Semua Bab PETARUNG JALANAN RUNGKAD JAGATGENI: Bab 1 - Bab 5

5 Bab

Bab 1 Ada Yang Berubah

Cuaca yang dingin terasa hingga merasuk ke tulang, setiap sendi berasa kaku terkena hawa malam yang membekukan. Beginilah kalau kuliah malam, harus siap dengan jeratan hawa dingin yang menangkup badan. Apalagi di musim penghujan.Han menaikkan ritsleting jaket tebalnya saat melangkah dengan santai menyusuri jalan setapak yang mengitari Fakultas Ekonomi di Universitas Cemara. Pemuda itu melirik ke arah jam tangan. Sudah jam sembilan.“GAGAK HANDOKO!”Hmm?Han berhenti dan menengok ke belakang. Ada yang memanggil? Di belakangnya hanya ada serombongan mahasiswa yang sedang nongkrong di sudut taman yang gelap. Ia tidak mengenal siapa mereka. Sebagai mahasiswa baru, mana kenal dengan orang-orang lama.Mereka yang sedang nongkrong berpenampilan setipe. Pasukan jarang mandi, rambut gondrong anti sisiran, pakaian lusuh awut-awutan, dan sepatu yang berubah menjadi sandal. Sangat khas mahasiswa angkatan tua. Dua orang dari rombongan itu melompat ke depan dan mendekat ke arah Han dengan percaya
Baca selengkapnya

Bab 2 Ada Yang Menunggu

Han terkesiap.Aduh, sudah berapa lama dia pingsan?Han mengusap kepalanya yang terasa berat. Badannya sakit semua dan sekujur tubuh berasa lebam. Ia sedang terkapar di samping sebuah pohon besar di dekat taman Kampus di bawah langit berbintang. Orang-orang yang menyerangnya tadi sepertinya benar-benar menuntaskan kemarahan mereka padanya.Han tersenyum. Jadi seperti ini ya rasanya jadi mangsa tukang bully? Ia berdiri dengan susah payah dan mengumpulkan barang-barangnya yang berserakan.“Kamu orang yang aneh.”Han menengok ke samping.Ada seorang pria tua kurus yang mengenakan seragam satpam kampus berada tak jauh darinya. Ia duduk di sebuah batu besar di samping lampu taman bulat yang menyala terang.“Bapak ngomong sama saya?”“Mas, Ini jam sebelas malam, kampus sudah sepi, dan cuma ada kita berdua di sini. Kira-kira ngomong sama siapa lagi? Hantu? Ga ada hantu di sini, Mas. Adanya di sana, di toilet deket gedung pertemuan mahasiswa.”Han mencoba tersenyum tapi sesaat kemudian ia mer
Baca selengkapnya

Bab 3 Ada Yang Bimbang

“Woalaaaah. Mas Handoko ini kenapa to, Mas? Kok sampe besem-besem begini badannya?” Mbak Tita geleng-geleng kepala saat suaminya mengoleskan salep herbal ke badan Han yang biru-biru, “Sampeyan itu jatuh dari sepeda atau jatuh dari pucuk tebing Breksi? Kok bisa-bisanya biru-biru sak awak begini. Sebadan lho ini lebamnya.”“Hahahaha. Biasalah, Bu. Cah lanang. Kalau laki-laki ya begini ini, meski cuma jatuh dari sepeda, tapi harus mbois jatuhnya! Harus keren! Kalau bisa harus sampai terguling-guling kayak eksyen India, jadi lebamnya sebadan. Lak iyo to, Mas Han?” Lek Wasis menimpali sembari mengoles dan memijat.“Adududuuuh.” Han hanya meringis.Suami istri yang menjadi tetangga kost-nya itu memang grapyak, ramah, dan selalu siap menolong kapan saja dibutuhkan. Mereka yang melihat Han pulang menuntun sepedanya dengan badan lebam-lebam langsung memaksa sang pemuda untuk menerima treatment herbal yang sejatinya tidak dia butuhkan.“Untung sepedanya nggak rusak ya, Mas. Jadi masih bisa dike
Baca selengkapnya

Bab 4 Ada Yang Ramai

Han berjalan menuju sepedanya, di tangannya sudah tersedia satu bungkusan jajanan martabak murah meriah untuk sarapan pagi ini. Ia melangkah sembari menatap ke sekeliling lapangan yang ada di samping SD negeri. Semarak sekali kalau jam istirahat begini, banyak anak-anak SD yang keluar untuk mencari jajanan. Selain martabak yang populer di sini, banyak penjual lain yang menawarkan dagangan mereka.Suasananya ramai dan menyenangkan. Semuanya tenang, nyaman, dan aman sampai kemudian terdengar suara kencang membahana.“MAKANYAAAA BAYAAAAR!!!”Suara teriakan itu datang dari sebuah gerobak yang menjajakan cilok. Seorang bapak pedagang yang kurus merunduk ketakutan ketika tiga orang pemuda yang mengenakan pakaian ala-ala band punk mengerumuni gerobaknya. Caping yang ia kenakan diangkat ke atas untuk menunjukkan wajahnya yang kecut menghadapi ketiga orang pemuda itu. Kulit sang bapak tua yang gelap dan mengkilap makin basah oleh keringat.“Den, gimana saya bisa bayar, Den... hari ini saja bel
Baca selengkapnya

Bab 5 Ada Yang Terpicu

Panggung jalanan digelar. Han di sisi kiri, melawan tiga pemuda punk di sisi kanan.Dari ketiga pemuda punk, si Gondrong nampaknya yang paling gemas dengan tingkah tengil Han. Ia yang pertama merangsek ke depan. Langkahnya mantap, yakin dan percaya diri. Pemuda punk itu maju sampai ia berdiri tak jauh dari Han dan mengambil ancang-ancang.Si Gondrong meludah saat melihat senyum si cuek yang baginya sangat menghina, Ia emosi karena merasa diremehkan. Ia dan Han saling menatap tanpa melepas pandangan. Tak perlu ada ucap kata karena masing-masing tahu apa yang selanjutnya akan terjadi.Si Gondrong meradang, ia menatap Han dengan sengit. Kunyuk satu ini sepertinya belum pernah berkenalan dengan tendangannya, “Dasar tengik! Munyuk! Malah cengengesan! Tendang pisan bubar dapurmu!”Si Gondrong mengamati pose stance Han. Ia masih berdiri saja di situ, tegap dengan kaki setengah ditekuk dan tubuh turun sedikit. Lengan kanan Han ditarik ke tengah badan, sementara telapak tangannya menghadap ke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status