Aku menyuruh suamiku keluar dari pekerjaannya karena tidak ingin keluargaku memakan uang hasil riba. Dengan penampilannya yang menarik, aku lantas mendorong dia agar mau terjun ke dunia entertain, sama sepertiku. Aku-lah yang pertama kali mengajarinya berakting, mencarikan pekerjaan lewat koneksiku, hingga membukakan jalan untuk mencapai ketenaran seperti sekarang. Namun, orang yang kucintai itu diam-diam menyimpan rahasia di belakangku. Aku tidak menyangka bahwa selama ini dia ...
Lihat lebih banyakSebulan terakhir ini memang penuh kejutan. Entah aku harus bersyukur atau tidak, sikap Mas Sandy berubah secara drastis. Dulu, ia jarang sekali meluangkan waktu untuk Naomi, tapi sekarang… dalam seminggu, bisa tiga sampai empat kali ia mengajak Naomi pergi. Seperti hari ini, ia akan menjemput Naomi lagi. Jujur saja, aku tak tahu bagaimana perasaanku tentang ini. Kadang aku bertanya-tanya, apakah dia melakukannya karena rasa bersalah? Atau mungkin ada maksud lain yang terselubung? Meski begitu, aku tetap menjaga jarak. Mas Sandy mungkin berubah terhadap Naomi, tapi terhadapku? Dia masih sama seperti dulu. Hubungan kami tak lebih dari sekadar formalitas orang tua yang sudah terpisah.Yang sedikit aneh, kini Mas Sandy berani langsung menghubungiku lewat WhatsApp. Dia tak lagi meminta bantuan Rina atau Mbak Mala untuk menyampaikan pesan. Ia bahkan menyapaku dengan santai seolah tak ada yang salah di antara kami. Namun, aku hanya membaca pesannya, tidak pernah membalas secara langsung. Ak
Sudah menjadi komitmenku sejak awal, meski telah berpisah, aku tidak ingin Naomi kehilangan kasih sayang dari sang ayah seperti yang kualami dulu. Oleh sebab itu, aku tidak pernah membatasi jika Mas Sandy ingin menemui putrinya.Terhitung sudah genap 6 bulan sejak kami resmi bercerai. Di minggu-minggu awal, aku yang perlu usaha mengingatkan Mas Sandy untuk mengunjungi Naomi, dengan cara menghubungi manajernya lewat Rina. Itu pun dia hanya menjenguk Naomi 1-2 kali tiap pekannya."Unda, kenapa Ayah udah nggak di lumah ini lagi, sih? Unda yang nyuluh Ayah pelgi dali lumah, ya?" tanya Naomi suatu hari, saat kukatakan padanya bahwa besok Mas Sandy akan datang menjemput."Bunda nggak ngusir Ayah, Sayang. Ayah nggak tinggal di rumah ini lagi karena keinginan Ayah sendiri," jawabku.Tidak salah, kan? Memang sejak gugatan cerai itu aku layangkan, Mas Sandy tidak menampakkan usaha apa-apa untuk mempertahankan rumah tangga kami."Kenapa gitu? Unda sama Ayah belantem, ya?" Naomi masih penasaran.
"Kak, kita kebanjiran endorse!" seru Rina dengan suara tinggi, nyaris berteriak, seolah tidak bisa menahan rasa senangnya. Dia bahkan sampai meloncat-loncat setelah menerima telepon dari klien untuk kesembilan kalinya pagi ini. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu tampak begitu energik, wajahnya berseri-seri.Aku hanya tersenyum kecil sambil mencoba menggerakkan bibirku sedikit. "Alhamdulillaah ...," gumamku, terdengar samar karena bibirku nyaris tak bergerak akibat sentuhan make up yang masih dikerjakan oleh Tika."Wajar nggak sih? Wawancara Kak Ressa kemarin di podcast-nya Diana Sumira kan sampai viral tuh," Tika ikut berkomentar sambil fokus menyapukan pemerah pipi di wajahku, tepat di sekitar garis senyum.Rina mengangguk-angguk dengan semangat. Wajahnya penuh dengan antusiasme, seolah dia sedang membayangkan bonus besar yang akan segera diterimanya. "Iya! Itu baru yang kelihatan, loh. Masih banyak yang belum hubungi kita. Gila banget sih, Kak! Aku nggak nyangka efeknya bakal se
[Hah? Serius Sandy orangnya kayak gitu?][Ih, nggak nyangka, ya! Pantes aktingnya di sinetron kelihatan natural banget! Nggak tahunya ...][Ceweknya juga gitu! Udah tahu lawan mainnya udah punya pawang, masih ganjen aja!][Kalau tahu kayak gini, enggak nyalahin Kak Re sih, minta cerai. Pukpuk yaa, Kak][Skip no debat!][Dua-duanya perlu di-cancel aja nggak, sih?! Biar para pelakor dan tukang selingkuh ini nggak tuman!][Boikot film, sinetron, sama produk-produk sponsornya!!] Komentar-komentar yang penuh hujatan terus berdatangan. Kolom komentar di akun media sosial Mas Sandy, Sinta, hingga akun-akun resmi dari film dan produk-produk yang mereka bintangi kini bak medan perang bagi para netizen yang marah. Kata-kata kasar, sindiran pedas, hingga ancaman boikot menghiasi layar ponselku. Setiap kali aku menyegarkan laman, puluhan komentar baru muncul.Semua bermula dari tayangan wawancaraku di 'Pagi-Pagi Curcol' yang sedikit menyindir soal perselingkuhan Mas Sandy dan Sinta. Meski tidak
Keesokan paginya, aku tiba di studio stasiun televisi swasta dengan perasaan campur aduk. Aku mengenakan gaun biru yang elegan, warna yang seolah ingin memberi kesan tenang dan penuh kendali, meskipun hatiku sebaliknya. Saat aku memasuki area studio, aku dikelilingi oleh lampu-lampu terang dan kamera yang siap mengabadikan setiap gerak-gerikuku. Tak jauh dari situ, aku bisa mendengar suara tim produksi sedang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya."Selamat pagi, Ressa!" Suara hangat Vera, host acara 'Pagi-Pagi Curcol', menyapa sambil memberikan pelukan hangat. "Bagaimana kabarnya pagi ini?"Aku tersenyum, meskipun rasanya canggung. "Selamat pagi, Vera. Baik-baik saja, terima kasih."Vera mengajak aku duduk di kursi tamu yang telah disiapkan. Kamera mulai berputar, dan tampak jelas sekali betapa semua perhatian tertuju padaku. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Aku sudah pernah berada di bawah sorotan seperti ini sebelumnya, tapi kali ini terasa berbeda. Aku lebi
"Eh, eh, tadi kalian lihat nggak, cewek yang pake selendang hitam, baju biru dongker panjang, sama kacamata hitam? Kok kayaknya dia mirip ..." suara Bunga tiba-tiba memecah keheningan yang membungkus kami di dalam mobil van. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya dan mengeluarkan komentar tanpa berpikir panjang."Ssst!" Rina segera menyenggol lengan Bunga agar gadis itu berhenti berceloteh. Tatapan tajam Rina menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kebisingan yang baru saja muncul. Dia melirik ke arahku dengan cemas, memberi kode bahwa Bunga harus diam. Suasana di dalam mobil terasa semakin canggung. Sementara Rina terlihat gelisah, Bunga masih mengernyitkan dahi, berusaha memahami mengapa Rina tampak begitu tertekan. Aku sendiri merasakan sorot mata mereka yang mencuri-curi pandang ke arahku. Mereka jelas menunggu bagaimana responsku soal hal ini. Apakah aku akan bertanya penasaran karena tidak tahu, atau malah menangis sedih?Aku menghela napas panjang, cukup keras hingga bisa terde
Sidang mediasi kedua datang dan berlalu tanpa perubahan signifikan. Mas Sandy sekali lagi mangkir dari panggilan. Tak ada perubahan, tak ada usaha untuk memperbaiki keadaan. Celah untuknya kembali juga semakin menipis, dan aku mulai meninggalkan angan untuk rujuk dengannya. Keputusan untuk maju ke persidangan semakin mantap dalam benakku, meskipun hati ini terasa berat. Hari persidangan akhirnya tiba. Dengan langkah yang penuh beban, aku memasuki ruang persidangan yang dingin, seolah ruang tersebut memproyeksikan ketegangan dan kekhawatiran yang kurasakan. Ditemani oleh kuasa hukum dan beberapa teman dekatku, suasana di ruang sidang terasa sangat formal dan penuh tekanan. Di luar, aku membayangkan betapa pentingnya momen ini, mengingatkan aku pada segala hal yang telah kulalui. Sementara itu, Ibu kupasrahi untuk menjaga Naomi bersama Mbak Mala di rumahnya. Aku yakin mereka akan menjaga Naomi dengan baik, tetapi jauh di lubuk hati, aku tetap merasa cemas. Bagaimana jika Naomi merasa
Aku harus kuat demi putriku dan demi diriku sendiri.Itulah tekad yang aku bulatkan sejak memutuskan untuk mengakhiri biduk rumah tangga bersama Mas Sandy. Aku tahu menjadi single parent jalannya tidak akan mudah. Namun bertahan dengan luka dan menjalani pernikahan harmonis yang semu juga bukan pilihan yang baik. Lebih baik aku berjuang mencari kebahagiaan kami sendiri daripada membiarkan putriku tumbuh dengan cinta yang palsu. Seiring bertambah waktu, aku percaya Naomi pasti akan bisa mengerti keputusan yang diambil bundanya.Gugatan perceraian telah didaftarkan. Tanggal persidangan juga sudah keluar. Namun, sebelum kami duduk bersama di depan meja hijau, sesuai peraturan dilakukan mediasi terlebih dahulu. Mediasi ini adalah langkah awal yang harus diambil sebelum memasuki sidang perceraian. Tempatnya sederhana, namun formalitasnya membuat suasana terasa sangat tegang."Nak, kamu yakin dengan keputusan yang kamu ambil?" tanya Ibu ketika datang berkunjung sebelum hari persidangan.Aku
"Isu keretakan rumah tangga antara YouTuber Ressa Sayank dan suaminya, Sandy Angkasa, kembali merebak usai pengadilan tinggi agama Jakarta Pusat membocorkan gugatan yang diajukan Ressa. Wanita dengan nama asli Andarisa Meilana ini...""... Gugatan dilayangkan oleh Ressa, setelah empat tahun menjalani biduk rumah tangga bersama Sandy ...""... Pernikahan keduanya yang digelar bak putri dan pangeran dari negeri dongeng, tentu menjadi ingatan kuat di masyarakat ...""... Banyak yang menyayangkan hal ini, padahal Ressa dan Sandy sering menampilkan keharmonisan mereka di depan kamera. Bahkan baru-baru ini Ressa memberikan kejutan dengan datang ke lokasi syuting Sandy, di tengah isu kedekatannya dengan Sinta Ayudia. Benarkah orang ketiga menjadi penyebab perceraian pasangan artis muda ini?"Cklik!Aku mematikan televisi yang sudah penuh dengan berita perceraianku dan Mas Sandy di acara-acara gosip selebriti. Rasanya kepalaku sudah terlalu penat mendengar ocehan tak berujung dari pembawa aca
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen