Semua Bab Dibuang Setelah Numpang Tenar: Bab 21 - Bab 30

34 Bab

21. Ledakan Amarah

"Kamu ke mana aja kemarin?"Suara itu terdengar datar, tapi aku tahu persis nada ketidaksabaranku merayap di setiap kata. Pertanyaan itu yang membuka pertemuan pertamaku dengan Mas Sandy setelah tiga hari dia absen dari rumah. Saat itu, dia baru saja membuka pintu depan, dan aku sudah menunggu di sofa, merapatkan kedua lututku. Koper besar yang masih digenggamnya tampak berat, seolah menyiratkan banyak rahasia yang dia bawa pulang.Mas Sandy menatapku, jelas tidak menyangka akan disambut dengan interogasi. Tangan kirinya yang memegang gagang koper bergetar sedikit, mungkin karena kelelahan, tapi lebih mungkin karena gugup."Kamu itu kenapa, sih?! Aku kan udah bilang ada acara bareng rekan-rekan syuting di luar kota," jawabnya dengan nada ketus, alisnya merapat seakan aku telah mengganggu ruang pribadinya yang selama ini tak tersentuh.Aku menahan napas sejenak, merasakan amarah yang mulai merembet ke dalam. "Hah!" tawa sinis lepas begitu saja dari bibirku. Sampai kapan dia akan memper
Baca selengkapnya

22. Tanduk yang Retak

Tanpa menunggu Mas Sandy menjawab, kulemparkan map berisi foto-foto hasil tangkapan layar kamera saat aku memergoki perselingkuhannya. Tidak hanya itu, aku juga sudah mencetak bukti tanda pembelian tiket pesawatnya ke Bali bersama Sinta dan penyewaan vila privat mewah atas namanya. Mas Sandy tidak sempat menghindar, sehingga map itu menghantam keras wajahnya sebelum jatuh berserakan di lantai. Aku melihatnya mengerjapkan mata, mungkin antara terkejut dan marah, tapi aku tidak peduli lagi. Foto-foto yang terlempar dari map berserakan di bawah kakinya, menampilkan semua bukti yang telah kukumpulkan selama ini. Gambar dirinya dan Sinta saat turun dari taksi dan masuk ke dalam vila sambil berangkulan mesra, serta tanda terima pembayaran booking vila dan pesawat. Semuanya sudah jelas. "Cukup, Mas! Aku udah capek pura-pura nggak tahu terus!" Suaraku menggelegar di ruang tamu yang sunyi."Sampai kapan kamu mau ngebodohin aku?! Sampai kapan kamu pikir aku bisa diam aja seperti orang bodoh?"
Baca selengkapnya

23. Keputusan yang Kuambil

Mas Sandy menatapku dengan mata yang dingin. Kontak mata kami akhirnya putus ketika dia mengalihkan pandangannya ke arah lantai. Beberapa foto yang tersebar di sana, bukti nyata dari perselingkuhannya, seakan menyuarakan kenyataan yang selama ini aku coba abaikan. Matanya berkedip sekali, lama, seperti seseorang yang sedang mencoba menelan pahitnya kenyataan, atau justru sedang menyusun kebohongan baru.Dia menarik napas panjang, terdengar berat, sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah yang menggema di ruangan. "Mau kamu apa sekarang?"Seolah aku yang harus menentukan apa yang terjadi selanjutnya, seolah aku yang berada dalam posisi memiliki kontrol atas situasi ini. Namun, setelah mendengar ucapannya, aku tahu sudah tak ada yang bisa diperbaiki. Sesuatu yang begitu penting telah rusak di antara kami—dan tak ada yang mampu menyatukannya kembali.Suara hatiku menggelegar, mendorong keluar satu kalimat yang selama ini mungkin aku tahan. Namun, dengan luka yang makin dalam, tak ada
Baca selengkapnya

24. Merebak

"Isu keretakan rumah tangga antara YouTuber Ressa Sayank dan suaminya, Sandy Angkasa, kembali merebak usai pengadilan tinggi agama Jakarta Pusat membocorkan gugatan yang diajukan Ressa. Wanita dengan nama asli Andarisa Meilana ini...""... Gugatan dilayangkan oleh Ressa, setelah empat tahun menjalani biduk rumah tangga bersama Sandy ...""... Pernikahan keduanya yang digelar bak putri dan pangeran dari negeri dongeng, tentu menjadi ingatan kuat di masyarakat ...""... Banyak yang menyayangkan hal ini, padahal Ressa dan Sandy sering menampilkan keharmonisan mereka di depan kamera. Bahkan baru-baru ini Ressa memberikan kejutan dengan datang ke lokasi syuting Sandy, di tengah isu kedekatannya dengan Sinta Ayudia. Benarkah orang ketiga menjadi penyebab perceraian pasangan artis muda ini?"Cklik!Aku mematikan televisi yang sudah penuh dengan berita perceraianku dan Mas Sandy di acara-acara gosip selebriti. Rasanya kepalaku sudah terlalu penat mendengar ocehan tak berujung dari pembawa aca
Baca selengkapnya

25. Perpisahan yang Tak Terhindarkan

Aku harus kuat demi putriku dan demi diriku sendiri.Itulah tekad yang aku bulatkan sejak memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tangga bersama Mas Sandy. Aku tahu menjadi single parent jalannya tidak akan mudah. Namun bertahan dengan luka dan menjalani pernikahan harmonis yang semu juga bukan pilihan yang baik. Lebih baik aku berjuang mencari kebahagiaan kami sendiri daripada membiarkan putriku tumbuh dengan cinta yang palsu. Seiring bertambah waktu, aku percaya Naomi pasti akan bisa mengerti keputusan yang diambil bundanya.Gugatan perceraian telah didaftarkan. Tanggal persidangan juga sudah keluar. Namun, sebelum kami duduk bersama di depan meja hijau, sesuai peraturan dilakukan mediasi terlebih dahulu. Mediasi ini adalah langkah awal yang harus diambil sebelum memasuki sidang perceraian. Tempatnya sederhana, namun formalitasnya membuat suasana terasa sangat tegang."Nak, kamu yakin dengan keputusan yang kamu ambil?" tanya Ibu ketika datang berkunjung sebelum hari persidangan.Aku
Baca selengkapnya

26. Tali yang Putus

Sidang mediasi kedua datang dan berlalu tanpa perubahan signifikan. Mas Sandy sekali lagi mangkir dari panggilan. Tak ada perubahan, tak ada usaha untuk memperbaiki keadaan. Celah untuknya kembali juga semakin menipis, dan aku mulai meninggalkan angan untuk rujuk dengannya. Keputusan untuk maju ke persidangan semakin mantap dalam benakku, meskipun hati ini terasa berat. Hari persidangan akhirnya tiba. Dengan langkah yang penuh beban, aku memasuki ruang persidangan yang dingin, seolah ruang tersebut memproyeksikan ketegangan dan kekhawatiran yang kurasakan. Ditemani oleh kuasa hukum dan beberapa teman dekatku, suasana di ruang sidang terasa sangat formal dan penuh tekanan. Di luar, aku membayangkan betapa pentingnya momen ini, mengingatkan aku pada segala hal yang telah kulalui. Sementara itu, Ibu kupasrahi untuk menjaga Naomi bersama Mbak Mala di rumahnya. Aku yakin mereka akan menjaga Naomi dengan baik, tetapi jauh di lubuk hati, aku tetap merasa cemas. Bagaimana jika Naomi merasa
Baca selengkapnya

27. Bangkit Usai Terpuruk

"Eh, eh, tadi kalian lihat nggak, cewek yang pake selendang hitam, baju biru dongker panjang, sama kacamata hitam? Kok kayaknya dia mirip ..." suara Bunga tiba-tiba memecah keheningan yang membungkus kami di dalam mobil van. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya dan mengeluarkan komentar tanpa berpikir panjang."Ssst!" Rina segera menyenggol lengan Bunga agar gadis itu berhenti berceloteh. Tatapan tajam Rina menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kebisingan yang baru saja muncul. Dia melirik ke arahku dengan cemas, memberi kode bahwa Bunga harus diam. Suasana di dalam mobil terasa semakin canggung. Sementara Rina terlihat gelisah, Bunga masih mengernyitkan dahi, berusaha memahami mengapa Rina tampak begitu tertekan. Aku sendiri merasakan sorot mata mereka yang mencuri-curi pandang ke arahku. Mereka jelas menunggu bagaimana responsku soal hal ini. Apakah aku akan bertanya penasaran karena tidak tahu, atau malah menangis sedih?Aku menghela napas panjang, cukup keras hingga bisa terde
Baca selengkapnya

28. Aksi Balas Dendam

Keesokan paginya, aku tiba di studio stasiun televisi swasta dengan perasaan campur aduk. Aku mengenakan gaun biru yang elegan, warna yang seolah ingin memberi kesan tenang dan penuh kendali, meskipun hatiku sebaliknya. Saat aku memasuki area studio, aku dikelilingi oleh lampu-lampu terang dan kamera yang siap mengabadikan setiap gerak-gerikuku. Tak jauh dari situ, aku bisa mendengar suara tim produksi sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya."Selamat pagi, Ressa!" Suara hangat Vera, host acara 'Pagi-Pagi Curcol', menyapa sambil memberikan pelukan hangat. "Bagaimana kabarnya pagi ini?"Aku tersenyum, meskipun rasanya canggung. "Selamat pagi, Vera. Baik-baik saja, terima kasih."Vera mengajak aku duduk di kursi tamu yang telah disiapkan. Kamera mulai berputar, dan tampak jelas sekali betapa semua perhatian tertuju padaku. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Aku sudah pernah berada di bawah sorotan seperti ini sebelumnya, tapi kali ini terasa berbeda. Aku lebi
Baca selengkapnya

29. Dilema

[Hah? Serius Sandy orangnya kayak gitu?][Ih, nggak nyangka, ya! Pantes aktingnya di sinetron kelihatan natural banget! Nggak tahunya ...][Ceweknya juga gitu! Udah tahu lawan mainnya udah punya pawang, masih ganjen aja!][Kalau tahu kayak gini, enggak nyalahin Kak Re sih, minta cerai. Pukpuk yaa, Kak][Skip no debat!][Dua-duanya perlu di-cancel aja nggak, sih?! Biar para pelakor dan tukang selingkuh ini nggak tuman!][Boikot film, sinetron, sama produk-produk sponsornya!!] Komentar-komentar yang penuh hujatan terus berdatangan. Kolom komentar di akun media sosial Mas Sandy, Sinta, hingga akun-akun resmi dari film dan produk-produk yang mereka bintangi kini bak medan perang bagi para netizen yang marah. Kata-kata kasar, sindiran pedas, hingga ancaman boikot menghiasi layar ponselku. Setiap kali aku menyegarkan laman, puluhan komentar baru muncul.Semua bermula dari tayangan wawancaraku di 'Pagi-Pagi Curcol' yang sedikit menyindir soal perselingkuhan Mas Sandy dan Sinta. Meski tidak
Baca selengkapnya

30. Job yang Membanjir

"Kak, kita kebanjiran endorse!" seru Rina dengan suara tinggi, nyaris berteriak, seolah tidak bisa menahan rasa senangnya. Dia bahkan sampai meloncat-loncat setelah menerima telepon dari klien untuk kesembilan kalinya pagi ini. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu tampak begitu energik, wajahnya berseri-seri.Aku hanya tersenyum kecil sambil mencoba menggerakkan bibirku sedikit. "Alhamdulillaah ...," gumamku, terdengar samar karena bibirku nyaris tak bergerak akibat sentuhan make up yang masih dikerjakan oleh Tika."Wajar nggak sih? Wawancara Kak Ressa kemarin di podcast-nya Diana Sumira kan sampai viral tuh," Tika ikut berkomentar sambil fokus menyapukan pemerah pipi di wajahku, tepat di sekitar garis senyum.Rina mengangguk-angguk dengan semangat. Wajahnya penuh dengan antusiasme, seolah dia sedang membayangkan bonus besar yang akan segera diterimanya. "Iya! Itu baru yang kelihatan, loh. Masih banyak yang belum hubungi kita. Gila banget sih, Kak! Aku nggak nyangka efeknya bakal se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status