Home / Romansa / Dimanja Suami Pembawa Sial / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of Dimanja Suami Pembawa Sial: Chapter 411 - Chapter 420

447 Chapters

Bab 411

Zara memandang tertegun ke arah Xavier yang turun dari mobil. "Kak, ini siapa, ya ...?""Ini wakil kakak iparmu," ujar Xavier sambil bersandar di pintu mobil dengan senyum usil menatap Zara.Zara dan Tiffany terdiam. Tiffany menarik napas panjang, lalu berjalan mendekat, dan langsung memukulkan tasnya ke arah Xavier. "Kamu ngomong apa sih?!""Siapa suruh kamu pergi bersenang-senang tanpa aku?" Xavier mengerucutkan bibir dan menatap Tiffany dengan wajah polos.Tiffany nyaris kehilangan akal karena kesal. Dia melotot ke arah Xavier. "Ini urusan pribadi aku dan temanku, nggak ada hubungannya sama kamu! Jangan ikut campur!"Namun, Xavier sudah sampai di sana, mana mungkin dia benar-benar pergi begitu saja?Setelah itu ...."Tiff, Tiff, ini tempat apa sih?""Tiff, Tiff, kita ke sini mau ngapain?"Tiffany hanya bisa memutar matanya dengan kesabaran yang sudah hampir habis.Namun, Zara menjelaskan dengan ramah, "Ini rumahku. Aku berencana mau mutusin hubungan sama keluargaku, lalu pergi ke te
Read more

Bab 412

Pria itu membuka pintu ruang kerja dengan keras dan berjalan cepat ke arah Zara.Plak!Di saat semua orang belum sempat bereaksi, sebuah tamparan keras mendarat di wajah Zara."Ayah ...." Zara menggigit bibirnya. Kepalanya terdorong ke samping karena tamparan itu, sementara air mata mulai menggenang di matanya.Pria itu menggertakkan giginya. "Jangan panggil aku Ayah!" Setelah berkata demikian, dia mengangkat tangannya lagi, bersiap untuk memberikan tamparan kedua.Chaplin yang berdiri di belakang sudah hendak bergerak untuk menghentikannya, tapi Xavier lebih cepat. Dengan gerakan yang terlihat santai, dia mencengkeram pergelangan tangan pria itu dengan kuat dan menghentikan tamparan yang kedua."Kamu!" Slamet melotot ke arah Xavier. "Aku menghukum anakku sendiri, apa urusannya sama kamu?""Menghukum anak sendiri, apa perlu dengan tamparan di wajah?" Xavier tersenyum tipis. "Kalau kamu memukul pantatnya, aku mungkin percaya kalau itu hanya hukuman biasa untuk anakmu.""Kamu!""Apa aku
Read more

Bab 413

Tiffany duduk di ruang kerja vila Keluarga Pradipta, tubuhnya sedikit gemetar.Di hadapannya, duduk seorang wanita dengan wajah yang tampak seperti efek khusus dari film horor. Fitur wajahnya tidak jelas dan penuh dengan bekas luka yang tampak mengerikan.Dia teringat foto Sean dan Sanny yang pernah dilihatnya. Dia juga teringat wajah Zara yang hampir identik dengan wajah Sanny di masa lalu.Hatinya terasa campur aduk. Sebenarnya ... Sanny juga termasuk orang yang malang, bukan? Dia kehilangan wajah yang begitu dibanggakannya dulu, sehingga berubah menjadi seseorang yang begitu obsesif dan ingin menjadikan Zara sebagai bonekanya."Minumlah."Sanny mendorong secangkir teh yang telah diseduh ke arah Tiffany. Di balik luka yang tersembunyi, mata wanita itu menatap Tiffany. "Nggak ada racun."Tiffany menggigit bibir, mengangkat cangkir teh itu, dan meminumnya dengan hati-hati. Karena terlalu gugup, dia lupa mengecek suhu teh, sehingga langsung kepanasan dan meringis.Sanny tersenyum tipis.
Read more

Bab 414

"Kendra yang membesarkanmu itu." Sanny tertawa dingin, wajahnya yang sudah menakutkan semakin terlihat menyeramkan saat dia tertawa. "Kamu masih ingat 13 tahun lalu, waktu kamu sakit parah dan hampir mati?""Kamu ingat Kendra membawa pulang 400 juta untuk mengobatimu?"Tatapan Sanny semakin terlihat tidak stabil. "Kamu pikir uang 400 juta itu dari mana? Itu didapat dari membakar rumahku dan Sean. Itu hasil dari api yang menghancurkan hidup kami!"Suara Sanny yang serak dan rendah terdengar begitu menakutkan, setiap kata yang diucapkannya seperti pisau yang menghujam hati Tiffany."Hari itu adalah hari ulang tahun Sean. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa periksa catatan medis di kotamu. Hari kamu sakit itu bertepatan dengan hari ulang tahun Sean.""Mereka sudah menghitung semuanya. Mereka tahu aku akan kembali untuk merayakan ulang tahun Sean. Mereka tahu sebelum aku tiba, Sean akan duduk sendirian di rumah tanpa menyalakan lampu dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.""Jadi, pamanmu
Read more

Bab 415

"Aku hanya mengatakan hal-hal yang seharusnya dia ketahui," ujar Sanny sambil tersenyum tipis. Dia memalingkan wajahnya membelakangi Tiffany. "Aku sudah mengatakan semua yang ingin kusampaikan.""Kamu bilang setiap orang berhak membuat pilihannya sendiri. Jadi, aku menyerahkan hak memilih itu padamu. Kalau kamu tetap ingin keras kepala bersama Sean, aku nggak bisa berbuat apa-apa."Tubuh Tiffany bergetar hebat dalam pelukan Xavier. Semua yang dikatakan Sanny terasa jauh dan tidak nyata baginya.Namun ... setiap kata yang diucapkannya cocok dengan potongan-potongan kenangan dari masa lalu Tiffany. Dia tidak tahu ... apakah ini kebohongan yang dirangkai dengan sangat teliti, atau memang ... kenyataan?Tiffany menutup mulutnya dengan erat. Dia berusaha menahan tangis dan berusaha untuk tidak berpikir terlalu jauh. Namun, siapa yang bisa tetap tenang setelah mendengar kata-kata seperti itu?Dia menggigit bibirnya dengan keras, mencoba agar dirinya tidak terpengaruh. Namun, itu mustahil! Be
Read more

Bab 416

Sambil berkata demikian, Sanny menoleh dan menatap Xavier dengan tajam. "Jangan bilang kamu nggak ingin menjadi kepala keluarga.""Kamu sudah mencari Tiffany setahun lebih, 'kan? Kalau nggak ingin menikahinya, ngapain repot-repot mencarinya? Sekarang kamu sudah menemukannya, tapi kamu nggak berusaha dan ingin dia kembali dengan adikku."Sanny menggeleng dengan tidak berdaya. "Aku belum pernah melihat orang sebodoh kamu. Kita sebenarnya bisa kerja sama.""Aku nggak ingin kerja sama dengan monster sepertimu." Xavier melipat tangan di depan dada sambil bersandar di pintu. Bibirnya tampak menyunggingkan senyuman dingin."Aku bisa mendapat apa yang kuinginkan dengan tanganku sendiri. Aku nggak butuh bantuan dari monster yang terus sembunyi sepertimu."Wajah Sanny seketika menunjukkan kilatan amarah. "Kamu bilang siapa monster?""Kamu. Bukan cuma penampilan, tapi perbuatanmu juga sangat mirip." Xavier menguap. "Omong-omong, aku datang hari ini bukan untuk menonton drama Keluarga Tanuwijaya."
Read more

Bab 417

"Sean!" Tiffany menggertakkan giginya. Wajah yang sebelumnya merah karena menangis kini berubah pucat karena tegang. Dia memelotot. "Pelankan mobilnya!""Nggak mau." Sean tertawa dingin dan mempercepat laju mobil seperti anak kecil yang merajuk.Jantung Tiffany berdebar kencang, seolah-olah hampir meledak! Dengan kecepatan mobil yang begitu tinggi, mereka bisa langsung mati jika menabrak sesuatu atau genggaman Sean kurang kuat!"Jangan bercanda!" Tiffany menggertakkan gigi lagi. Air mata hampir menetes karena marah. "Kamu jangan menggila ya!"Melihat Sean masih tidak mendengarkan, Tiffany akhirnya menarik napas panjang. "Siapa yang tadi malam bilang mau punya anak denganku? Gimana kita bisa punya anak kalau kamu begini?"Sean tersenyum tipis dan menurunkan kecepatan mobil sedikit. "Tapi, kamu nangis.""Aku nggak nangis lagi, pelankan mobilnya!"Sean menurunkan kecepatan lagi. Namun, mobil mereka tetap masih lebih cepat daripada mobil lainnya.Tiffany sungguh tak berdaya. Dia menarik na
Read more

Bab 418

Bagaimana Tiffany harus menghadapi dirinya sendiri? Dia tidak berhak menyalahkan pamannya, karena pamannya melakukan kesalahan demi dirinya.Dia tidak berhak menghibur Sean, karena dulu pamannya yang telah menyakitinya. Segala hal ini berputar-putar di kepalanya.Tiffany menarik napas panjang. Suaranya bergetar dengan disertai isak tangis, "Sayang ... maksudku, Sean."Tiffany ingin mengatakan kata perpisahan, tetapi kata-kata itu tak kunjung keluar. Begitu dia berpikir akan berpisah dari Sean, hidung dan matanya mulai terasa perih. Air mata terus mengalir tanpa bisa dihentikan.Dia benar-benar tidak ingin berpisah dari Sean. Sean sangat baik. Dia adalah sumber kebahagiaan Tiffany dan motivasi hidupnya. Namun, Tiffany benar-benar tidak punya hak untuk itu ...."Kamu nggak mau panggil aku sayang lagi?" Sean tertawa pelan, lalu mengangkat tangannya untuk menghapus air mata di sudut mata Tiffany. "Nggak apa-apa. Kalau nggak mau panggil aku sayang, ya sudah.""Aku saja yang panggil kamu say
Read more

Bab 419

"Bodoh, kalau begitu ya jangan berpisah." Sean memeluk dengan erat dan menciumnya berulang kali. "Hal-hal yang sudah berlalu biarlah berlalu.""Kita memang nggak bisa mengubah masa lalu. Tapi, di masa depan ... kita masih punya banyak waktu."Sean menyandarkan kepalanya di dada Tiffany, menggosokkannya seperti anak kecil. "Kita hitung begini saja.""Dulu karena kamu sakit, aku harus menanggung penghinaan dan dianggap sebagai orang buta selama 13 tahun.""Sebagai gantinya, seharusnya kamu menemaniku selama 13 tahun, 'kan? Kalau ditambah bunga, totalnya jadi 20 tahun. Temani aku 20 tahun untuk bayar utangmu padaku dulu, gimana?"Tiffany merasa agak bingung, ini cara hitung seperti apa?"Sayang." Sean jarang sekali menunjukkan ekspresi menggemaskan seperti ini kepadanya. "Setuju ya? Hm?"Suara beratnya yang menggoda dipadukan dengan wajah tampannya yang manja, membuat Tiffany tidak bisa menolak sedikit pun. Dengan pasrah, dia hanya bisa menggeleng dan tersenyum. "Ya sudah, aku setuju.""H
Read more

Bab 420

Sinar matahari menyinari masuk melalui jendela besar. Wajah Tiffany tampak merah. Dia menggigit bibirnya. "Setidaknya tutup tirainya ....""Nggak ada yang lihat." Sean tertawa kecil. "Kalau kamu benaran malu, katakan saja beberapa kali kalau kamu mencintaiku. Mungkin aku akan tutup tirainya untukmu."Tiffany belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Pada akhirnya, tirai benar-benar ditutup. Bukan karena Tiffany memintanya, tapi karena Sean kepanasan. Sinar matahari di pantai sangat terik, apalagi dia sedang berolahraga!Setelah waktu yang sangat lama, Tiffany akhirnya makan satu cup mie instan dan langsung tertidur. Dia sungguh lelah.Sean duduk di tepi ranjang, memandang wajah Tiffany yang sedang tidur dengan tenang. Kemudian, dia menghela napas lega. Mata Tiffany masih bengkak karena menangis hebat tadi."Dasar bodoh." Sean menggeleng dengan ringan."Dasar cengeng." Sean menunduk dan menciumnya bibir Tiffany."Sean ...." Tiffany setengah sadar. Dia memeluk leher Sean sa
Read more
PREV
1
...
404142434445
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status