Keesokan harinya, Wulan merasa lebih bersemangat. Ia bangun pagi-pagi, sebelum Dimas dan Bu Ratna terjaga, untuk melanjutkan rencana bisnis kecilnya. Sambil menyiapkan sarapan, pikirannya terus berputar, mencoba mencari cara terbaik untuk memulai tanpa menimbulkan kecurigaan.Ketika Dimas bersiap untuk pergi bekerja, Wulan memberinya senyum hangat, seperti biasa. Namun, kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—sebuah tekad yang mulai tumbuh. Dimas tampaknya tidak menyadari perubahan kecil ini, dan Wulan merasa lega. Baginya, menjaga keseimbangan antara perannya sebagai istri yang setia dan ambisi pribadinya adalah hal yang penting.“Dimas,” panggil Wulan lembut ketika suaminya hendak keluar pintu. Dimas berhenti dan menoleh, menatap istrinya yang tampak seperti biasa, namun dengan sedikit kilatan semangat dalam tatapan matanya. “Hati-hati di jalan, ya.”Dimas tersenyum dan mengangguk. “Tentu, Wulan. Jangan khawati
Read more