya. Namun, hatinya terasa seperti ditusuk jarum. Ratusan juta! Dia tidak pernah menghamburkan uang sebanyak ini seumur hidupnya.Meskipun dia memegang kartu tambahan Reagan, Eva selalu berhati-hati agar tidak terkesan mat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 230

"Eh, di sini." Nadine baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung melihat Natasha berdiri di dalam toko sambil melambai ke arahnya.Rebecca tercengang. Tatapannya mengikuti arah pandang Natasha dan dia pun melihat wajah yang tidak asing. Nadine!Eva juga melihat Nadine.Hari ini, Nadine memakai riasan tipis. Mantel trench coat dipadukan dengan sepatu bot panjang berwarna cokelat. Rambutnya dijepit seadanya, memberikan kesan yang santai dan elegan."Bibi." Nadine berjalan mendekat dan menggandeng lengan Natasha dengan santai. "Sudah lama nunggu? Maaf, ya."Nadine bahkan tidak melirik Rebecca atau Eva, seakan mereka tidak ada di sana.Rebecca langsung teringat bagaimana Nadine memutuskan hubungan begitu saja dengan Reagan. Namun, putranya masih terus memikirkannya, bahkan berniat untuk kembali bersama Nadine. Hal itu membuat Rebecca semakin kesal.Melihat situasi ini, Eva langsung bereaksi. Dengan sikap penuh perhatian, dia menuangkan teh ke dalam cangkir dan memberikannya kepada Rebe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
33
DMCA.com Protection Status