Home / Horor / Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Misteri Rumah Tua di Sudut Jalan: Chapter 21 - Chapter 30

71 Chapters

Bab 21 Pencarian Jawaban di Buku-Buku Tua

Keesokan harinya, matahari terbit dengan lamban, seolah-olah enggan menyinari desa yang kini penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Warga desa masih terjaga dengan wajah lesu, kurang tidur, dan ketegangan yang memuncak. Kematian tragis Bu Sari dan gangguan roh anak kecil itu telah menciptakan suasana yang jauh dari normal. Rumah-rumah yang biasanya penuh tawa, kini dipenuhi bisikan dan doa-doa agar malam selanjutnya tidak membawa teror yang lebih mengerikan. Rani, dengan lingkaran hitam di bawah matanya, berkumpul kembali dengan Bu Marni dan Nyai Murni di rumah Nyai. Meskipun lelah, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa berlama-lama dalam ketidakpastian. Keputusan harus segera diambil, meskipun resikonya sangat tinggi. “Aku rasa ini sudah saatnya,” ujar Rani pelan, mengawali pembicaraan. “Kita harus memanggil roh anak kecil itu lagi.” Bu Marni terlihat ragu, pandangannya terpaku pada Nyai Murni, berharap wanita tua itu memiliki solusi lain. Namun, Nyai Murni hanya mengangguk dengan be
Read more

Bab 22: Membangun Keberanian di Tengah Ketakutan

Setelah pulang dari perpustakaan, pikiran Rani dipenuhi oleh berbagai hal. Temuannya mengenai rumah tua dan sejarah kelam keluarga bangsawan yang pernah tinggal di sana membuatnya semakin yakin bahwa segala yang terjadi di desa ini ada kaitannya dengan masa lalu yang kelam. Namun, meski dia merasa sudah mendapatkan titik terang, ada sesuatu yang membuatnya merasa resah—apakah mereka benar-benar bisa menghentikan kekuatan gelap ini? Di rumah, Rani menemukan Nyai Murni, Bu Marni, dan beberapa warga yang sedang berkumpul, mencoba mengumpulkan keberanian setelah kejadian-kejadian mengerikan yang mereka alami. Rani tahu bahwa mereka semua lelah, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Tidak ada satu pun dari mereka yang tidur nyenyak selama berhari-hari. Aura kelelahan terlihat jelas di wajah mereka. Namun, mereka tahu bahwa tak ada waktu untuk beristirahat. Mereka harus segera mengambil tindakan sebelum hal yang lebih buruk terjadi. Rani langsung menceritakan kepada mereka apa yang dia te
Read more

Bab 23: Penglihatan Masa Lalu yang Mengerikan

Saat roh anak kecil itu menghilang dan menyelinap cepat ke tubuh Rani, suasana di ruangan berubah menjadi dingin dan mencekam. Semua orang yang berada di sana terdiam, seolah waktu berhenti seketika. Wajah Rani mendadak pucat, dan tubuhnya bergetar. Mata Rani yang awalnya penuh dengan kesadaran kini berubah kosong, seolah-olah jiwanya telah terserap ke dalam kegelapan. Rani merasakan tubuhnya seakan melayang, diterobos oleh kekuatan yang tak terlihat. Pandangannya gelap, tetapi dia bisa merasakan dirinya bergerak cepat melewati cahaya yang teramat terang, seperti diseret menuju sesuatu yang tak diketahui. Dia tidak bisa berteriak, tidak bisa melawan, hanya mengikuti arus kuat yang menariknya. Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Gelap itu perlahan memudar, dan pandangan Rani berubah. Kini, dia bukan lagi berada di ruangan Nyai Murni, melainkan di suatu tempat lain, seperti menyaksikan sebuah film yang diputar di hadapannya. Namun kali ini, bukan sekadar menonton. Sem
Read more

Bab 24: Rahasia dalam Buku Harian Tua

Setelah suasana tegang mereda dan tubuh Rani mulai pulih dari pengalaman menyeramkan yang baru saja dialaminya, Nyai Murni dan Bu Marni memutuskan untuk memberikan Rani waktu beristirahat. Meskipun masih terguncang oleh penglihatan masa lalu yang mengerikan, Rani merasa bahwa dia harus mengambil jeda sejenak untuk menenangkan diri. Dia pun memutuskan untuk kembali ke penginapan bersama Bu Marni. Sepanjang perjalanan menuju penginapan, Rani terus memikirkan penglihatannya. Sosok bangsawan kejam dan anak perempuannya yang malang masih menghantui pikirannya. Apa yang sebenarnya terjadi pada rumah itu? Dan bagaimana jenglot yang diperoleh bangsawan tersebut masih membawa malapetaka hingga saat ini? Sesampainya di penginapan, Rani segera menuju kamar dan berbaring di atas ranjang. Dia mencoba memejamkan mata, tetapi bayangan masa lalu yang kelam terus menghantui pikirannya. Tubuhnya masih terasa lemah, tetapi dia tahu bahwa waktu tidak berpihak padanya. Sesuatu yang lebih besar sedang me
Read more

Bab 25: Menguak Lebih Dalam

Setelah pertemuannya dengan Nyai Murni, Rani merasa tekadnya semakin kuat. Dia harus mencari tahu lebih banyak tentang kutukan yang mengikat rumah tua itu, dan untuk melakukannya, dia perlu menggali lebih dalam. Pikiran tentang buku-buku tua di perpustakaan desa terus menghantuinya. Dia ingat pernah melihat beberapa buku yang mungkin memiliki kaitan dengan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dengan cepat, Rani memutuskan untuk kembali ke perpustakaan di desa tersebut. Perpustakaan itu terletak di salah satu sudut desa, sebuah bangunan kecil dan sederhana yang jarang dikunjungi. Hanya beberapa penduduk setempat yang tahu keberadaannya, dan bahkan lebih sedikit lagi yang datang untuk membaca buku di sana. Namun, bagi Rani, tempat itu adalah harta karun yang tak ternilai, penuh dengan rahasia masa lalu yang tersembunyi dalam tumpukan buku-buku berdebu. Ketika dia tiba di perpustakaan, suasana sunyi langsung menyambutnya. Hanya ada bunyi gemerisik angin yang menerobos celah-celah jende
Read more

Bab 26: Mimpi Buruk Pertama

Setelah rani pergi dari perpustakaan tersebut, Rani merasa ada sesuatu yang lebih besar yang mengancam daripada apa yang bisa dia bayangkan. Kepalanya penuh dengan berbagai spekulasi tentang roh bangsawan yang kejam dan jenglot yang masih bersembunyi di rumah tua itu. Malam telah larut ketika Rani akhirnya sampai di penginapan. Hawa dingin menusuk kulit, menambah suasana seram yang telah menyelimuti pikirannya. Setelah memastikan pintu terkunci, Rani duduk di meja kecil di samping ranjang, mencoba membaca buku catatannya untuk mencari pola atau petunjuk yang mungkin terlewatkan. Namun, matanya yang lelah membuat fokusnya pecah. Berkali-kali ia mencoba membaca ulang paragraf yang sama tanpa bisa mengingat apa pun. Mimpi buruk yang selalu menghantuinya mulai menekan kesadarannya. Rani memutuskan untuk beristirahat. Setelah memastikan lilin padam, dia merebahkan diri dan menarik selimut, berharap mendapatkan sedikit ketenangan. Tapi malam itu, ketenangan adalah sesuatu yang terlalu jau
Read more

Bab 27: Perlawanan Sang Bangsawan

Rina duduk di meja kecil di kamarnya, masih merasakan dinginnya malam yang menyelimuti. Buku catatannya penuh dengan coretan mimpi buruk yang terus mengganggu tidurnya. Namun kali ini, rasa takut yang selalu menghantuinya mulai berubah menjadi kemarahan. Rina tahu bahwa roh bangsawan yang kejam itu adalah penyebab semua kengerian ini. Dia sadar bahwa roh itu tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai—menjaga rahasia kelamnya tetap terkubur. Dalam kemarahannya, Rina merasa bahwa dirinya tidak lagi bisa diam. Dia tidak bisa terus menerus dihantui oleh roh yang bersembunyi di rumah tua itu. Bangsawan tersebut telah mengorbankan keluarganya, bahkan putri kecilnya sendiri, demi ambisi dan kekuasaan. Bayangan gadis kecil yang selalu muncul dalam mimpinya adalah bukti betapa besar pengorbanan yang dilakukan oleh bangsawan tersebut. Rina bertekad untuk mengungkap kebenaran dan menghentikan teror ini sekali untuk selamanya. Namun, malam itu, mimpi buruknya justru semakin mengerikan. Dala
Read more

Bab 28 Kecurigaan

Rina merasa hatinya dipenuhi kekhawatiran setelah berbicara dengan Bu Marni. Penjelasan tentang masa lalu bangsawan dan anak perempuannya yang hilang memberikan gambaran baru tentang rumah tua itu, tetapi juga memunculkan lebih banyak pertanyaan. Terlebih lagi, Bu Marni seakan memberikan peringatan yang sangat penting. Rina merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Bu Marni, terutama setelah semua yang telah mereka lalui bersama. Mengapa Bu Marni tampak begitu khawatir dan berusaha menghalangi penyelidikan ini? Hari itu, Rina bertekad untuk mencari tahu lebih banyak tentang Bu Marni. Ia merasa perlu mengetahui lebih dalam tentang siapa sebenarnya Bu Marni dan apa yang mungkin disembunyikannya. Jika Bu Marni memiliki keterlibatan dalam misteri ini, maka itu bisa menjadi kunci untuk mengungkap seluruh kebenaran. Setelah sarapan, Rina memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Ia mulai dengan mengamati Bu Marni dari jauh. Rina melihat Bu Marni sedang membersihkan ruang makan dan ber
Read more

Bab 29: Kebenaran yang Tersembunyi

Rina duduk di ruang makan penginapan yang sepi, menatap penuh perhatian ke arah Bu Marni yang duduk di depannya. Wanita itu tampak gelisah, berbeda dengan sosoknya yang biasa terlihat tenang dan penuh kendali. Hari ini, Bu Marni telah memutuskan untuk membuka sedikit kisah masa lalunya, sesuatu yang selama ini ia sembunyikan dari Rina. "Baiklah, Nak. Aku tahu kau sudah lama menunggu penjelasan," kata Bu Marni sambil menghela napas panjang. "Ini bukan hal yang mudah bagiku untuk dibicarakan, tapi kau berhak tahu sebagian dari kebenarannya." Rina menatap wanita tua itu, merasa ada ketegangan di udara. Sesuatu dalam diri Bu Marni tampak menahan dirinya untuk tidak mengungkapkan semuanya. Namun, Rina tetap diam, membiarkan Bu Marni mengambil alih pembicaraan. "Beberapa tahun yang lalu, aku tinggal di kota ini bersama keluargaku. Kami hidup cukup sederhana, namun ada hal yang selalu menjadi misteri dalam keluarga kami: rumah tua di ujung jalan itu," kata Bu Marni dengan suara yang mulai
Read more

Bab 30: Jejak yang Tersembunyi

Rina berdiri diam di depan pintu kamar Bu Marni, telinganya masih menempel di permukaan kayu yang dingin. Bisikan-bisikan di dalam kamar terdengar samar, tapi jelas. Ada orang lain di dalam kamar Bu Marni—suara seorang wanita. Rina mengernyit, mencoba mendengar lebih jelas, namun kata-katanya terlalu pelan untuk dipahami. Namun, tiba-tiba, suara langkah kaki di dalam kamar itu mulai mendekat. Mereka tampaknya bergerak ke arah pintu. Rina cepat-cepat mundur beberapa langkah, hatinya berdegup kencang. Ia bersembunyi di balik sebuah pilar di koridor sempit penginapan, memastikan tubuhnya tak terlihat. Dari tempat persembunyiannya, Rina mengintip. Pintu kamar Bu Marni berderit terbuka perlahan, dan seorang wanita keluar dari dalam kamar. Rina menahan napas, memperhatikan dengan saksama. Wanita itu seumuran dengan Bu Marni, tampak sekitar akhir lima puluhan atau awal enam puluhan. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya menunjukkan ekspresi yang tegas namun agak murung, seakan sedang membawa
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status