Home / Romansa / Dimanja Suami Pembawa Sial / Chapter 431 - Chapter 440

All Chapters of Dimanja Suami Pembawa Sial: Chapter 431 - Chapter 440

581 Chapters

Bab 431

Tiffany demam selama sehari penuh.Ketika dia bangun keesokan harinya, waktu yang tersisa untuk ujian akhir hanya tinggal satu hari. Namun, pikirannya penuh dengan pamannya, sehingga dia sama sekali tidak punya waktu untuk memikirkan ujian. Dia bahkan berpikir untuk tidak ikut ujian."Aku nggak mau belajar lagi."Gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu mendorong tumpukan buku teks setinggi gunung di depannya ke lantai.Seiring dengan suara gebrakan, semua materi belajarnya berserakan di lantai. Dia memandangi buku-buku yang berserakan itu, untuk pertama kalinya dia tidak ingin memungutnya kembali.Dulu, dia selalu menganggap belajar sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebab dia tahu, hanya dengan mendapatkan nilai terbaik, dia bisa membuktikan bahwa dia benar-benar berusaha dan benar-benar bisa membuat keluarganya tenang.Tiffany selalu ingin keluarganya bisa menjalani kehidupan yang baik.Saat pertama kali masuk sekolah, gurunya pernah mengatakan bahwa jika dia ingin keluar dari de
Read more

Bab 432

"Dia melakukannya dengan sengaja.""Sengaja membuat kita tahu bahwa dia datang ke Kota Aven, dan sengaja memastikan kita tahu bahwa Kendra dibawa olehnya," ujar Sean dengan nada dingin.Tiffany menggigit bibirnya. "Lalu sebenarnya ...." Apa yang ingin dia lakukan?"Aku belum sepenuhnya tahu."Sean tertawa dingin. "Tapi, Tiffany, jelas ini adalah jebakan. Kamu tetap mau pergi?"Tiffany menoleh menatap layar komputer yang menampilkan Kendra sedang menarik koper Xavier dan Jayla. Setelah beberapa saat, gadis itu mengangguk tegas dan serius. "Aku ingin pergi.""Aku nggak tahu apa yang Xavier rencanakan, tapi Paman ada bersamanya. Meski itu jebakan, aku tetap harus pergi."Setelah berkata demikian, Tiffany bahkan menatap Sean dengan sungguh-sungguh. "Sayang, kalau ini terlalu berbahaya, kamu nggak perlu ikut. Biar Chaplin yang temani aku saja."Namun, setelah berkata demikian, dia menggelengkan kepala. "Sebenarnya, aku juga bisa pergi sendiri. Xavier memang orang yang aneh, tapi dia nggak m
Read more

Bab 433

Meskipun Sean sering mengatakan bahwa Tiffany itu bodoh, sebenarnya dalam hal belajar, Tiffany sama sekali tidak bodoh. Sejak tadi pagi ketika Sean menetapkan hukuman jika dia tidak belajar dengan baik, Tiffany menghabiskan seluruh sore di ruang belajar untuk menghafal semua isi buku-bukunya dengan tekun.Setelah makan malam, Sean duduk di atas karpet ruang belajar sambil memegang buku catatan kuliahnya dan mengajukan pertanyaan satu per satu.Tiffany yang berbaring di pangkuannya, menjawab setiap pertanyaan sambil menguap. Namun, semua jawabannya benar, tanpa ada satu pun kesalahan.Sean agak terkejut. Dia mengangkat tangannya dan mencubit pipi Tiffany yang putih dan halus. "Ingatanmu sebagus ini?""Ya," Tiffany menjawab dengan bangga, sambil mengangguk. "Bukan cuma ingatanku yang baik, tapi kemampuan menghitung dan logikaku juga sangat kuat, lho."Setelah itu, dia menggigit bibirnya dengan malu-malu. "Tapi sering kali, aku tetap nggak bisa berpikir cepat. Guru pernah bilang, otakku i
Read more

Bab 434

"Sejak kecil dia dibawa ke organisasi pembunuh dan dijadikan bahan percobaan. Mereka menyuntikkan banyak obat ke tubuhnya," ujar Sean sambil mengemudikan mobil dengan santai dan senyuman tipis menghiasi wajahnya."Ditambah lagi, waktu kecil dia cuma menjalani pelatihan dan nggak pernah punya teman, makanya dia sekarang jadi nggak banyak bicara."Sean melirik Tiffany sekilas. "Kenapa tiba-tiba kamu tertarik sama Chaplin?"Tiffany menggigit bibirnya. "Chaplin dulu ... seorang pembunuh?""Ya." Sean tersenyum tipis sambil tetap fokus pada jalan. "Dia adalah pembunuh genius.""Tiga tahun lalu, waktu usianya baru sepuluh tahun, dia sudah bisa membunuh anjing pelatih di markas pembunuh tanpa ragu-ragu. Jadi, organisasi mencoba mengirimnya untuk membunuh manusia."Mata Tiffany membelalak takjub. Anak sepuluh tahun ... membunuh manusia ...?"Aku adalah target pertamanya dan juga yang terakhir."Sean tetap memandang lurus ke depan, senyum kecil di bibirnya tidak bisa disembunyikan. "Mereka yang
Read more

Bab 435

Tiffany menghabiskan sepanjang hari untuk ujian.Ketika ujian terakhir selesai menjelang malam, dia meregangkan tubuhnya sejenak. Sebelum dia sempat menghidupkan ponselnya, Julie sudah berlari menghampirinya dari belakang.Julie langsung merangkul Tiffany. "Barusan Mark ngirim pesan dan minta aku menyampaikan ini padamu. Setelah ujian selesai, jangan langsung pulang, pergi dulu ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya."Tiffany mengerutkan kening. "Ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya?""Benar," jawab Julie sambil menggaruk kepalanya, tampak sedikit bingung dengan pesan Mark."Dia bilang, kamu harus bicara sama Pak Darmawan. Sepertinya Sean sedang menghadapi sesuatu dan membutuhkan bantuan Pak Darmawan untuk menyelesaikannya. Tapi Sean sepertinya nggak akur sama Pak Darmawan, jadi mereka ingin kamu yang turun tangan."Tiffany berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baik."Mark adalah teman terbaik Sean. Dia tidak mungkin membohonginya. Selain itu, dengan kepribadian Sean, meskipun menghadapi kesulit
Read more

Bab 436

"Ah ...!" Saat Tiffany berpikir dia sudah aman, langkah kaki di belakangnya tiba-tiba berhenti. Detik berikutnya, dia merasakan tasnya ditarik kuat ke belakang .... Tubuh Tiffany langsung terseret ke dalam pelukan Michael."Lepaskan aku!" teriaknya sambil berjuang sekuat tenaga.Sebenarnya, dia sudah berjaga-jaga. Namun, dia tidak menyangka bahwa Michael masih berani bertindak meskipun dia sudah hampir masuk ke ruang tamu!"Teriak apa?!" Michael buru-buru menutup mulutnya dengan tangan dan menyeretnya ke sudut taman kecil. "Susah payah aku mendapatkanmu sendirian, kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?""Beberapa kali sebelumnya aku diganggu sama si buta itu, aku sudah sangat kesal!"Tiffany terus meronta, bahkan menggigit tangan Michael. "Lepaskan aku! Kamu lupa sumpahmu waktu itu? Kamu bilang kalau kamu berani menyentuhku lagi .... "Saat Tiffany menyebutkan kejadian sebelumnya, wajah Michael menjadi semakin marah. Dia langsung mengangkat tangan dan menampar Tiffany dengan ker
Read more

Bab 437

Tamparan Michael menghantam Tiffany dengan keras hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke tiang di sebelahnya. Untungnya, Mark dengan sigap melangkah maju dan menariknya, sehingga dia tidak benar-benar menabrak tiang.Keributan di luar menarik perhatian Darmawan yang keluar dengan bantuan kepala pelayan.Ketika Darmawan melihat Tiffany dengan wajah penuh bekas tamparan dan pakaian yang tidak rapi, lalu memandang Michael dengan ekspresi penuh amarah, dia langsung memahami apa yang telah terjadi."Dasar bajingan!" Darmawan mengentakkan tongkatnya dengan keras ke lantai, lalu memberi perintah kepada kepala pelayan. "Seret dia keluar! Cambuk dia sampai nggak bisa bicara lagi!""Tunggu."Mark tersenyum tipis, sambil memasukkan kameranya ke dalam tas dengan tenang. "Michael telah melecehkan istri Sean. Masalah ini harus diselesaikan langsung oleh Sean, bukan?""Kalau Anda menghukumnya sekarang dan Sean nggak puas dengan cara Anda, bukankah cambukan ini akan menjadi si
Read more

Bab 438

"Kenapa? Kamu nggak senang aku masih hidup, Kak Michael?" Sanny tersenyum tipis dan nada bicaranya sangat dingin. "Oh, benar juga.""Memang masuk akal kalau kehadiranku membuatmu nggak senang. Lagian, bagi keluargamu, kalian semua selalu berpikir bahwa seluruh harta keluarga ini seharusnya menjadi milik kalian. Baik aku, adikku, maupun orang tuaku, sama sekali nggak berhak bersaing sama kalian."Ucapannya membuat Lulu yang berdiri di dekatnya, mendengus kesal dan memutar matanya. "Sanny, suaramu saja sudah seperti itu. Sebaiknya jangan terlalu banyak bicara.""Sekarang wajahmu memang menakutkan, tapi setidaknya suara kamu masih bisa didengar. Kalau kamu terus bicara omong kosong begini, jangan menyesal kalau suatu hari nanti kamu bahkan nggak bisa bicara lagi."Sanny tertawa dingin. "Bibi terlalu khawatir. Bahkan kalau Bibi meninggal sekalipun, aku nggak akan kehilangan suaraku." Perkataan pedas itu membuat Darmawan mengerutkan kening dengan tajam."Cukup!" Darmawan mengentakkan tongka
Read more

Bab 439

Ucapan Sanny membuat seisi ruangan menjadi sunyi senyap. Tidak ada satu pun yang mampu berkata-kata. Tiffany menatap Sanny dengan tatapan terkejut dan perasaan dingin menyelimuti hatinya.Tiffany memang tahu bahwa Ronny kemungkinan besar adalah dalang di balik penghancuran keluarga Sean, termasuk orang tua dan kakaknya. Dia juga tahu bahwa meskipun Sean tidak pernah terlibat dengan Grup Tanuwijaya, jauh di dalam hatinya, Sean memahami betapa pentingnya perusahaan itu.Sean pernah bercerita pada Tiffany, bagaimana orang tuanya sangat menghargai warisan ini ketika mereka masih hidup. Mereka ingin memperluas, memperkuat, dan memuliakan Grup Tanuwijaya sebagai warisan keluarga yang besar.Namun kini, Sanny terang-terangan menyatakan keinginannya untuk menghancurkan seluruh warisan Keluarga Tanuwijaya. Semua ini hanya karena Ronny yang begitu serakah ingin memiliki semuanya. Oleh karena itu, Sanny ingin menghancurkan semuanya.Logika itu sekilas tampaknya masuk akal. Namun, Grup Tanuwijaya
Read more

Bab 440

Mark hanya bisa menghela napas dalam hati, menyadari betapa berbeda pandangan Sean dan Sanny tentang masalah keluarga mereka. Dulu, Sean pernah memiliki pemikiran untuk membiarkan Grup Tanuwijaya "mati" sebagai penebus dosa atas tragedi yang menimpa orang tuanya.Namun seiring waktu, dia hanya berharap kebenaran dapat terungkap, Ronny menerima hukuman yang pantas, dan dia bisa meminta maaf di depan makam orang tuanya. Sementara itu, Sanny tetap ingin menghancurkan semuanya."Tentang kejadian orang tua kalian dulu ...."Ronny menutup matanya dan senyuman getir muncul di wajahnya. "Kalau aku bilang itu bukan perbuatanku, kalian pasti nggak akan percaya. Tapi, soal kejadian itu ...."Dia menghela napas panjang, lalu menatap Sanny dengan mata penuh kelelahan. "Sanny, 13 tahun yang lalu, kamu sudah mencoba menuduhku dengan berbagai alasan untuk menyeretku bersama orang tuamu ke dalam kehancuran.""Sekarang setelah 13 tahun berlalu, aku nggak nyangka kamu masih menyimpan dendam itu. Ya, aku
Read more
PREV
1
...
4243444546
...
59
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status