Share

Bab 224

Author: Patricia
Stendy tentu saja bisa melihat perasaan Arnold terhadap Nadine. Mungkin tidak terlihat jelas, tetapi Arnold sudah pasti menyimpan sedikit perasaan terhadap Nadine. Asalkan ada perasaan sedikit saja, Stendy tidak mungkin melewatkannya.

Stendy tiba-tiba berhenti melangkah. Nadine yang berjalan setengah langkah di belakangnya, nyaris menabraknya jika dia tidak berhasil menahan diri.

"Maaf," ujar Stendy sambil menoleh ke bawah dan menatap Nadine. "Aku lupa sesuatu."

Nadine mengernyit. "Hah?"

Detik berikutnya, sebuah gelas teh susu hangat sudah berada di genggamannya. Hangatnya gelas itu menembus telapak tangannya dan membuat Nadine tertegun.

"Pegang baik-baik. Kalau tumpah, aku nggak mau tanggung jawab."

Nadine memandang teh susu itu dengan heran. "Kapan kamu beli ini?"

Sepanjang mereka duduk berhadapan, dia sama sekali tidak melihat Stendy memesan apa pun.

Stendy menyunggingkan senyum kecil. "Rahasia."

"Oh." Nadine mengangguk, lalu berkata sambil bercanda, "Sepertinya kamu sudah sering pa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 225

    "Kalau belum cukup, aku masih punya satu informasi lagi. Satu jam yang lalu, kami duduk berdua di kedai teh susu dekat apartemennya sambil mengobrol. Semua ini fakta, silakan dicek kalau nggak percaya ...."Philip melirik ke arah Reagan yang wajahnya tampak muram. Apa masih sempat jika dia mematikan speaker sekarang?Namun, Stendy malah memperburuk situasi, "Sudah dengar jelas belum? Perlu aku ulangi lagi? Biar beberapa orang bisa merekamnya, jadi bisa dibawa pulang dan dipelajari dengan saksama."Philip terdiam. Tolong, itu benar-benar tidak perlu!"Hm ... Sten, kamu sibuk ya? Aku di sini juga ada urusan lain, jadi kututup dulu teleponnya ya." Tanpa menunggu jawabannya, Philip buru-buru memutus panggilan. Stendy tertawa kecil, lalu menekan pedal gas dan mobilnya melesat."Kak Reagan ...." Philip berkata dengan hati-hati, "Jangan dengarkan omongannya. Siapa tahu cuma bualan ...."Reagan tidak menjawab. Ekspresinya datar ketika dia berbalik masuk ke dalam ruang VIP. Philip bergegas meng

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 226

    Reagan menatap Eva dari atas ke bawah, lalu mencibir sinis, "Bukannya katanya perutmu sakit? Dari yang kulihat, kamu baik-baik saja."Tatapan tajam Reagan membuat Eva merasa trik murahan yang dia rencanakan sudah terbaca. "Kalau kamu nggak ada di rumah, aku bahkan nggak punya teman bicara. Aku kesepian ...."Reagan memotong dengan tak acuh, "Kesepian? Pergi baca buku atau kerjakan soal. Kamu kan masih mahasiswa? Nggak ada kelas? Bukannya mau persiapan ujian pascasarjana? Kamu kelihatan santai, tapi Bi Julia lagi sibuk di dapur. Kenapa kamu nggak bantu dia?"Eva terbata-bata, tak tahu harus menjawab apa.Mata Reagan semakin dingin. Trik seperti ini? Sudah terlalu sering dia lihat. Murahan dan tidak kreatif Dia berbalik hendak pergi, tapi tubuh Eva tiba-tiba memeluknya dari belakang dan tangannya melingkari pinggang Reagan dengan erat.Tubuh lembut Eva menempel ke punggungnya, suaranya terdengar lembut dan memelas, "Kak Reagan, jangan pergi. Aku sudah lama nggak ketemu kamu. Aku benar-be

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 227

    Reagan menendang mangkuk yang terjatuh itu hingga pecah berkeping-keping di lantai. Eva merinding ketakutan."Sudah kubilang, jangan pura-pura di depanku! Kamu punya waktu tiga detik untuk naik ke kamarmu dan menjauh dari pandanganku!"Reagan menunjuk ke arah lantai atas, matanya dipenuhi amarah yang meluap-luap. Eva tak berani membantah. Dengan tubuh gemetar, dia buru-buru naik ke lantai atas.....Makan malam itu, Nadine merasa hubungan antara dirinya dan teman-teman laboratorium semakin akrab. Sebagian besar, tentu saja berkat keahlian memasaknya.Sekarang setiap siang, Nadine sengaja memasak lebih banyak sehingga teman-temannya bisa ikut mencicipi. Sebagai balasan, Kamila dan yang lainnya sering membantunya menjawab pertanyaan sulit tentang metode eksperimen.Namun perubahan yang paling mencolok datang dari Calvin.Sejak Nadine mempelajari teknik hitung cepat yang diajarkan Calvin dengan cepat dan sempurna, penilaian Calvin terhadapnya berubah total. Dia sering mengajak Nadine mend

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 228

    Nadine jelas baru bangun tidur. Dia mengenakan piama bergambar beruang kecil. Matanya masih tampak agak merah. Dia menguap perlahan dan reaksinya sedikit lebih lambat dari biasanya."Apa aku membangunkanmu?" tanya Arnold. Rumah tua itu memiliki isolasi suara yang buruk, bahkan langkah kaki di lorong sering terdengar meski pintu tertutup. Arnold berpikir mungkin dirinya yang membuat Nadine terbangun.Nadine mengusap matanya dan menggeleng pelan. "Nggak, aku memang mau bangun sekarang. Sudah jam setengah tujuh."Hari ini dia berencana menemani Natasha berbelanja, jadi dia harus bangun lebih awal untuk membaca jurnal dan mencari referensi. Melihat Nadine yang masih tampak mengantuk, suara Arnold menjadi lebih lembut. "Masih pagi. Kamu bisa tidur lagi kalau mau."Belum selesai bicara, dia malah mendapati Nadine menatapnya dengan penuh perhatian. Arnold tertegun. "Kenapa menatapku begitu?"Nadine bertanya langsung, "Pak Arnold, apa kamu lagi flu?"Arnold terkekeh, "Ketahuan ya?""Suaramu ag

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 229

    Meskipun kartu yang digunakan adalah kartu tambahan milik Reagan, setidaknya kali ini Eva lebih royal dibanding sebelumnya yang hanya memberikan syal.Keduanya berjalan masuk ke sebuah butik pakaian mewah. Sang pramuniaga yang berpengalaman langsung mengenali Rebecca sebagai pelanggan penting dari penampilannya.Dengan senyum profesional, dia segera menyambut, "Nyonya, ada yang bisa saya bantu? Ini koleksi terbaru kami, elegan dan mewah, sangat cocok dengan aura Anda."Hari ini, Rebecca mengenakan mantel hitam klasik dari Gucci dengan kalung mutiara di lehernya, menonjolkan kesan berkelas dan anggun."Baik, tolong ambilkan dua potong ini. Aku mau coba."Eva yang tadi rela menggigit bibir sambil membayar beberapa tas mahal untuk Rebecca, terlihat tenang dari penampilannya. Namun, hatinya terasa seperti ditusuk jarum. Ratusan juta! Dia tidak pernah menghamburkan uang sebanyak ini seumur hidupnya.Meskipun dia memegang kartu tambahan Reagan, Eva selalu berhati-hati agar tidak terkesan mat

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 230

    "Eh, di sini." Nadine baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung melihat Natasha berdiri di dalam toko sambil melambai ke arahnya.Rebecca tercengang. Tatapannya mengikuti arah pandang Natasha dan dia pun melihat wajah yang tidak asing. Nadine!Eva juga melihat Nadine.Hari ini, Nadine memakai riasan tipis. Mantel trench coat dipadukan dengan sepatu bot panjang berwarna cokelat. Rambutnya dijepit seadanya, memberikan kesan yang santai dan elegan."Bibi." Nadine berjalan mendekat dan menggandeng lengan Natasha dengan santai. "Sudah lama nunggu? Maaf, ya."Nadine bahkan tidak melirik Rebecca atau Eva, seakan mereka tidak ada di sana.Rebecca langsung teringat bagaimana Nadine memutuskan hubungan begitu saja dengan Reagan. Namun, putranya masih terus memikirkannya, bahkan berniat untuk kembali bersama Nadine. Hal itu membuat Rebecca semakin kesal.Melihat situasi ini, Eva langsung bereaksi. Dengan sikap penuh perhatian, dia menuangkan teh ke dalam cangkir dan memberikannya kepada Rebe

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 231

    Pramuniaga itu tertegun sejenak. Rebecca juga memandang Eva dengan bingung.Eva tersenyum ramah. "Bibi, gimana kalau kubantu pilihkan beberapa pakaian untuk Bibi juga?"Rebecca melirik Natasha, lalu mendengus dalam hati, 'Huh, memangnya cuma kamu yang punya orang untuk bantu milihin pakaian? Aku juga punya!'Dengan semangat kompetitif, dia tersenyum pada Eva dan mengangguk. "Boleh juga. Aku percaya sama seleramu." Saat mengucapkan perkataan itu, Rebecca sudah lupa bagaimana dia pernah mengejek selera Eva yang buruk.Eva langsung beraksi. Dia mulai memilih dengan menunjuk beberapa pakaian kepada dua pramuniaga di belakangnya. Gaya dan sikapnya terlihat penuh percaya diri.Sementara itu, Nadine memilih pakaian dengan cara yang berbeda. Dia selalu memperhatikan warna dan modelnya terlebih dahulu, lalu meraba kain untuk memastikan kualitasnya. Setelah yakin, barulah dia meminta pramuniaga menurunkan pakaian dan meletakkannya satu per satu."Bibi, aku sudah pilihkan dua set pakaian. Coba du

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 232

    Nadine tersenyum lembut. "Desain gaun memang lebih formal. Jadi kupikir, mencoba gaya yang lebih santai mungkin akan memberikan kejutan."Wajah Rebecca terlihat sangat muram. Namun, di hadapan begitu banyak orang, dia tidak bisa meluapkan amarahnya. Dia hanya bisa menekan emosi dalam hati. Eva menggigit bibir, sama sekali tidak menyangka dirinya akan kalah telak dari Nadine.Natasha yang memperhatikan ekspresi keduanya, tersenyum tipis. "Ada saja orang yang salah mengira kerikil sebagai mutiara. Bikin ketawa saja!""Baik, bungkus dua set ini. Aku ambil dua-duanya." Natasha melambaikan tangan pada pramuniaga."Baik, Nyonya. Mohon tunggu sebentar." Pramuniaga itu tersenyum lebar dan segera membawa pakaian untuk diproses di kasir."Yuk, Nadine. Kita jalan lagi, masih ada beberapa toko yang ingin kulihat.""Oke."Setelah Natasha dan Nadine pergi, Rebecca menatap pakaian yang sedang dia kenakan dengan jijik. Dia ingin segera melepaskannya dan melemparkan ke lantai untuk diinjak-injak!Bayan

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 518

    Kedua orang itu langsung menoleh ke arah Darius. Darius menggaruk kepalanya. "Kenapa kalian melihatku seperti ini ...." Rasanya agak canggung."Darius, sebenarnya keluargamu itu bergerak di bidang apa sih?" Mikha menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.Nadine ikut bertanya, "Aku ingat, terakhir kali kamu bilang orang tuamu ... adalah pegawai negeri?"Kelihatannya, pegawai negeri yang dimaksud bukan pegawai biasa. Nadine hanya menyebutkan secara singkat dan tidak bertanya lebih jauh.Mikha mungkin blak-blakan, tetapi dia juga tahu kapan harus berhenti. Ada yang bilang anak-anak dari keluarga pejabat tinggi biasanya sangat low profile. Jadi, masuk akal kalau Darius tidak pernah menyebutkannya sebelumnya.Darius akhirnya menghela napas lega. "Aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurusnya.""Oke!" Mikha mengangkat tangan, "Demi laboratorium ...."Darius menyambung, "Demi nggak diusir lagi ...."Keduanya menoleh menatap Nadine.Nadine sempat terdiam, lalu spontan berseru, "M

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 517

    "Ayahku punya properti, rumahnya tak terhitung jumlahnya! Dia yang selalu mengusir orang lain, nggak ada yang bisa mengusirnya!""Jadi, semuanya harus milik kita sendiri agar kita punya posisi kuat! Akademi meminjamkan kita ruangan bobrok, nggak ada CPRT, alat pemadam kebakaran pun nggak lengkap. Kita mati-matian menghasilkan penelitian, tapi akhirnya semua kredit jatuh ke akademi?""Memangnya di dunia ini ada hal sebaik itu? Aku sudah muak!"Mikha tidak pernah mengalami ketidakadilan seperti ini."Apa hebatnya sih? Cuma sebuah ruangan usang, alat-alatnya pun kita beli sendiri!"Amarah Mikha meledak-ledak. Dia benar-benar tidak bisa menoleransi ketidakadilan ini. Ketika dia melampiaskan kekesalan, air liurnya bahkan hampir menciprat ke mana-mana, membuat Darius dan Nadine melongo."Eh ... apa aku menakuti kalian?" Wajah Mikha yang bulat tampak malu untuk sesaat. Dia buru-buru menjelaskan, "Biasanya aku nggak seperti ini. Tapi kalau sudah marah, aku susah berhenti .... Ehem, ehem!"Dari

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 516

    Nadine melihat ekspresi tak berdaya di wajah Arnold dan tak bisa menahan tawa."Ambil saja, Paman. Daging sapi bumbu buatan ayahku ini luar biasa enak, nggak semua orang bisa mencicipinya.""Kamu memanggilku apa?" Dia melangkah mendekat dan satu tangan bertumpu di dinding. "Hmm?"Nadine tak punya ruang untuk mundur lagi, hanya bisa menatapnya dengan wajah polos. "Aku cuma menyampaikan kata-kata ayahku, bukan aku yang mengatakannya.""Pak, lorong ini sempit. Kamu ... nggak mau mundur sedikit?"Arnold teringat bahwa dirinya masih sakit dan khawatir menularkannya pada Nadine. Dia menghela napas pelan, menarik kembali tangannya, lalu mundur ke samping.Nadine sekali lagi merasa kagum. Pria ini benar-benar mudah diajak bicara dan sangat gentleman.Arnold menerima daging sapi itu, sementara Nadine membawa sisanya kembali ke rumah. Dia lalu memotret dan mengirimkannya kepada Jeremy.Balasan segera masuk.[ Sudah kasih Arnold? ][ Sudah, sudah! Ayah, bukankah kamu terlalu baik padanya? ]Jerem

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 515

    Nadine agak tertegun. "Untukku? Lalu, kamu ...."Arnold berkata, "Aku nggak kedinginan.""Terima kasih."Setibanya di ujung gang, Arnold meminta Nadine menunggu sebentar, lalu masuk ke minimarket di samping. Tak sampai satu menit, dia keluar dengan dua cangkir minuman di tangannya."Nah."Nadine menerimanya, lalu mencium aromanya dengan penasaran. "Apa ini?""Teh merah jahe."Nadine mengangkat alis. "Minimarket menjual ini?" Kenapa dia sama sekali tidak punya kesan tentang itu?"Menu musiman, baru saja tersedia.""Punyamu juga?"Arnold menggeleng. "Bukan, aku pesan teh gandum hitam."Nadine menggenggam cangkir kertas itu, telapak tangannya terasa hangat. Ditambah jaket yang masih menyelimutinya, seluruh tubuhnya seperti dipenuhi kehangatan. Bahkan, pipinya tampak agak merah.Setelah naik tangga, Nadine melepaskan jaket itu dan mengembalikannya kepada Arnold. "Terima kasih, selamat malam."Arnold tersenyum tipis. "Selamat malam."Keduanya pun masuk ke rumah masing-masing.Setelah mandi,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 514

    Arnold hari ini ada kelas. Saat jam istirahat, dia mendengar dua mahasiswa membicarakan bahwa ada laboratorium di Fakultas Ilmu Hayati yang diberikan surat perintah renovasi oleh dinas pemadam kebakaran.Awalnya dia tidak terlalu peduli, sampai tiba-tiba nama Nadine disebut dalam percakapan mereka. Begitu bertanya lebih lanjut, dia baru tahu bahwa laboratorium yang dimaksud adalah milik Nadine.Tanpa berpikir panjang, Arnold langsung menuju ke sana dan tiba tepat saat ketiga orang itu sedang berbicara."Pak." Nadine menyapanya, "Kenapa tiba-tiba ke sini? Silakan masuk."Mikha dan Darius juga segera menyapa.Arnold berkata, "Aku sudah tahu semuanya. Kalau renovasi pemadam kebakaran dilakukan sesuai prosedur, setidaknya akan memakan waktu 2 bulan. Untuk sementara, pakai saja laboratoriumku. Kalian bisa memindahkan semua peralatan ke sana, pasti muat."Kedengarannya memang solusi yang cukup baik .... Namun, Mikha dan Darius tidak langsung menyetujui. Mereka justru menatap Nadine untuk mem

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 513

    "Siapa yang menyuruh kalian masuk? Laboratorium kami nggak menerima hewan berkaki dua. Kalau punya akal, cepat pergi sebelum kami bertindak.""Siapa yang kamu maki, hah?" Kaeso berang hingga wajahnya memerah.Darius menimpali dengan santai, "Siapa yang menanggapi, berarti dia yang kumaki. Lihat saja, langsung ada binatang yang merasa tersindir.""Kamu ...."Nella tersenyum sinis. "Apa yang kalian banggakan sih? Seluruh laboratorium nggak bermasalah, cuma laboratorium kalian yang harus direnovasi. Malu-maluin saja, tapi masih berani keras kepala!""Kudengar, perbaikan keamanan kebakaran bisa makan waktu berbulan-bulan. Kasihan, kalian jadi nggak bisa pakai laboratorium dalam waktu dekat. Apa hebatnya menerbitkan makalah di Science? Nyatanya tetap nggak dianggap penting oleh fakultas. Ngapain sok hebat?"Nadine tersenyum. "Sebenarnya aku malas bicara karena takut kamu nggak sanggup menerimanya. Tapi kalau dipikir lagi, bersikap baik pada binatang buas sama saja dengan menyiksa diri sendi

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 512

    Diana menyilangkan tangan sambil menatap dari atas. "Laporan apa?""Jangan pura-pura bodoh! Inspeksi pemadam kebakaran di laboratorium lain nggak ada masalah, tapi cuma laboratorium Nadine yang diberi surat perintah perbaikan. Kamu berani bilang ini nggak ada hubungannya denganmu?"Diana tersenyum tipis. "Aku sibuk. Setiap hari harus mengurus laporan dan menulis jurnal, mana ada waktu untuk ribut dengan anak-anak kecil? Tapi ... kalau ada orang lain yang nggak suka dengan mereka, itu di luar kendaliku."Bagaimanapun, dia punya banyak mahasiswa. Kalau ada satu atau dua yang tidak suka dengan kelompok Nadine, itu hal yang wajar, 'kan?"Sekarang kamu semakin berani ya? Berani bertindak tanpa memberitahuku dulu. Kamu ini masih menganggapku sebagai atasanmu atau nggak?"Diana mengerutkan kening. "Kamu memanggilku cuma untuk ini? Sekarang kamu mau membela mahasiswa Freya? Heh, ini bukan gayamu."Konan tertawa dingin. "Kamu pikir trik murahanmu itu sangat cerdas? Dasar bodoh!""Inspeksi pemad

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 511

    "Saat itu kami ada di laboratorium, bukannya nggak ada orang. Mesin itu cuma nggak digunakan sementara, jadi secara otomatis masuk ke mode siaga. Kami juga akan menggunakannya lagi nanti. Siapa yang akan kurang kerjaan memutus dayanya?" jelas Mikha dengan kesal.Nadine sudah memiliki dugaan di benaknya, tetapi masih perlu memastikannya. "Ayo, kita ke laboratorium seberang."Mikha bingung. "Kenapa kita melihat mereka? Itu 'kan laboratorium dari jurusan lain, nggak ada hubungannya dengan kita ...."Darius juga merasa ada sesuatu yang aneh dan segera mengikuti Nadine. "Kalau disuruh pergi ya pergi, kenapa banyak tanya?"Mikha termangu sesaat. 'Wah, nyalinya semakin besar saja ya!'Ketiganya tiba di laboratorium seberang. Benar saja, sudut ruangan dilengkapi dengan satu set lengkap peralatan pemadam kebakaran."Ini ...." Mikha melongo. "Padahal bulan lalu belum ada!"Mereka memeriksa beberapa laboratorium lain. Hasilnya sama, semua yang sebelumnya tidak memiliki peralatan kini sudah lengka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 510

    "Ada apa?" tanya Nadine.Keduanya langsung mendongak, seperti anak kecil yang akhirnya melihat orang tua mereka setelah mendapatkan perlakuan tidak adil.Mikha langsung berlari ke arahnya, matanya sudah memerah bahkan sebelum sempat bicara. Darius menyusul di belakang, ekspresinya jelas tegang dan tangannya juga terkepal erat.Nadine langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, dia tetap tenang. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian duduk di luar dan nggak masuk?""Kak Nadine ...." Mikha berusaha menahan air matanya. Meskipun matanya sudah berkaca-kaca, dia tetap bersikeras untuk tidak membiarkannya jatuh. "Kami nggak bisa masuk lagi!""Apa maksudnya nggak bisa masuk lagi?" Nadine terkejut."Kemarin, tim inspeksi kampus dan pemadam kebakaran distrik tiba-tiba datang ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ...."Pemeriksaan kebakaran adalah prosedur rutin, jadi mereka berdua tidak berpikir terlalu banyak dan langsung membukakan pintu serta bekerja sama dengan baik.Siapa sangka,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status